Mengamalkan Hizib Dan Pakai ‘Azimat

Assalamu alaikum wr wb.
Saya banyak berguru dan banyak memegang azimat serta mengamalkan hizb, awal puasa semua azimat saya buang semua ke laut, mengapa  sebagian ulama

Harus dibaca juga..

mengatakan dan menhalalkan kita memakai azimat dan mengapa mereka seperti tarekat Naqsabandiah Qodiriah Khalwatiah Samaniah Yayasan Babussalam Bekasi.

Apakah ahli thareqat atau ahli sufi membisaakan kita melaksanakan ihktiar kita dengan memakai hizib dan azimat untuk memudahkan hajat? Mohon di jawab
Wassalamu’alaikum wrwb.
Nuralam.kiraman (ellam_cancer70@yahoo)

Jawab:
Hizib adalah bacaan berisi doa-doa khusus. Apakah berdoa itu dilarang? Apalagi doa itu datangnya melalui Ilham Allah kepada seorang Wali yang menjadi KekasihNya?

Bila ada seseorang diperintahkan oleh para Syeikhnya untuk mengamalkan suatu hizb, maka pasti ada prosesi pendidikan ruhani yang sedang dan harus dijalankan. Karena itu dalam dunia Sufi, tidak etis apabila menanyakan, apa istemewanya atau hikmah dari hizib tersebut? Karena para pengamal hizb juga tidak boleh memaknai aapalagi menafsiri hizb tersebut. Semua hanya dimaknai Allah Allah Allah, karena setiap huruf yang ada hakikatnya adalah Asma-asma Allah semua.

Kalau anda mengamalkan suatu hizb karena motif hikmah atau keistemewaan dibalik hizb tersebut, anda pada saat yang sama sedang “membatasi Allah”, membatasi rahmat dan anugerah Allah. Tujuan dzikir dibalik hizib adalah munajat, doa, dan hajat utama kita adalah menuju dan bertemu Allah Ta’ala.

Kalau kebetulan anda mengenal makna dibalik doa dalam hizb, maka yang harus anda hizibi adalah hawa nafsu anda sendiri, bukan orang perorang. Sebab bila anda menghizibi seseorang yang anda anggap sebagai musuh anda, pada saat yang sama anda mengabaikan musuh terbesar anda, yaitu hawa nafsu anda sendiri. Begitu juga anda telah kehilangan Allah swt, ketika anda membaca hizib yang anda tujukan kepada seseorang, karena yang terbayang adalah sosok orang itu. Padahal seharusnya kemanapun anda menghadap, disanalah Allah.

Sedangkan memakai azimat boleh-boleh saja, tidak pakai juga tidak apa-apa. Asal azimat itu tidak dijadikan gantungan hati. Seperti seorang tentara membawa senjata pistol, apakah membawa pistol itu musyrik? Menjadi musyrik kalau sang tentara menganggap pistolnya sebagai Tuhan yang menolong segala-galanya. Disamping azimat itu bisa dipakai jika tidak ada khadam Jinnya, walau pun Jinnya Muslim. Itu sangat tergantung siapa yang membuat azimat dan kesucian, kejernihan dan keikhlasan orang yang membuat azimat.
Juga tidak lepas dari kemungkinan banyaknya beredar azimat yang berkhadam Jin. Itu harus dihindari!

Jika anda temui orang sufi yang memakai rajah atau azimat, jangan langsung divonis, kenapa seorang Sufi masih memakai azimat! Siapa tahu ia menggunakan itu agar dirinya tidak sombong. Atau memang ada perintah khusus dari Mursyidnya, karena sang Mursyid lebih tahu apa yang kelak dihadapi oleh para muridnya. Sebab kesombongan bisa muncul dibalik kata-kata, “Saya sih cukup bergantung dengan Allah saja, ngapain pakai gitu-gituan…”. Hati-hati dengan kalimat demikian, karena seperti itu, bisa merupakan ekspressi dari kesombongan dan riya’.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.