Bagaimana jadinya kalau kedai kopi menjadi tempat obrolan-obrolan sufistik ? Ya. Tentu kedai itu
akan mengubah tradisi kedai sebagai tempat jagongan para berandalan, menjadi sumber kreativitas pikiran- pikiran nakal sufistik.
Kedai Sufi adalah kedai yang dihadirkan oleh penulis buku ini, untuk menjadi pelototan mereguk substansi soal hidup yang kentekstual dengan jaman ini. Di dalamnya ada empat tokoh yang senantiasa menghiasi pergolakan sufistik di Kedai Sufi: Pardi, Dulkamdi, Kang Saleh dan Cak San.
Berbagai persoalan dikuliti. Salah satu contoh adalah soal diskusi tentang “Tiga Kiai Pekerja Seks”. Apa jadinya kalau seorang kiai berhubungan dengan pekerja seks dan dunia pekerja seks? Buku ini menjawabnya nakal. Biar! Tidak apa-apa. Syah. Harus.
Salah satu tokoh yang diceritakan adalah Kiai Madun. Ketika Sang Kiai tiba-tiba menghadapi problem “takut mati”, hingga menjadikan tubuhnya berkeringat dingin. Kiai Madun mendatangi gurunya. Sang mursyid enteng menjawab: “Obatnya mudah. Datanglah ke tempat pekerja seks!”
Betapa sedihnya Kyai Madun. Pikirnya:”apakah sudah sedemikian hina, sehingga ia harus mendatangi pekerja seks.” Diam-diam Kiai Madun datang juga ke kompleks pekerja seks. Singkatnya, ihwal penyakitnya itu sembuh seketika setelah dari kompleks itu. Terapi sufi: manjur.
Tentu masih banyak soal lain yang menjadi bahan obrolan di Kedai Sufi dalam buku ini. Obrolan ini menarik dibaca. Sebab, obrolan itu tampak seperti terapi sufistik tentang persoalan kehidupan yang dihadapi manusia jaman ini.
Selain itu, satu bagian di buku ini merupakan “Konsultasi SuEstik”. Berasal dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada penulisnya. Nilai praktis merupakan kelebihan dari membaca “Konsultasi Sufistik”, sebab problem-problem yang dihadapi, seturut tema di buku ini, akan langsung ditemukan jawabannya.
Tulisan-tulisan yang ada di buku ini, sejarahnya merupakan tulisan-tulisan yang pernah ada di media massa, majalah dan tabloid. Meski begitu, kesambungan cerita di bagian “Kedai Sufi”, yang menghadirkan empat tokoh: Pardi, Dulkamdi, Kang Saleh dan Cak San, telah merangkaikan sejumlah gagasan penting yang tidak terpotong-potong.
Selamat membaca!