sufinews.com. Kisah ini tentang seorang perempuan ‘gila’ yang menasehati sufi masyhur Dzun Nun al Misri. Awal ceritanya dimulai ketika Dzun Nun berjalan -jalan di kota Antiokia. Di pojok kota tiba-tiba ia bertemu dengan seorang perempuan yang dianggap ‘gila’. Perempuan tersebut mengenakan jubah bulu.
Ketika bertemu dengan Dzun Nun, perempuan tersebut tiba-tiba berkata,” Bukankah engkau yang bernama Dzun Nun?”
Merasa namanya disebut Dzun Nun kemudian menoleh. “Bagaimana engkau mengenalku?”.
“Cinta yang membukakan hatiku dan hatimu sehingga aku dapat mengenalimu,” jawabnya.
Setelah dialog tersebut, perempuan itu kemudian menaikkan wajahnya ke langit sambil berkata,” Sungguh hati para kekasih sangat rindu kepada-Nya. Hati mereka saling terkait dengan rantai kegembiraan. Mereka melihat kepada-Nya dengan pengetahuan hati.”
Perkataan yang indah itu membuat Dzun Nun terpana. Ia kemudian mendengar kata per kata dari perempuan ‘gila’ itu.
Suasana berubah menjadi hening, tapi perempuan tersebut kemudian bertanya lagi,” Apakah makna kedermawanan itu?”
“Memberikan sesuatu,” jawab Dzun Nun singkat.
Lalu perempuan itu bertanya lagi “Itu hanyalah kedermawanan duniawi, apakah kedermawanan dalam agama”.
Dzun Nun pun kemudian menjawab,” Bersegera dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.”
Tanya jawab pun berlanjut. Perempuan tersebut kemudian bertanya lagi,” Bila kamu melakukan ketaatanmu dengan cepat apakah kau mengharapkan sesuatu dari-Nya?”
“Ya. Aku berharap satu amal dibalas sepuluh,” jawab Dzun Nun.
“Jangan begitu, Wahai pemalas, hal demikian ini jelek dalam agama. Sesungguhnya bersegera dalam kebaikan hanyalah jika hatimu bersih dan tidak mengharapkan sesuatu sebagai imbalan atas perbuatanmu,” katanya.
Perempuan itu melanjutkan bicaranya,” Sesungguhnya sejak dua puluh tahun lalu aku mengharapkan balasan dari amal kebaikan. Lalu aku malu pada-Nya, karena aku takut menjadi seperti buruh rendahan yang bekerja hanya untuk upah semata. Tidak! Aku tidak demikian, karena aku beramal tiada lain kecuali untuk mengagungkan nama-Nya.”
(Disadur dari buku Tokoh-Tokoh Gila yang Paling Waras / Uqala’ al Majanin)