Kini musim obat kuat, mulai dari Mesir, Arab, maupun yang serba import. Kaum Sufi juga berburu obat kuat, karena setiap hari ia ingin seperti pengantin, namun pengantin ruhani. Maka, Kafe Sufi menyambut bola liar itu, dengan sejumlah menu “obat kuat” yang disiapkan.
Tentu pengunjung konter obat kuat ini tidak banyak peminatnya. “Kalangan khusus”, kata mereka. Karena mayoritas mereka yang memasuki dunia sufi masih banyak yang belajar jadi penempuh, belum menjadi penempuh yang sesungguhnya, apalagi dinilai wushul.
Bagi yang mulai menempuh perlu obat ini, dan sebenarnya bagi yang belajar menempuh pula. Menu ini terdiri dari beberapa ramuan:
1. Akar-akaran pohon, hasrat, niat dan tekad.
2. Dicampur sari buah Istiqomah dan taqwa.
3. Lalu dicuci dengan air istighfar.
4. Ditumbuk dengan kebiasaan kebajikan yang bertambah.
5. Lalu dilembutkan dengan syukur, dan ikhlas.
6. Dimasukkan dalam gelas-gelas cinta.
7. Diminum dengan tatapan hati menghadap ke HadhiratNya.
8. Bismillah, Billah, Ilallah, dan Lillah serta ‘ala-llah
Insya Allah ini obat super kuat bagi hati kita.
5 Ramuan Sejati
Wacana kaum ‘arifin senantiasa muncul dari musyahadah qalbunya, aksentuasi dari pengetahuan rahasia, dan penjelasan mengenai amaliyah batin, berupa penjelasan mengenai pemisahan perkara dengan wushul, penjelasan faktor-faktor yang menganggu hubungan dengan Allah Ta’la, dan faktor-faktor yang yang mendorong menuju Allah Ta’ala.
Kafe Sufi menyiapkan ramuan-ramuan khusus bagi penempuh Jalan Ma’rifatullah, disertai unsur-unsur yang bisa mempercepat sampainya hamba kepada Allah swt.
Faktor pendorong pada kepentingan makhluk (selain Allah) adalah: Dunia, Nafsu dan Makhluk itu sendiri.
Sedangkan faktor yang mendorong kita menuju Allah Ta’ala adalah: Akal, Yaqin, dan Ma’rifat, sebagaimana disebutkan dalam hadits: “Siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya. “ Yakni siapa yang mengenal apa yang mesti dilakukan untuk dirinya, ia mengenal apa yang harus dilaksanakan untuk Tuhannya.
Ramuan sejati itu berkisar pada lima hal:
1. Bihi (bersama Allah)
2. Lahu (bagi Allah)
3. Minhu (dari Allah)
4. Ilaihi (menuju Allah)
5. ‘Alaihi (bersandar padaAllah).
Lalu dicampur dengan air kesadaran dan keinsyafan atas egonya. Agar “aku”nya sirna.
Kelak setelah diminum, ucapan mereka tidak ada kata seperti: Aku, sesungguhnya diriku, kami, bagiku dan denganku….
Karena kata-kata mereka bersifat manunggal (fardaniyah),
Geraknya adalah serba bergantung padaNya (Shomadaniyah), Akhlaq mereka senantiasa merupakan manifestasi Robbaniyah (Robbaniyah), Kehendak mereka adalah kemanunggalan (Wahdaniyyah), isyarat mereka tidak akan dikenal kecuali oleh orang yang hatinya membara kepadaNya, yang didalamnya ada rahasia-rahasia tersembunyi, mutiara-mutiara suci, pancaran-pancaran cahaya, lautan kasih, kunci-kunci keghaiban rahasia, wadah kerinduan dan taman kemesraan.
Selamat menikmatinya.