sufinews.com. Haul ulama karismatik Kalimantan Tuan Guru Sekumpul dihadiri ribuan orang beberapa hari lalu. Ulama bernama asli Muhammad Zaini bin Abdul Ghani kelahiran Dalam Pagar, Martapura Timur, Kabupaten Banjar adalah keturunan ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
Guru Sekumpul mempunyai nama kecil yaitu Qusyairi. Beliau adalah anak pertama dari pasangan Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman dengan Hj. Masliah binti H. Mulia. Ayah dan neneknya yang bernama Salbiyah merupakan guru pertama dalam pendidikan Tauhid, akhlak serta membaca Al-Qur’an.
Pada umur 9 tahun sudah hapal Tafsir Jalalain dan mampu menghafal Al Quran. Di usianya yang ke 10 Qusyairi diberi kelebihan-kelebihan khusus tentang ilmu keagamaan. Adapun pendidikan formal Guru Sekumpul dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Kemudian melanjutkan pendidikan Tsnawiyahnya di MTs Darussalam.
Selain sekolah formal juga nyantri di beberapa ulama seperti Syaikh Seman Mulia. Kemudian belajar ilmu tajwid pada Syaikh Salman Jalil, Syaikh Nashrun Thahir dan KH. Aini Kandangan.
Syekh Seman Mulia yang juga paman Guru Sekumpul mempunyai arti khusus. Ditangan pamannya inilah dididik secara intensif. Syekh Seman sering mengajak mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan “kekhususan” ilmu di daerah Kalimantan Selatan maupun di Jawa. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) Guru Sekumpul kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir.
Selain itu, di antara guru-guru Guru Sekumpul lagi selanjutnya Syekh Syarwani Abdan Bangil, al-Alim al-Allamah al-Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut guru khususnya dalam ilmu tasawuf. Selain itu pernah belajar kepada Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani, Syaikh Abdul Kadir al-Bar
Selain mengisi majelis taklim, Guru Sekumpul juga menulis beberapa kitab diantaranya Risalah Mubaraqah, Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani. Kemudian Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah dan Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy. Ulama ini meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada usia 63 tahun
KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari mendapat banyak julukan. Masyarakat utamanya wilayah Kalimantan kerap memanggilnya dengan Tuan Guru Sekumpul, Tuan Guru Ijai, Abah Guru hingga Tuan Guru. Di Martapura dan sekitarnya, Guru Sekumpul mengajarkan tarekat Sammaniyah kepada para muridnya, setidaknya mulai semarak sejak 1994. Sanad yang disambungkan dia berasal pula dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Guru Sekumpul memiliki sejumlah pengikut dalam kajian tarekat ini. Di antaranya adalah KH M Syukeri Unus (Amuntai), KH Sofyan Noor bin H Ahmad Sya’rani, KH Syamsuri bin H Muhrid, dan KH Munawar Gazali. Sejak 1970-an, pengajian-pengajian yang digelar Guru Sekumpul memang menjabarkan tarekat Sammaniyah. ( dari berbagai sumber)