Samudera Al-Quran

Imam Al-Ghazali

SETELAH memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt, yang merupakan segala pembuka kitab, serta shalawat kepada para Rasul-Nya yang menjadi pengunci setiap kitab; maka saya benar-benar menggugah tidur Anda, wahai orang yang selalu tekun membaca dan mengamalkan kajian Al-Qur’an. Anda, yang selalu menyelami makna-makna realitas dan globalnya, sampai kapan Anda mengarungi samudera sambil memejamkan mata dari keanehan-keanehannya? Ataukah Anda sudah menaiki puncak-puncak gelombang untuk melihat keajaiban-keajaibannya? Apakah Anda telah mengembara sampai kejazirahnya hingga menemui keindahannya? Apakah Anda menyelami dan mengarungi kedalamannya, untuk menemukan mutiaranya? Ataukah mata Anda tertutupi dan inti dan mutiaranya, karena terpesona oleh ombak dan gemuruh fenomenanya? Sudahkah sampai kepada Anda, bahwa Al-Qur’an merupakan samudera maha luas? Kemudian dari samudera itu berantai-rantai, bercabang-cabang ilmu pengetahuan orang-orang primitif dan orang-orang zaman akhir, sebagaimana samudera itu sendiri bercabang-cabang pada sungai dan parit-parit? Ataukah Anda telah memandang benar mereka yang menyelam di balik gejolak ombak, lalu mereka dapatkan “Al-Kibrit Al-Ahmar”? Kemudian mereka mengarungi dan menyelami kedalamannya, lalu mengeluarkan “Belerang Merah”, dan mutiara cemerlang, serta zamrud hijau? Lalu mereka mengarungi setiap pantainya, lantas menemukan aroma keharuman dahsyat dan permata bening dengan sebuah tangkai basah yang hijau? Lalu Anda ikatkan pada lingkaran perikehidupan yang di dalamnya penuh dengan semerbak wangi aroma misik?

Karenanya, sekarang saya tunjukkan yang sebenarnya kepada Anda, sambil berharap atas berkat dan doa Anda, bagaimana cara mengarungi samudera Al-Qur’an yang maha luas itu.

Maksud-maksud Al-Qur’an dan Raganya

Adapun rahasia yang dikandung Al-Qur’an, dengan lubuk jiwa dan maksudnya yang luas, sebagai dakwah bagi hamba menuju pengabdian kepada Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Luhur, Tuhan dunia dan akhirat, pencipta langit yang tinggi serta bumi, juga alam di antara langit dan bumi, di bawah cakrawala.

Karena itu, surat-surat AI-Qur’an tersimpul dalam enam macam:

(a) Tiga sub-bab yang pokok, merupakan cakrawala utama dan prinsip-prinsip pokok. Dan, (b) Tiga sub-bab pelengkap yang lain, merupakan pelengkap yang menyempurnakan.

Tiga hal yang pokok berisi:
Pengenalan terhadap substansi kandungannya,
Pengenalan terhadap jalan lurus (shirathal muslaqim) yang harus diamalkan,
Pengenalan metode agar sampai (wushul) ke shirathal mustaqim.

Tiga hal pelengkap yang menyempumakan adalah:
Pengenalan perilaku hamba-hamba yang mencintai Allah sebagai dakwah, disamping pengenalan tentang kelembutan-kelembutan di dalam jiwa mereka, tujuan, kerinduan dan kecintaannya kepada Allah. Dikenalkan pula perilaku mereka yang menentang dan menyimpang dan perintah Allah (ijabah), serta mengetengahkan bagaimana Allah membalas perilaku mereka itu, disamping rahasia Allah, maksud dan pengibaratan-Nya.

Hikayat perilaku orang-orang yang jahat dan terbukanya aib serta kebodohan mereka melalui argumentasi dan kontranya terhadap Al-haq. Allah juga mengetengahkan rahasia dan tujuan di balik kebatilan mereka, sebagai pengungkapan aib mereka. Dan di sisi kebenaran, aib mereka terungkap, dan tiada berdaya.

Mengetengahkan perihal jalan yang berstruktur, dan suatu upaya dalam rangka mendapatkan bekal, karunia dan persiapan.

Syarah dan Tujuan Al-Quran

A. Pengenalan Substansi Tujuan

Yakni, penafsiran terhadap ma’rifat kepada Allah Swt. Substansi ini merupakan Al-Kibrit Al-Ahmar yang terdiri dari:

Pengenalan Dzat Allah Swt.
Pengenalan terhadap sifat-sifat-Nya.
Pengenalan terhadap pekerjaan-pekerjaan-Nya.

Ketiganya merupakan “permata merah”, yakni, faedah yang diprioritaskan di balik Al-Kibrit Al-Ahmar. Sebagaimana pada “belerang” itu sendiri, ada beberapa tingkatan: Yang paling utama berwarna merah, kemudian merah kehitam-hitaman, lalu kuning. Antara satu dengan yang lain, akan semakin lebih indah. Begitu juga soal ma’rifat terhadap ketiga persoalan di atas.

