Asy-Saydzily
Orang yang berakal sehat adalah orang yang yang menggunakan akalnya atas apa yang dikehendaki oleh Allah Swt.,
dan apa yang datang dari Allah Swt., secara syar’y. Sedangkan apa yang dikehendaki Allah Swt. untuk hambaNya adalah dibalik empat:
- Ketika mendapat nikmat
- Ketika mendapat cobaan
- Ketika mendapat thaat
- Ketika berbuat maksiat.
Jika anda berposisi mendapatkan nikmat, Allah Swt. menghendaki syukur darimu secara syariat.
Jika anda berposisi mendapatkan cobaan, Allah Swt. menghendaki sabar darimu secara syariat ionclub.
Jika anda berposisi mendapatkan ketaatan, Allah Swt. menghendaki penyaksian anugerahNya dan taufiqNya padamu secara syariat.
Jika anda berposisi maksiat, Allah Swt. menghendaki taubatmu dan kembalinya hatimu secara syariat.
Siapa yang menggu nakan akal sehatnya atas empat hal dari Allah Swt., ini, dan ia sangat akrab dengan apa yang dicintai oleh Allah Swt., secara syariat, maka ia adalah hamba Allah Swt. yang sebenarnya. Dengan berdasarkan dalil sabda Nabi Saw.,
“Siapa yang diberi kemudian ia bersyukur, dan siapa yang diberi cobaan kemudian ia sabar, dan siapa yang berbuat dzalim ia memohon ampunan, dan siapa yang dizalimi ia memaafkan,” Kemudian beliau berdiam, lalu para sahabat bertanya, “Apa yang didapat dia itu wahai Rasulullah?” beliau menjawab, “Merekalah meraih rasa aman dan mereka senantiasa dilimpahi hidayah.”
Orang yang berakal sehat adalah orang yang menggunakan akalnya untuk merenungkan apa yang datang dari Allah Swt. dan ayat-ayatNya, dan sibuk dengan renungan dan dzikirnya untuk kontemplasi kenikmatan-kenikmatan dariNya, dan ia dibukakan semangat kembali dan merasa butuh kepadaNya, memohon padaNya, berkait denganNya, mohon ijabah padaNya, dan Allah Swt. mengijabah dariNya, dan tak seorang pun tahu apa yang dikehendaki Allah Swt. dalam pemberianNya. “Sesungguhnya dibalik penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang….”
Orang yang berakal sehat adalah orang yang menggunakan akalnya atas apa yang datang dari Allah Swt Baccarat Online. adalah orang yang memandang kerasnya zaman ada dalam Kelembutan-kelembutan kasih sayang yang berjalan padanya dari Allah Swt., dan ia mengenal keburukan dirinya ada dalam kebajikan-kebajikandatang dari Allah Swt. (Bukan kebajikan datang dari dirinya, pent).