Dengan begitu makananmu benar-benar dari kiprah anugerah dan kemurahanNya, hanya saja anda tidak tahu dan tidak mengerti.
Nafsu itu menjadi hijab mereka, manakala nafsu telah hilang dari pusatnya maka hilanglah hijab itu. Disinilah Abu yazid al-Bisthamy ra, mengatakan, “Aku bermimpi melihat Tuhanku, dan aku bertanya, bagaimana jalan menuju kepadaMu wahai Sang Pencipta? Lalu Allah Azza wa-Jalla menjawab, “Tinggalkan nafsumu dan kemarilah!”.
Lalu aku meninggalkan nafsu itu seperti biji meninggalkan kulitnya. Karena Allah swt, memperjelas terhadap nafsu, bukan lainnya, dan Dia memerintahkan untuk meninggalkan nafsu. Karena dunia dan semuanya selain Allah Azza wa-Jalla mengikuti nafsu. Dunia dan akhirat dengan segala kesenangannya juga mengikuti nafsu. Allah swt. Berfirman:
“Dan di dalam syurga itu apa yang yang disenangi oleh nafsu-nafsu dan menyenangkan mata.” (Az-Zukhruf 71).
Kaum Sufi itu ketika siang hari mereka melakukan kebajikan untuk makhluk dan keluarganya, sedangkan di malam hari, mereka hanya untuk khidmah kepada Tuhannya Azza wa-Jalla dan khalwat denganNya.
Para raja saja, di siang hari mereka bercengkerama dengan anak-anaknya, binatang buruan dan menyelesaikan kebutuhan rakyatnya. Ketika malam hari mereka melakukan pertemuan dengan para menterinya dan pengawal terpilihnya.
Dengarkan! Semoga Allah swt merahmatimu apa yang aku ucapkan, dengarkan dengan telinga hatimu, camkanlah dan kerjakanlah bersama Allah Azza wa-Jalla. Seseorang seharusnya tidak bicara kecuali bersama Allah swt, dan dari Allah swt. Ia tidak bicara kecuali dengan jalan Allah Azza wa-Jalla yang paling bersih. Anda tidak bisa diterima jika mengatakan kepadaku, “Betapa bagusnya kamu.” Tetapi katakanlah kepadaku dengan ucapan hatimu, maka anda jadi bagus.
Amalkan atas apa yang ku ucapkan padamu, ikhlaslah dalam mengamalkan itu, sampai ketika aku melihat semua itu darimu, aku katakan padamu, “Kalian memang bagus.”.
Sampai kapan anda puas dengan nafsumu, duniamu, akhiratmu, makhluk dan segala hal selain Allah Azza wa-Jalla secara total? Makhluk itu hijab nafsumu, dan nafsumu adalah hijab hatimu, dan hatimu adalah hijab bagi rahasia batinmu.
Sepanjang anda bersama makhluk, maka anda tidak bisa melihat nafsumu. Namun jika anda meninggalkan makhluk anda akan melihat nafsu anda, betapa nafsu itu sangat memusuhi Tuhanmu Azza wa-Jalla dan musuh bagi kebahagiaan sejatimu.
Karena itu perangilah nafsu itu secara terus menerus sampai ia tenang di hadapan Tuhannya Azza wa-Jalla, tenang dan tenteram pada janjiNya, dan takut akan ancamanNya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Nya.
Disanalah anda berserasi dengan takdir Allah Azza wa-Jalla.
Maka disitulah hijab sirna dari qalbu. Rahasia batinmu akan melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya, dimana Qalbu dan rahasia Qalbu mengenal Tuhannya Azza wa-Jalla,
bergegas menuju kepadaNya, sama sekali tidak terpaku pada sesuatu selain Dia Azza wa-Jalla.
Sang arif itu tidak pernah berhenti pada sesuatu pun selain Allah Azza wa-Jalla Sang Pencipta segala sesuatu itu sendiri.
Si arif tidak tidur untukNya, tidak lelah bagiNya, tidak ada batasan bagiNya, kepada Allah Azza wa-Jalla.
