Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany-Hari Ahad Pagi tanggal 13 Rajab tahun 545 H, di Pesantrennya
Orang beriman itu asing di dunia, sedangkan orang zuhud itu asing di akhirat.
Adapun orang ‘arif asing dari segala hal selain Allah swt. Orang beriman itu terpenjara di dunia walau pun rizkinya begitu luas, rumahnya mewah, harta dan tahtanya melimpah, tertawa bergembira bersama orang-orang sekitarnya, namun sesungguhnya batinnya terpenjara.
Wajahnya tampak sumringah, namun batinnya berduka. Ia mengenal dunia, lalu dunia dicerai dari hatinya. Pertama mencerainya, ia lakukan dengan cerai satu. Karena ia masih takut jika matanya terpesona kembali. Ketika situasinya begitu, tiba-tiba Allah swt membukakan gerbang akhirat, maka melintaslah kilatan kebajikan yang indah di hadapannya, lalu ia langsung mencerai kedua kalinya. Namun ia masih dipeluk lagi oleh dunia, kemudian akhirat datang menghadapnya, lalu ia pun mencerai dunia untuk ketiga kalinya. Maka di sanalah ia diam di akhirat secara total.
Disaat ia total di akhirat, tiba-tiba ada lintasan cahaya Allah swt, lalu ia pun menceraikan akhirat.
Lalu dunia bertanya padanya, “Kenapa anda menceraikan diriku?”
“Karena aku melihat sesuatu yang lebih indah daripada kamu…”
Kemudian akhirat juga bertanya, “Kenapa anda menceraikan diriku?”
“Karena anda adalah makhluk yang dicipta, tergambar, aku ingin yang bukan dirimu. Bagaimana aku tidak menceraikanmu?” kata si mu’min.
Pada saat itulah ma’rifatnya kepada Tuhannya Azza wa-Jalla benar-benar terwujud, sehingga ia bebas merdeka dari segala selain Allah azza wa-Jalla, merasa asing baik di dunia maupun di akhirat, secara total, dalam keleburan total. Lalu dunia malah melayaninya. Ia lihat para pelayan bagi keluarganya, di mana aktivitasnya sunyi dari pesonanya dunia yang muncul dari penghuni dunia.
Ia dijadikan demikian karena agar tidak berpaling . Sebab karakter seseorang jika sudah mencintai yang lain, akan mengalir hadiah-hadiahnya pada tangan yang papa dan tetangga yang gembel, sebagai rasa penjagaan pada dirinya dan kecemburuan atas cintanya.
Karena itu menghadaplah pada Tuhanmu secara total. Tinggalkan esok demi sore ini, siapa tahu esok engkau sudah mati. Sedangkan anda hai si kaya, jangan sibuk dengan kekayaanmu, siapa tahu esok tiba, dan anda dalam kondisi miskin.
Janganlah anda bersama sesuatu, tapi jadilah bersama yang Mencipta segala sesuatu, yang tak diserupai oleh segala sesuatu. Jangan sampai anda gembira selain gembira padaNya. Rasulullah saw. Bersabda:
“Tak ada kerianggembiraan bagi seorang mu’min, selain bertemu Tuhannya.”
Manakala antara diri anda dan makhluk lain terobohkan, lalu terbangunlah antara dirimu dengan DiriNya, maka sesungguhnya Allah swt telah membuat pilihan padamu, maka jangan anda benci pilihanNya. Karena siapa yang bersabar bersama Allah Azza wa-Jalla akan diperlihatkan keajaiban dari Maha LembutNya. Siapa yang sabar dengan fakirnya, maka kecukupan bakal tiba.
Maka perbanyaklah mengikuti apa yang diberikan pada Nabi dalam menjaga diri, dan apa yang dilimpahkan pada para wali dalam wilayah kewalian serta orang-orang yang jiwanya asing. Setiap hamba merasa hina, Allah swt memuliakannya. Sepanjang hamba tawadlu’ (rendah hati) Allah swt meninggikannya.
Allah swt-lah Yang Maha Memngangkat kemuliaan, Maha Menghinakan, Maha Luhur dan Maha Menundukkan, Maha Menolong dan Maha Memberi kemudahan. Kalau bukan karena Dia, kita tak pernah mengenalNya.
Hai orang-orang yang takjub dengan amalnya sendiri, betapa bodoh kalian semua! Kalau bukan karena taufiqNya, anda tidak bisa sholat, tidak bisa puasa, dan tidak bisa sabar. Seharusnya posisimu berada dalam syukur, bukan berada dalam takjub.
Kebanyakan ahli ibadah takjub dengan ibadahnya dan amalnya. Mereka mencari pujian dari sesama makhluk, senang menghadap pada dunia dan pemilik kekayaan dunia. Semua itu disebabkan karena mereka berpaku pada dirinya dan hawa nafsunya.
Dunia ini memang kekasihnya nafsu, dan akhirat adalah kekasihnya hati. Sedang Allah Azza wa-Jalla adalah Kekasihnya rahasia hati.
Aturan sudah ditanamkan di hatimu setelah meyakini kebenaran aturan hukum itu. Karena aturan tersebut adalah pijakan perkara ini. Siapa mengklaim bahwa pembenaran aturan itu tidak ada, ia telah dusta. Sebab hakikat yang tidak disaksikan oleh syariat berarti zindiq. Maka terbanglah menuju Allah Azza wa-Jalla dengan sayap Kitab dan Sunnah.
Masuklah padaNya, sedangkan tanganmu berada di tangan Rasulullah saw. Jadikan beliau sebagai pemimpin dan gurumu. Biarkan tangan Rasul saw, meriasmu, menyisir jiwamu dan menguraikanmu di hadapanNya. Dialah hakim di antara ruh, dialah pendidik bagi para murid, yang sangat mengenal baik dan buruknya para murodin (yang dikehendakiNya), pemimpin kaum salihin, pembagi kondisi ruhani dan maqomat diantara mereka. Karena Allah Azza wa-Jalla telah melimpahkan semuanya kepadanya. Beliau saw, dijadikan sebagai penghulu dari semua semesta makhluk. Pakaian dari raja yang diberikan pada pasukan pasti dibagikan melalui komandannya.