Diriwayatkan dari Abu Ali ar-Ribathy:
Aku menemani Abdullah al-Maruzy, dan la sedang memasuki padang pasir tanpa bekal maupun kendaraan, sebelum aku menemaninya. Ketika aku telah menemani, ia berkata padaku:
`Mana yang lebih Anda cintai, Anda pemimpinnya atau aku.’
`Tidak, aku lebih senang Anda saja,’ kataku.
`Kalau begitu Anda harus patuh.’
`Ya,’ jawabku.
Kemudian ia mengambil keranjang untuk ditempati bekal, lalu keranjang itu ia panggul di atas punggungnya. Bila aku minta beban itu dengan kataku, Mana, berikan keranjang itu, aku bawakan,’ pintaku. Ia lantas menjawab, Akulah pemimpin, dan Anda harus patuh.’
Tiba-tiba suatu malam turun hujan hingga pagi. Hujan itu membasahi kepalaku, sementara kain penutup memiliknya ia bentangkan untuk menghalangi air hujan padaku. Aku berkata dalam hatiku, `Wah, celaka, bila aku mati, padahal belum kukatakan, padanya, `Engkaulah pemimpin’!’ Lalu ia berkata padaku, `Bila Anda bersahabat dengan orang lain, maka temanilah ia seperti Anda melihat bagaimana aku menemanimu’.