1. Ma’rifat Dzat
Ma’rifat ini ibarat belerang merah, yang diiringi dengan ma’rifat terhadap sifat-sifat, yang diibaratkan sebagai belerang merah kehitam-hitaman, disusul kemudian dengan ma’rifat af’al, sebagai belerang kuning. Keindahan masing-masing belerang ini, secara eksistensial ada yang lebih mulia dan luhur. Allah Yang Maha Diraja, tidak mengenalkannya kecuali dengan hal yang mudah, dan kadang-kadang dengan hal yang banyak. Begitu pula dengan ma’rifat Dzat, yang merupakan wilayah yang sulit dan sukar jangkauannya dalam cakrawala pemikiran, jauh untuk diterima dalam ingatan. Karena itu Al-Qur’an tidak mengetengahkan soal ma’rifat Dzat kecuali dengan berbagai metafor dan isyarat, yang dikembalikan pada penyucian mutlak, sebagaimana firman-Nya:

“Tiada sesuatu pun yang menyamai-Nya.” (Q.s. As-Syura: 11).
“Katakanlah, bahwa Dia adalah Allah Yang Esa. Allah ternpat bergantung. Tiada beranak dan tiada diperanakkan. Dan tiada Seorang pun yang rnenyetarai-Nya.” (Q.s. Al-Ikhlash: 1-4).

Pengagungan mutlak, seperti dalam firman-Nya:
“Maha Suci Allah swt. dan Maha Tinggi dart sifat-sifat yang mereka berikan. Dia pencipta langil dan burnt.” (Q.s. Al-An’am: 100-1).

2. Ma’rifat Sifat
Orientasi ma’rifat sifat ini sangat luas. Logikanya juga lebih luas. Oleh karena itu, banyak sekali ayat-ayat yang mengandung penyebutan terhadap sifat Ilmu, Kekuasaan, Hidup, Kalam, Hikmah, Sama’, Bashar, dan Iain-Iainnya.

3. Ma’rifat Af’al
Ma’rifat ini bercabang luas. Pangkalnya tidak bisa dijangkau. Bahkan tiada wujud ini melainkan Allah dengan segala pekerjaan-Nya (af’al). Namun kandungan Al-Qur’an ada yang gamblang, yang terjadi di alam nyata (Alam Syahadah), seperti penyebutan soal langit, bintang-gemintang, bumi, gunung-gunung, pohon dan alam hewani, lautan, tetumbuhan, mengalirnya sungai Euphrat, serta seluruh kehidupan hayati, yang semuanya bisa diindera.

Tetapi yang paling mulia dan menakjubkan justru keagungan ciptaan-Nya yang tidak tampak atau tiada terjangkau oleh inderawi. Itulah yang dinamakan dengan Alam Malakut; yakni alam para malaikat dan alam ruhani, ruh dan kalbu, yang mengenal Allah, dan bagian keturunan Adam.

Ruh dan kalbu merupakan alam ghaib dan malakut. Dan yang keluar dari Alam Malakut dan Syahadah, antara lain adalah malaikat penjaga bumi yang berwujud manusia, yaitu yang bersujud kepada Adam as. Termasuk pula setan-setan yang berbentuk manusia, yaitu yang menolak untuk bersujud kepada Adam as. Begitu juga malaikat samawi, yakni mereka yang berada di tingkat tertinggi, yang selalu berada di hadirat hati Yang Maha Suci, tidak pemah menoleh kepada manusia, bahkan tidak pernah berpaling kepada siapa pun kecuali hanya menghadap kepada Allah, karena keasyikan mereka dengan keindahan hadirat Rububiyah dan keagungan-Nya. Malaikat-malaikat ini hanya muwajahah (menghadap) kepada Allah, siang dan malam selalu bertasbih, tiada pernah lengah sejenak pun. Dan Anda jangan merasa jauh jika ada hamba-hamba Allah yang selalu sibuk mengagungkan-Nya tanpa menoleh kepada anak cucu Adam, begitu juga anak cucu Adam jangan terlalu membesar-besarkan atas keadaan ini.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah mempunyai bumi sangat putih, perjalanan matahari di sana tiga puluh han, seperti han-han dunia, tiga puluh kali; bumi itu dipenuhi oleh makhluk yang tidak tahu, bahwa sebenarnya Allah swt. diingkari oleh makhluk penghuni bumi, dan mereka juga tidak tahu, kalau Allah menciptakan Adam dan iblis.” (H.r. Ibnu Abbas r.a.).

Sungguh sangat luas kerajaan Allah Swt.
Ketahuilah, sebenarnya pekerjaan-pekerjaan Allah Yang Mulia itu tidak banyak dikenal oleh khalayak makhluk, bahkan penemuannya atas makhluk itu sendiri terbatas pada alam empiris dan khayal belaka. Sementara empirisme dan khayal itu sendiri baru merupakan kesimpulan dari produk Alam Malakut, sebagai kulit, dibandingkan dengan lubuk yang dalam. Siapa pun yang berpegang teguh dengan kulit-kulit belaka itu, tidak lebih dan upaya kesaksiannya terhadap lapisan kulitnya, hal yang sama ketika melihat keajaiban manusia, tidak lebih dari kemanusiaannya belaka. Kami akan uraikan ayat-ayatnya secara khusus dalam satu jumlah, ayat mana yang merupakan lapisan Al-Qur’an, hati, nurani dan rahasia Al-Qur’an itu sendiri. (bersambung)

Harus dibaca juga..

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.