Syaikh Muhammad Fadhil al-Jaelani al Hasani
Tasawuf PANDANGAN Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani Berdasarkan manhaj al-Quran dan Hadits
Bismillahirrahmanirrahim segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam. Shalawat beserta salam semoga dilimpahkan
kepada tuanku Abu Qasim semoga Allah Swt memberikan rahmat dan salam sejahtera kepadanya dan kepada keluarganya.
Syaikh Abdul Qadir al Jaelani berkata mengenai hakekat seorang sufi pada firman Allah Swt:
Katakanlah: “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (‘mengharapkan kepatuhan’) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya.” (Al-Furqan: 57)
Katakanlah: Kepada mereka dengan mengejek dan tegas.
“Aku tidak meminta kepadamu Sama sekali tidak menuntut Dalam menyampaikan risalah itu,dalam menyampaikan tabligku padamu, atas wahyu yang diturunkan kepadaku, dan pemberianku pelajaran kepadamu, semata karena tuntutan Wahyu Ilahi.”
Upah,
Upah dan harta yang aku ambil dari kalian, lalu aku jadikan sebagai sarana untuk meraih tahta dan kekayaan serta berbagai kebanggaan. Sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para Syeikh yang bodoh di zaman ini yang tak lebih dari pembantu-pembantu syetan yang mengaitkan dirinya dengan kaum Sufi.
Mereka inilah yang menggerakkan bentuk tipuan, tipudaya, dan mengeruk harta kaum awam yang lemah setelah merusak akidah mereka, dengan berbagai macam pemalsuan, penipuan, menghalalkan yang haram dan membolehkan hal yang dilarang serta memperkaya diri.
Dengan tindakan itu mereka mengklaim semua sebagai pemilik kekuasaan sampai jangka panjang, dan mereka memiliki banyak pengikut dan pendukung, mereka pun menyiapkan kontributor dan dukungan untuk tipuan mereka ini.
Setelah itu mereka membangkang kepada penguasa dan memiliki niat untuk keluar dari kekuasaan pemerintahan, memberontak kepada mereka serta menyibukkan diri dengan menghancurkan negeri dan menekan orang yang beriman, merampas harta masyarakat dan harga diri mereka bahkan memenjarakan keturunan mereka.
Pada saat yang sama mereka mengklaim diri sebagai orang yang benar, orang yang ma’rifat kepada Allah, mengklaim sebagai orang yang beriman, menjadi ahli hakikat dan yaqin. Ingatlah bahwa hal tersebut merupakan kerugian yang nyata dan kejahatan yang besar. Semoga Allah Swt melindungi kita dari kejahatan nafsu kita dari perbuatan buruk kita.
Namun aku tidak menuntut dengan tablighku ini, melainkan sebagai hidayah bagi orang-orang yang mau mencari jalan kepada Tuhannya.”
Yang mendidiknya dengan berbagai kemuliaan, jalan menuju Tuhannya yang bisa meraih ma’rifat dan peng-Esaan padaNya.
Syaikh Abdul Qadir Jaelani berkata mengenai sifat-sifat perilaku ruhani kaum Sufi dan peringkat kaum Sufi, dengan firman Allah Swt:
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (Fathir: 27)
“Tidakkah kamu melihat, Wahai orang yang melihat, yang mengambil pelajaran (dari penglihatannya) bahwasanya Allah Dzat Yang memiliki kemampuan sempurna, bagaimana menurunkan melimpahkan dari sisi langit yakni langit Asma’ dan Sifat Dzatiyah.
Hujan
yang menghidupkan bumi-bumi yang mati yang keras kerontang dalam terapan ketiadaannya lalu Kami hasilkan dari hujan-hujan itu yakni dengan air yang melimpah yang memancar dari Lautan Dzat pada bumi watak manusia.
Buah-buahan
berbagai hidangan yang beragam berupa ma’rifat-ma’rifat, hakikat-hakikat, kilatan cahaya dan limpahan anugerah yang melintas pada para pecinta dan para KekasihNya menurut kondisi ruhani dan maqom mereka.Yang beraneka macam jenisnya. Dengan segala metodenya baik secara ilmul yaqin, ainul yaqin maupun haqqul yaqin. Dan di antara gunung-gunung itu Yaitu para Wali Autad dan Wali Quthub yang siap menerima limpahan karomah dan ketersingkapan ruhani.