Assalamu’alaikum Wr. Wb
Pak Lukman, saya ini seorang hamba Allah yang penuh dengan dosa, setiap kali saya bertaubat selalu saja saya mengulangi lg dosa yang sama yang telah belasan tahun saya lakukan, dan hal tsb selalu dikarenakan hanwa nafsu saya. Saya sudah mencoba bermujahadah untuk mengekang nafsu tsb, namun selalu gagal, saya selalu memohon kekuatan dan petunjuk dari Nya namun selalu saja hawa nafsu mengalahkan saya.
Sungguh benar-benar tiada daya saya dan upaya saya lagi,. saya tidak ingin menjadi hamba Allah yang selalu berbuat dosa dan mengingkari Nya, saya malu pada Nya, krn begitu banyak Rahmat dan pertolongan Allah pada diri saya. Bahkan sering kali setiap saya memohon kebaikan, hal tsb tidak lama lngsng terkabul dan untuk beberapa saat saya bgt dekat dengan Nya, sampai akhirnya saya lalai lagi dan berbuat dosa lagi, dan berulang kali hal tsb terjadi sampai sekarang.
Saat ini saya sudah melakukan dosa tsb kembali, dan hati saya rasanya hampa, saya tidak bergairah apa2 karena saya malu pada Nya, saya sendiri ini pasti akibat hati ini penuh dengan dosa, sempit terasa semuanya, saya pasrah…saya hanya berharap Ampunan dan petunjuk Allah swt.
Saya merasa saya perlu bimbingan untuk menemukan arah saya menuju Nya, mudah2 an Pak Lukman berkenaan membantu. Sebelum ini saya sudah memohon pada Allah jika berkenaan pertemukanlah saya dengan seseorang yang bisa menjadi Pembimbing Ruhani (Mursyid) saya dalam rangka memperbaiki diri dan Mengenal Allah dan diri ini untuk menjadi Hamba Allah yang benar dan tawakal serta hanya Mengharapkan Nya saja.
Insyaa Allah Pak Lukman berkenan.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Tanpa Nama – xxxxxxxxxx@yahoo.co.id
Jawab:
Ibnu Athaillah as-Sakandary dalam Al-Hikam menjelaskan, “Janganlah limpahan dosa besarmu membuatmu kehilangan Istiqomah. Karena tidak ada dosa yang besar ketika anda berhadapan dengan anugerah Allah. Dan tidak ada dosa yang kecil jika anda berhadapan dengan Keadilan Allah.”
Renungkan pula kata-kata beliau, “Susah gelisah atas hilangnya kepatuhanmu pada Allah, tanpa disertai kebangkitan kepadaNya, adalah tanda-tanda anda terkena tipudaya yang menyesatkan.”
“Janganlah rasa dosa yang besar menghambatmu untuk Husnudzdzon kepada Allah, siapa yang mengenal Allah, maka segalanya menjadi kecil (termasuk dosa) dihadapan sisi KemurahanNya.”
Hakikat Taubat menurut Al-Junayd adalah melupakan dosa-dosa, bukan mengingat-ingat dosa.
Anda merasa bisa taubat, merasa bisa taat, dan merasa mampu menjalankan kepatuhan, justru semua itu membebani diri anda, karena perasaan “mampu” adalah bentuk nafsu tersembunyi yang sangat berbahaya bagi anda.
Jadikan keterjerumusan itu sebagai pintu taubat dan inabah demi beharap kepada Allah Ta’ala, sekaligus sebagai pintu khauf (rasa takut) kepadaNya. Sebagab putus asa terhadap rahmat Allah itu bentu tipudaya yang gelap, bahkan syetan harus berputus asa karena tidak mampu memperdayai anda dibalik tindakan dosa itu.
Imam Al-Ghazaly ra, menegaskan, “Sebagaimana dosa merebut anda, dan kembali kepada dosa sebagai aktivitas anda, maka jadikanlah taubat dan kembali kepadaNya sebagai aktivitas. Karena orang yang beristighfar tidak akan mengulang-ulang dosanya, walau ia mengulang tujupuluh kali setiap harinya.”
Kita bisa mengambil pelajaran dari Fir’aun, yang dosanya benar-benar memuncak dan paling besar, toh Allah Ta’ala masih memerintahkan kepada Nabi Musa as dan Nabi Harun as, “Katakan padanya dengan kata-kata yang lembut, siapa tahu ia bisa tersadarkan atau ia memiliki rasa gentar dan takut (Kepada Allah swt).” (Thaha 44)
Betapa banyak orang yang kembali bertobat dan menjadi Istiqomah gara-gara perbuatan dosanya, dan sebaliknya betapa banyak orang yang akhirnya malah maksiat gara-gara ibadahnya, dimana ia bangga dengan prestasi amal ibadah, lalu takjub pada diri sendiri, kemudian riya’ dan takabur.
