Klasifikasi Siksa Akhirat

Imam Al-Ghazali

Harus dibaca juga..

Tentang tuntutan Anda kepada saya untuk merinci siksa akhirat berikut klasifikasinya, Anda jangan terlalu antusias, sebab yang demikian itu berakibat pada rasa bosan yang berkepanjangan. Anda cukup merasa puas dengan klasifikasinya saja.

Dalam alam musyahadah, saya melihat lebih jelas dibanding penglihatan mata kepala, telah tampak bahwa siksa akhirat itu terdiri dari tiga kelompok —siksa ruhani— yaitu:

Terhalang untuk menggapai apa yang disenangi,
Terbukanya kejelekan yang memalukan,
Penyesalan atas raibnya apa yang disenangi.

Tiga klasifikasi tersebut merupakan tiga ragam neraka ruhani yang menyiksa ruh, sebagai dampak negatif dari kehidupan dunia, hingga mencapai tingkat neraka jasmani. Tetapi hal ini terjadi pada tahap penyiksaan. Berikut ini penjelasan tentang kiasifikasi siksa tersebut:

Pertama, pedihnya perpisahan dengan apa yang dicintai atau disenangi.
Bentuk perumpamaannya dalam alam inderawi dan alam imajinasi atau fantasi adalah, ular naga yang disinyalir oleh syariat. Jumlah kepala ular naga tersebut adalah jumlah nafsu syahwat dan sifat-sifatnya yang tercela. Semua itu mematuk dan menyengat lubuk hati sehingga terasa amat sakit dan pedih, walaupun tubuh telah terpisah dengannya.

Bisa saja Anda bayangkan dalam alam empiris Anda, suatu contoh:

Seorang raja yang menguasai seluruh daratan bumi, menguasai seluruh bentuk kesenangan, ia bersenang-senang dan berfoya-foya semaunya dengan kenikmatan-kenikmatan tersebut, mengikuti ambisi hawa nafsu dalam mengurusi seluruh persoalan. Ia dipatuhi oleh rakyatnya, sangat perkasa di mata musuh-musuhnya dan seterusnya. Sehingga ia bersenang-senang dengan kenikmatan duniawi, bersenang-senang bersama keluarganya, memanfaatkan seluruh perbendaharaan harta-bendanya semaunya.

Sekarang coba Anda lihat, apakah di dalam hatinya terdapat ular naga yang memiliki banyak kepala, menelan lubuk hatinya, sedangkan badannya terpisah darinya? Dia hendak menguji tubuhnya dengan aneka macam bencana dan penyakit, agar bisa terbebas dari ular naga tersebut. Bisa Anda duga, barangkali Anda akan memaki-makinya karena Anda mencium bau busuk disebabkan jilatan api yang sangat membara, yang tidak bisa dilihat kecuali pada lubuk hati yang disiapkan untuk orang yang mengumpulkan harta dan selalu menghitung-hitungnya, sementara dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.

Jadi, siksa setiap orang mati bergantung pada kadar jumlah kepala ular naga tersebut. Jumlah kepalanya itu sendiri bergantung pada jumlah apa yang dicintai, disenangi dan disayangi.

Karena itulah, orang yang sangat fakir dan amat sedikit menikmati kenikmatan-kenikmatan dunia, maka siksanya lebih ringan. Orang yang sama sekali tidak punya hubungan dengan dunia, maka ia benar-benar tidak mendapatkan siksa.

Kedua, terbukanya kejelekan yang memalukan.
Bisa Anda bayangkan hal berikut: Seorang laki-laki hina-dina, fakir dan lemah disukai oleh salah seorang raja. Dia diangkat derajatnya dan diberi wewenang sebagai wakil raja.

Sang raja memberi kebebasan kepadanya untuk memasuki tempat-tempat yang hanya boleh diketahui dirinya dan untuk mengetahui seluruh perbendaharaan kerajaan, berdasarkan pada kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Setelah merasa dapat berkuasa dan segala bentuk kesenangan ada di tangannya, ia menjadi sombong dan bertindak melampaui batas. Dia berkhianat dalam hal penggunaan kekayaan kerajaan, menzinai keluarga raja, putri-putri dan dayang-dayangnya. Dalam kondisi demikian itu ia berpura-pura tetap menjaga kepercayaan di hadapan raja, dan yakin bahwa sang raja tidak akan mengetahui pengkhianatan-pengkhianatannya.

Pada saat ia asyik dengan tindakan keberingasan dan pengkhianatannya, tiba-tiba ia melihat sebuah lubang dinding, dari sana ia tahu bahwa sang raja memperhatikannya. Selanjutnya ia tahu bahwa sang raja mengawasinya setiap hari sepanjang siang dan malam, namun ia tidak mempedulikan dan meremehkannya, sehingga tindakannya semakin membabi buta.

Karena itulah, ia tambah berhak untuk mendapatkan siksa, seluruh aneka siksa akan ditimpakan kepadanya di akhirat nanti.

Sekarang coba Anda lihat hatinya, bagaimana ia terbakar dengan api kesirnaan, rasa malu dengan terbukanya kejelekan-kejelekannya, sementara tubuhnya tcrpisah dengannya. Bagaimana ia menyukai tubuhnya disiksa dengan bermacam-macam siksa di satu sisi, dan ia pun menyembunyikan rasa malu?

Begitu pula dengan Anda, ketika melakukan beberapa perbuatan yang sangat Anda senangi, padahal perbuatan-perbuatan itu memiliki hakikat yang jelek dan buruk. Anda tidak mengetahuinya, Anda kira hal itu baik. Hakikat keburukan perbuatan Anda itu tersingkap nanti di akhirat, hingga Anda merasa malu, yang membuat diri Anda pun merasakan kepedihan yang berpengaruh pada kepedihan fisik yang tiada tara.

Barangkali Anda akan bertanya, “Bagaimana hakikat dan spiritnya bisa tersingkap kepadaku?”

Anda tidak akan memahaminya tanpa perumpamaan; diantaranya sebagai berikut:
Seorang muadzin mengumandangkan adzan di bulan Ramadhan sebelum subuh. Kemudian dalam tidurnya ia bermimpi bahwa pada tangannya terdapat cincin, dengan cincin itu dia menutup mulut para laki-laki dan vagina kaum wanita.

Ibnu Sirin berkata kepadanya, “Mimpi ini dikarenakan kamu adzan sebelum subuh.”

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.