Pembagian Inti Dari Al-Quran

Al-Ghazali 

Orang-orang arif memandang kecenderungan dan hasrat itu, seperti kecenderungan orang-orang yang memiliki akal kecerdasan terhadap keasyikan permainan anak-anak. Oleh karena itu,

Harus dibaca juga..

Anda melihat mereka itu jauh dari makhluk, bahkan ada yang uzlah (mengasingkan diri) dan menyepi dari hiruk-pikuk duniawi, suatu kondisi yang lebih mereka cintai. Bahkan mereka lari dari harta dan tahta, sebab keduanya ini sangat mengganggu kesibukan mereka dalam menikmati kelezatan bermunajat kepada Allah. Mereka tidak ingin disibukkan oleh kepentingan keluarga dan anak-anaknya, manakala kesibukan itu memalingkan dirinya dari Allah Swt. Orang-orang melihat mereka dengan penglihatan yang sinis sambil menertawainya. Orang-orang mengatakan kalau si Fulan itu sedang menuju kegilaan dan terkena penyakit waswas. Namun, orang-orang arif sendiri tertawa manakala melihat manusia umumnya, karena manusia itu mau menerima begitu saja kenikmatan-kenikmatan dunia, Mereka katakan kepada manusia:

 “Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui …” (Q.s. Huud: 38-9).

Orang-orang arif disibukkan dengan upaya mencapai keselamatan bagi dirinya dan orang lain, karena ia tahu di mana tempat kembali yang sebenarnya. Karena itu, ia tertawa kepada orang-orang yang alpa, seperti orang yang berakal menertawai anak-anak, dengan keasyikan permainan anak-anak itu.

Suatu negeri telah sesat di atas tangan seorang pemimpin yang diktator, dimana rakyatnya menginginkan perubahan negerinya, namun sang diktator itu membunuh sebagian penduduknya.

Sungguh aneh, wahai kalian si miskin, yang disibukkan dengan hasrat, tahta dan harta yang sangat kecil nilainya, lebih senang untuk tidak memandang keindahan hadrah Rububiyah (hadirat Ketuhanan), Keagungan, Cahaya dan Penampakan-Nya. Padahal inilah yang lebih jelas dan lebih tampak untuk dicari. Kalbu pun tidak akan pernah menghalangi untuk keindahan seperti itu, setelah dibersihkan dari hasrat-hasrat duniawi. Yang tiada terlihat tidak lain hanyalah pancaran cahaya yang cemerlang. Karenanya, Maha Suci Allah yang menyembunyikan dari penglihatan makhluk-Nya melalui cahaya-Nya, dan membuat tirai dari mereka karena kedahsyatan penampakan-Nya.

Oleh sebab itulah kami saat ini menyusun Jawahirul Qur‘an dalam satu mata rantai, dan Durarul Qur‘an pada matarantai yang lain. Apabila keduanya tersusun dalam satu ayat yang panjang, tentu tidak akan pernah terputus. Maka lihatlah apa di balik makna-maknanya itu.

Pada bagian pertama, Jawahirul Qur‘an dimulai dengan Surat Al-Fatihah, dan pada bagian kedua, mata rantai Ad-Durar. Oleh sebab itu, Allah berfirman dalam Hadis Qudsi:

 “Aku membagi Al-Fatihah antara diri-Ku dan hamba-Ku.” (H.r. Muslim dan Abu Hurairah).

Kami ingatkan Anda, yang dimaksud dengan mata rantai Al-Jawahir adalah orientasi ma’rifat Allah belaka. Sedangkan mata rantai Ad-Durar, adalah sifat istiqamah di atas jalan lurus melalui amal. Yang pertama bersifat “Ilmu” dan yang kedua bersifat “Amal”. Sedangkan dasar keimanan itu sendiri adalah ilmu dan amal.

 

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.