Assalamu’alaikum Wr. Wb
Semoga Ustadz dilimpahkan Rahmat dan Cahaya terang dalam kehidupan oleh Allah swt.
Ustadz, selama ini saya sangat tertarik dengan kajian-kajian tasawuf karena melalui jalan tersebut saya benar-benar merasa Islam bukan sekedar dogma yang mungkin ada sebagian orang merasa berat untuk menjalankan.
Melalui jalan ini, yang benar- benar saya rasakan adalah adanya kelembutan dan cinta kasih yang sangat besar dari Allah SWT, dan alhamdulillah, Subhanallah aturan agama relatif menjadi lebih ringan untuk dijalankan.
Saya mengenal tasawuf dari kakak saya. Kakak saya pengikut tarekat Sadziliyah. Oleh karenanya saya sangat bersyukur diberi karunia Allah dilahirkan dalam keluarga yang sangat perhatian dalam hal agama. Berkenaan dengan hal di atas saya ingin menyampaikan beberapa ganjalan dalam hati saya yang selama bertahun-tahun ini belum terjawab:
- Dulu saya pernah ingin ikut kakak pada saat kakak saya dibai’at, tapi kakak saya mengingatkan bahwa memilih mursyid dan aliran tharekat itu seperti mencari jodoh. Perlu ada kemantapan dan kecocokan hati. Hal tersebutlah yang membuat saya hingga saat ini belum mengikuti satupun aliran tharekat, karena saya masih takut. Takut saya tidak dapat memilih dan menemukan mursyid yang sesuai dan dapat membimbing saya. Apakah hal tersebut benar Ustadz?
- Mendengar cerita-cerita para murid tarekat, sepertinya mereka sangat dekat sekali dengan mursyidnya. Saya sangat ingin mempunyai mursyid seperti itu ustadz. Rasanya seperti mempunyai pembimbing yang tau dan faham betul kondisi ruhani kita. Mengerti dosis ”obat hati” yang tepat untuk kita (karena saya dengar wirid dan dzikir untuk masing-masing murid dapat berbeda-beda sesuai kondisi ruhaninya). Saya sangat merindukan bertemu mursyid yang seperti demikian. Tapi saya adalah wanita, apakah mungkin saya dapat menjalin kedekatan dalam bimbingan seorang mursyid yang sejauh saya tau, saya belum pernah mendengar mursyid wanita. Apa yang seharusnya saya lakukan ustadz?
- Seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa saya mengenal tasawuf dari kakak saya. Meskipun saya belum mengikuti satupun aliran tharekat, tapi saya banyak membaca kitab-kitab dan buku karya para sufi yang saya dapat dari kakak saya seperti Al-Hikam, Ihya’ulumuddin, buku-buku agama yang mengupas tulisan-tulisan Syeikh Attha’illah dll.
Ada fenomena yang sampai sekarang tidak saya fahami ustadz. Karenanya saya sangat butuh jawaban dan bimbingan dari Ustadz. Suatu saat dalam perjalanan sepulang mengikuti wisata ruhani (saat itu saya ikut ibu saya berkunjung ke sebuah pesantren), ada dorongan yang sangat amat kuat di hati dan lidah saya untuk mengucap ”Subhanallah Walhamdulillaahi Wa La Illaha IllAllahu Allahu Akbar”.
Saya terus terdorong dengan kuat untuk mengucapkan dan tidak dapat menghentikannya. Saya merasa hati saya seperti terguncang, saya belum pernah merasakan hal yang seperti demikian. Kemanapun mata dan pikiran saya pergi, kalimat tersebut seperti sudah otomatis terucap dari lidah saya. Sejak saat itu saya menjadi mendadak menemui fenomena-fenomena yang sebelumnya tidak pernah saya rasakan.
Mendadak tiap sholat saya menjadi tersedu-sedu, baru saat itu saya merasakan sholat seperti dilihat Allah. Saya menjadi sangat merindukan datangnya shalat 5 waktu, merindukan lantunan adzan. Dan saya menjadi menangis dan bergetar tiap kali mendengar adzan. Bahkan hanya mendengar lagu-lagu nasyid, membaca al-Quran dimana saya tidak mengerti bahasa arab, melihat pohon, alam dan dedaunan seringkali membuat saya tersedu. Saya sangat bingung dengan kondisi saya pada saat itu ustadz.
Buku-buku agama bagi saya bukan lagi seperti mencari ilmu, tiap saya membacanya sepertinya buku-buku tersebut berbicara kepada saya & mampu membuat saya semakin merindukan Allah, rindu yang sangat dalam, benar-benar seperti orang yang sedang tidak tenang karena rindu
& kasmaran.
Banyak sekali fenomena-fenomena ruhani yang saya alami pada saat itu yang tidak dapat saya fahami hingga saat ini. Sampai suatu malam selepas shalat tahajud, saya tidak dapat menyimpan perasaan saya.Kemudian saya menyampaikan niat saya kepada orang tua untuk mencari guru atau setidaknya mencari pondok pesantren untuk memenuhi kerinduan saya. Pada saat itu saya bingung harus bercerita kepada siapa, hanya kepada orang tualah saya ceritakan semua.
Tapi pada saat itu biasanya dan tidak seperti orang pada umumnya. Mereka takut kalau saya salah malah menjadi sesat. Dan mereka menganjurkan untuk bersabar saja & lebih menata hati.
Demikian surat dan pertanyaan dari saya ustadz, saya sangat mengharapkan penjelasan dan bimbingan dari Ustadz. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Rara Fitria – radhixxx@yahoo.co.id
Jawab:
Emosi anda yang meledak-ledak untuk bertasawuf, harus diendapkan dulu, lalu pergilah ke Mursyid bersama kakak anda yang sudah disana. Para Musryd Sufi, kalau mendidik tidak seperti guru di sekolah, atau dosen di kampus. Mereka mendidik kadang melalui ruh dan cahaya, yang kita sendiri tidak tahu dan tidak berhak menyelidikinya.
Mulai sekarang anda harus memperbanyak istighfar sebanyak-banyaknya. Dan setiap apa pun yang membuat diri anda terharu, kembalikan langsung kepada Allah swt. Jangan anda tenggelamkan diri dalam romantisme dengan keharuan itu, dan anda merasa bermanja-manja dengan Allah swt. Itu bisa menjebak perjalanan wushul anda pada Allah swt. Karena betapa banyaknya orang yang sedang meraih kenikmatan dzikir dan kesyahduannya, malah lupa kepada tujuan dan Siapa yang ada di hadapannya. Itulah diantara Istidroj dalam berdzikir.