Syukur
Al‑Junayd berkomentar, “Ada cacat dalam bersyukur, karena manusia yang bersyukur melihat peningkatan bagi dirinya sendiri; jadi ia sadar di sisi Allah swt. lebih dari bagian dirinya sendiri.”
Al‑Junayd mengatakan, “Bersyukur adalah bahwa engkau tidak memandang dirimu layak menerima nikmat.”
Al‑Junayd menjelaskan, “Suatu waktu, ketika aku masih berumur tujuh tahun, aku sedang bermain‑main di hadapan as‑Sary, dan sekelompok orang yang sedang berkumpul di hadapannya, berbincang tentang syukur. Ia bertanya kepadaku, ‘Wahai anakku, apakah bersyukur itu?’ Aku menjawab, ‘Syukur adalah jika orang tidak menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada‑Nya.’ Ia mengatakan, ‘Derajatmu di sisi Allah akan segera engkau peroleh melalui lidahmu, nak’!” Al‑junayd mengatakan, ‘Aku senantiasa menangis mengingat kata‑kata as‑Sary itu.”
Al-Junayd menuturkan, “Manakala as‑Sary berkehendak untuk mengajarku, biasanya ia mengajukan sebuah pertanyaan kepadaku. Suatu hari ia bertanya kepadaku, ‘Wahai al‑junayd, apakah syukur itu?’ Aku menjawab, ‘Syukur adalah jika tidak satu bagian pun dari nikmat Allah swt. digunakan untuk bermaksiat kepada‑Nya.’ Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana engkau sampai pada (pengetahuan) ini.’ Aku menjawab, ‘Bersama majelis‑majelis Anda’.”