Adapun kisah pertemuan dua sufi ini bermula ketika Dzun Nun bermimpi dengan seseorang yang mengajaknya ke Panti Heraklius.
SUFINEWS.COM. Sufi masyhur Mesir, Dzun Nun Al Misri pernah berkisah mengenai perjumpaannya dengan ahli hikmah bernamIlyan Al Kufi. Pertemuan dengan sosok ini membuat Dzun Nun sempat tertegun dan meyakini sosok yang dianggap “gila” ini adalah sorang ahli hikmah.
Adapun kisah pertemuan dua sufi ini bermula ketika Dzun Nun bermimpi. Saat sufi masyhur pada abad tidur ia bermimpi dengan seseorang yang mengajaknya ke Panti Heraklius. Panti tersebut populer sebagai tempat penampungan orang-orang gila di Baghdad. Orang yang membersamai dirinya dalam mimpinya itu mengatakan bahwa di panti tersebut ada seorang ahli ilmu hikmah.
Ketika Dzun Nun terbangun menjadi termangu. Dzun Nun merasa mimpi itu seperti nyata. Keesokan harinya dirinya memutuskan untuk pergi ke tempat tersebut. Sesampainya pada tepat yang sesuai dengan mimpinya itu, Dzun Nun langsung menemui penjaga panti.
“Apakah di sini ada seorang ahli hikmah?,” tanya Dzun Nun.
“Di sini tidak ada orang yang disebut ahli hikmah, yang ada di sini orang gila semuanya,” jawab penjaga panti.
Jawaban penjaga tersebut tidak membuat Dzun Nun menyerah. Sufi tersebut yakin dengan mimpinya dan ngotot bahwa di tempat itu ada seorang ahli ilmu hikmah. Penjaga tersebut kemudian menjawab dengan nada tinggi kemudian berkata,” Apa yang diperbuat oleh ahli hikmah di tempat seperti ini?”
“Tolonglah, izinkan aku melihat mereka,” mohon Dzun Nun.
Akhirnya penjaga panti mengizinkan Dzun Nun masuk. Setelah itu Dzun Nun masuk ruang demi ruang dan meneliti satu persatu penghuninya.
Namun yang ada hanya orang gila yang memang dirawat di panti tersebut. Hingga sampailah Dzun Nun sampai pada ruang yang paling ujung. Di dalamnya terlihat seorang laki-laki yang terikat dengan rantai. Dzun Nun kemudian menghampirinya.
“Berkatalah dengan baik niscaya engkau beruntung. Atau diamlah niscaya engkau akan selamat!,” ucap Ilyan
Ahli Hikmah yang Membuat Dzun Nun Tertegun
Dzun Nun pun tertegun mendengar kalimat penuh ilmu hikmah tersebut. Sufi ini berfikir kalimat yang tak lazim terucap dari orang gila. Kemudian
Dzun Nun mengucapkan salam. Laki-laki itupun membalas salam.
“Siapa namamu?” tanya Dzun Nun
“Namaku Ali, namun dikenal dengan nama Ilyan al-Kufi,” katanya sambil mengucapkan nama Dzun Nun.
Mendengar jawaban itu Dzun Nun al-Mishri kaget karena mengenal namanya dan bertanya,”Mengapa engkau seperti ini?”
“Aku ini adalah orang yang berakal (waras). Namun yang mengaturku ini bukan aku, sehingga aku terbuang dari sisi-Nya, dalam belas kasih-Nya. Bila Dia berkehendak, maka Dia mengampuniku, begitu jika Dia berkehendak maka Dia akan Menyiksaku. Bila Dia berkehendak maka Dia akan memberikan cobaan, begitu juga ketika Dia berkehendak maka Dia akan memberi keselamatan. Dia berbuat atas segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Sesungguhnya bagi watak yang bening, cukuplah isyarat sebagai peringatan,” katanya,
“ Perkenankan aku ingin mendapat bimbingan darimu,” ucap Dzun Nun.
”Bila maksudmu mencari petunjuk, maka hal itu tidak ada batasnya. Namun apabila yang engkau maksudkan tentang wujud-Nya, maka sesungguhnya wujud-Nya ada pada bisikan awal hati nuranimu. Bila engkau mampu menanggungnya, maka akan ku tambah untukmu,” jawab Ulyan.
Jawaban Ilyan langsung membekas dalam benak Dzun Nun al-Mishri.” Aku telah banyak melihat ahli ibadah, tetapi aku tidak pernah merasakan takut sebagaimana rasa takut ku kepada Ilyan,” gumannya.