Mimpi Kaum Sufi

 

Harus dibaca juga..

Bagi ahli mujahadah, tidurnya merupakan karunia dan Allah kepada mereka. Allah swt.
menganggap indah pada hamba yang tidur dalam sujudnya, dengan firman-Nya, “Lihatlah kamu sekalian pada hamba-Ku, rulznya ada di sisi-Ku dànjasadnya ada di hadapan-Ku.”
Yakni, ruhnya ada di tempat rahasia, sedang badannya di hamparan ibadat.

Dikatakan, “Siapa saja yang tidur dalam keadaan suci, ruhnya diizinkan mengelilingi Arasy, dan sujud kepada Allah swt, sebagaimana firman-Nya, ‘Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.’ (Q.s. An-Naba’: 9).”
Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq r.a. berkata, “Ada seorang laki-laki yang mengadu kepada salah seorang syeikh karena terlalu banyak tidur. Syeikh tersebut menjawab, ‘Pergilah kamu, dan bersyukurlah kepada Allah swt atas kesehatan yang diberikan-Nya. Sebab banyak orang yang mengeluh sakit karena ingin bisa tidur’.”

Dikatakan, “Tak ada yang lebih berat bagi iblis, melainkan bila si tukang maksiat tidur. Lalu iblis itu berkata, ‘Kapan dia bangun lagi dan melakukan perbuatan maksiat kepada Allah swt.’?”
Saya juga mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, “Syah al-Kirmany selalu terjaga, kemudian sekali ia dilanda ketiduran. Dalam tidurnya bermimpi melihat Allah swt. Setelah mimpi itu ia selalu berusaha untuk tidur. Ketika hal itu ditanyakan, dia hanya menjawab melalui untaian syair:
Kulihat girangnya kalbu dalam mimpiku Karenanya aku berhasrat untuk dilanda kantuk dan tidur.
Dikisahkan, bahwa ada seseorang memiliki dua murid. Keduanya kemudian bertengkar. Salah satu berkata, “Tidur itu baik. Sebab manusia pada saat itu tidak melakukan maksiat.” Kemudian yang satu berucap, “Terjaga itu baik, sebab pada saat itu dia mengenal Allah swt.” kemudian keduanya mengadukan kepada syeikh, “Untuk Anda yang berpendapat bahwa tidur lebih utama, maka mati itu lebih baik bagimu dibanding hidup. Kalau Anda yang berpandangan terjaga lebih baik daripada tidur, berarti hidup lebih baik bagi Anda daripada mati.”

Juga disebutkan bahwa ada seorang laki-laki membeli budak wanita. Ketika malam tiba lelaki itu berkata pada budaknya:
“Gelarlah tempat tidur.”
“Tuanku, apakah tuanku punya Tuan?”
“Ya”
“Apakah Tuanmu juga tidur?” tanya budak itu.
“Tidak.”
“Apakah engkau tidak malu bila engkau tidur, sedang Tuanmu tidak tidur?” kata budak wanita itu.
Dikatakan, “Bocah kecil putri Sa’id  bin  Jubair  bertanya,
‘Mengapa  engkau  tidak tidur?’ Jubair menjawab, ‘Karena neraka jahannam tidak bisa menidurkan aku.”
Dikatakan bahwa ketika Rabi’ bin Khaitsam meninggal dunia, seorang bocah wanita bertanya pada ayahnya, tetangga Rabi’, “Ayah, kemana hilangnya silinder yang ada di rumah tetangga kita?” Ayah bocah itu menjawab,
“Tetangga kita yang saleh itu benar-benar berdiri sejak sore hingga pagi hari. ” Lantas bocah itu mengkhayalkan, bahwa tetangga yang saleh itu hilang. Karena ia tidak bisa naik ke atap kecuali malam hari, dan di atas atap itu tetangganya berdiri.

Salah seorang Sufi berkata, “Dalam tidur ada makna-makna yang tidak didapat dalam jaga, antara lain bisa melihat Rasulullah saw, para sahabat dan ulama salaf, yang tidak bisa kita lihat di saat jaga. Begitu juga dalam tidur bisa melihat Allah swt, dan ini merupakan keistimewaan yang agung.”
Dikatakan, “Abu Bakr al-Ajiry melihat Allah swt. dalam mimpinya. Allah lalu berfirman padanya, “Mintalah apa kebutuhanmu.“ Lalu Abu Bakr mendoa, ‘Ya Allah, ampuni seluruh pendusta dari ummat Muhammad saw.’ Maka Allah swt. menjawab, “Aku lebih utama daripada kamu dalam hal ampunan. Karena itu minta saja apa kebutuhanmu.”

Muhammad bin Ali al-Kattany berkata, “Aku bermimpi bertemu Nabi saw, lalu Nabi bersabda padaku, ‘Siapa yang berhias diri demi manusia dengan sesuatu padahal Allah Maha Tahu kebalikannya,   Allah akan mencelanya’.”

