Jawaban Syekh Junaid Ketika Ditanya Penyakit Nafsu

sufinews.com. Syekh Junaid suatu hari sedang berjaga pada malam hari. Beliau tidak merasa tidak pernah mempunyai kenikmatan seperti malam tersebut. Tidak ada rasa ingin tidur, tidak pula merasa ingin duduk. Kejadian ini membuat beliau kemudian membuka pintu dan keluar.

Harus dibaca juga..


Setelah pintu terbuka dan hawa malam menusuk badan, tiba-tiba beliau melihat seseorang. Sama-samar dan kemudian semakin jelas sosoknya. Lelaki tersebut ternyata tidak dikenalnya. Ia hanya berselimut kain yang nampaknya terbuang di tengah jalan. Kain itu tampak lusuh.

Sejenak kemudian orang asing itu berkata,” Wahai Abu Qasim (julukan syekh Junaid) datanglah kepadaku sejenak.”

“Wahai tuan tanpa ada perjanjian,” jawab Syekh Junaid.

Lelaki asing itu kemudian menjawab,” Tentu, saya ingin bertanya tentang penggerak hati yang hatimu juga ingin bergerak kepadaku.”

“Itu telah terjadi, lantas apa yang menjadi kepentinganmu,” tanya Syekh Junaid.

“Kapan penyakit nafsu bisa menjadi obat ?,” tanya lelaki itu lagi.

Pertanyaan tersebut kemudian dijawab dengan singkat,” Apabila engkau bisa mencegah keinginan nafsu, maka penyakitnya menjadi obat.”
Lelaki tersebut kemudian menunduk dan menghadapkan dirinya pada nafsunya. Kemudian ia berkonsentrasi lalu berkata,” Wahai nafsu dengarkanlah! Saya telah menjawabmu dengan jawaban ini sebanyak tujuh kali, kemudian saya menolakmu kecuali engkau mau mendengarkan jawaban dari Junaid. Untuk itu pergilah dariku. Saya tidak mau tahu dan tidak mau memberimu posisi.”

Kisah tersebut ada dalam bab nafsu di kitab Risalah Qusyairiyah karya imam al Qusyairi. Menurut Syekh Abu Bakar at Thamatsani, kenikmatan yang terbesar adalah kemampuan untuk menghindarkan diri dari keinginan nafsu. Ia akan menjadi penghalang yang kuat antara diri hamba dengan Allah SWT.

Tentang nafsu ini seperti diceritakan Jabir bin Abdullah, bahwasanya Rasulullah saw pernah bersabda,” Saya peringatkan umatku terhadap sesuatu yang saya takuti, yaitu mengikuti hawa nafsu dan terlalu berangan-angan. Mengikuti hawa nafsu akan menjauhkan diri dari kebenaran, sedang terlalu berangan-angan akan melupakan akherat. Kemudian katakanlah, sesungguhnya mencegah hawa nafsu adalah fondasi ibadah.”

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.