Sang pecinta tiada maujud dirinya, karena ia berada di lembah Takdir dan Pengetahuan bersama Allah Azza wa-Jalla.
Gelombang lautan ilmu menanjakkan ketinggiannya, hingga melepaskannya ke angkasa menuju bintang-bintang.
Ia sendiri sirna, tiada, tak terfahami logika. Ia bisu dan tuli, kecuali hanya mendengar Allah Azza wa-Jalla, tidak melihat lainNya. Ia mati di hadapan Allah azza wa-Jalla, dan bila Allah Azza wa-Jalla menghendakinya, Dia menghidupkannya, dan apabila Allah azza wa-Jalla berkehendak, Dia menampakkannya.
Selamanya, ia berada dalam kemah-kemah taqarrub pada Allah Azza wa-Jalla. Bila datang kesempatan hukuman mereka siap melaksanakan. Jika ada kesempuatan keluar, mereka berada di depan gerbang melaksanakan eksekusi terhadap makhluk, sebagai perantara antara makhluk dengan Allah Azza wa-Jalla. Itulah situasi kondisi mereka, namun kondisi ruhani mereka itu ada yang dirahasiakan.
Wahai kaumku, hati-hati! Kalian sedang bingung, karena kalian berada di simpang zaman yang sia-sia. Sabarlah bersama Allah Azza wa-Jalla, maka kalian bisa melihat apa yang ada di dunia dan di akhirat.
Bila kalian ingin mewujudkan Islam, kalian harus Istislam (pasrah total). Bila anda ingin meraih taqarrub dari Allah Azza wa-Jalla, seharusnya anda menyerahkan diri anda di hadapanNya, takdir dan tindakanNya, tanpa harus bertanya, “Kenapa? Bagaimana?”.
Dengan cara begitu anda bisa bertaqarrub. Jangan sekali-kali punya kemauan, karena punya kamuan di hadapanNya itu tidak benar. Allah Azza wa-Jalla berfirman: “Dan mereka tidak bisa berkehendak kecuali Allah menghendakinya.” (Al-Insaan: 30)
Bila apa yang anda inginkan tidak tercapai, maka jangan lagi berhasrat lebih. Jangan sampai engkau tentang Allah Ta’ala, dalam hal tindakanNya. Bila Allah menguji harga dirimu, hartamu, kesehatanmu, anakmu dan dan hancurnya dirimu, maka tersenyumlah dalam menghadapi takdirNya, kehendakNya dan perubahanNya. Tetaplah begitu bila anda ingin dekat denganNya, jika anda ingin bersih jiwamu bersamaNya. Bila anda ingin hatimu sampai padaNya, sedangkan anda di dunia, maka rahasiakanlah deritamu dan tampakkanlah kegembiraanmu, dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik. Rasulullah saw, bersabda:
“Roman gembira orang beriman itu di wajahnya, sedangkan susahnya tersimpan di hatinya.”
Jangan sampai anda mengadu pada seseorang, karena jika anda mengadu pada Allah Azza wa-Jalla, namun juga mengadu pada sesama makhluk, dirimu gugur di hadapanNya, sehingga masalah anda tidak hilang.
Jangan kagum pula pada amal perbuatan anda, karena kagum itu merusak amal ibadah anda. Namun siapa yang memandang pertolongan Allah Azza wa-Jalla (dibalik amal ibadahnya), seluruh ketakjuban amal akan sirna. Jadikan tujuanmu itu adalah Dia, karena Dialah yang menjadikan rahmat bagimu, menyiapkan faktor-faktor penyebab sampainya dirimu padaNya.
Bagaimana anda bisa menjadikan tujuanmu padaNya sedangkan anda dusta dalam ucapan maupun tindakan? Orang yang mencari pujian dari sesama, pada saat yang sama juga takut akan caciannya.
Semua yang datang dari Allah Azza wa-Jalla benar. Kaum sufi semuanya benar tanpa dusta. Benar tapi tidak ditampakkan.