Al-Kattany berkata, “Aku mimpi bertemu Nabi saw dan aku memohon padanya, ‘Berdoalah kepada Allah agar Dia tidak mematikan hatiku.’ Maka Nabi saw bersabda, ‘Ucapkan empatpuluh kali setiap hari: Yaa Hayyu Yaa Qayyuum Laa Ilaaha illa Anta. Allah akan menghidupkan hatimu’.”
Hasan bin Mi r.a. mimpi bertemu Nabi Isa as, lalu al-Hasan bertanya, “Aku ingin membuat stempel, apa yang harus kutulis pada stempel itu?” Maka Isa as menjawab, “Tulislah: Laa Ilaaha Illallaah Al-Malikul Haqqul Mubiin.” Kalimat itu merupakan akhir dari ayat dalam Injil.

AbuYazid al-Bisthamy meriwayatkan, ‘Aku mimpi bertemu Allah swt, lantas aku bertanya kepada-Nya, ‘Bagaimana aku
menempuh jalan kepada-Mu?’
Allah berfirman, ‘Tinggalkan dirimu dan kemarilah’.”
Diceritakan bahwa Ahmad bin Hadhrawaih bermimpi melihat Tuhannya. Allah berfirman padanya, “Hai Ahmad, setiap manusia saling mencari dari-Ku, kecuali Abu Yazid. Sebab dia mencari Aku.”
Yahya bin Sa’id al-Qaththan bercerita, “Aku bermimpi melihat Tuhanku. Lalu aku memohon, ‘Tuhan, berapa lama aku memohon kepada-Mu, namun belum Engkau kabulkan?’ Allah swt. menjawab, “Wahai Yahya, Aku sesungguhnya senang mendengarkan suaramu.”

Bisyr ibnul Harits berkata, “Aku bermimpi melihat Amirul Mukrninin Ali bin Abu Thalib r.a. dan kupinta, ‘Nasihatilah aku wahai Amirul Mukminin!’ Lalu beliau berkata, ‘Betapa bagusnya perasaan orang-orang kaya yang peduli pada para fakir, semata karena mencari pahala dan Allah swt. Dan lebih baik dan itu apabila orang-orang fakir bebas dan orang-orang kaya, hanya bergantung kepada Allah swt.’ Aku masih meminta, ‘Tambah lagi wahai Amirul Mukrninin,’ lantas beliau bersyair:
Aku benar-benar telah mati
Lalu aku jadi hidup
Dan tidak lama lagi
engkau bakal mati.

Dikatakan, “Sufyan ats-Tsaury muncul dalam mimpi, lalu ditanya, ‘Apa yang telah dilakukan Allah kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Dia mengasihiku.’ Lalu ditanyakan lagi, ‘Bagaimana keadaan Abdullah ibnul Mubarak?’ Dia menjawab, ‘Oh, dia tergolong orang yang masuk kepada Tuhannya setiap hari dua kali’.”
Saya mendengar Abu Ali ad-Daqqaq r.a. berkata, “Syeikh Abu Sahl ash-Sha’luky bermimpi ketemu Abu Sahl az-Zujjajy. Az-Zujjajy berkata dengan janji keabadian. Maka dia ditanya, ‘Apa yang telah dilakukan Allah padamu?’ Az-Zujjajy menjawab, ‘Persoalan di sana lebih mudah dibanding yang kita duga’.”
Al-Hasan bin Ashim asy-Syaibany dimimpikan, lalu dia ditanya, “Apa yang telah dilakukan Allah kepadamu?” Dia menjawab, “Tiada sesuatu dan Yang Maha Murah, kecuali kemuliaan.”

Sebagian Sufi dimimpikan oleh beberapa orang. Diantaranya ada yang ditanya mengenai
kondisinya. Dia menjawab:
Perhitungkanlah kami, dan
selamilah, kemudian
betharaplah, maka
raihlah kemuliaan.

Hasan al-Bashry masuk sebuah masjid untuk shalat maghrib. Ternyata imam masjid tersebut adalah orang ajam (non-Arab). AlBashry tidak mau shalat makmum di belakangnya, karena khawatir logat ajam imam itu tidak fasih, Ketika tidur al-Bashry bermimpi bertemu seseorang yang bertanya, “Kenapa Anda tidak shalat di belakangnya? Sungguh, seandainya Anda shalat di belakangnya, dosamu yang telah lalu akan diampuni semua.”

Malik bin Anas tampak dalam mimpi, lalu ditanya, “Apa yang dilakukan Allah swt. padamu?” Dia menjawab, “Allah mengampuni dosaku, karena satu ucapan, yang diucapkan oleh Utsman bin Affan r.a, ketika melihat jenazah, Subhaanal Hayyi ai-Ladzi laa Yamuut. (Maha Suci Dzat Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati).”
Ketika malam kematian Hasan al-Bashry seseorang dimimpikan, seakan-akan pintu-pintu langit dibuka. Dan seolah-olah ada suara yang memanggil, “Hai perhatikanlah, Hasan al-Bashry datang kepada Allah swt. dan Allah swt. Ridha kepadanya.”

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.