Pengajian 10 Ramadhan,tahun 545 H.di Madrasahnya
Hai orang yang munafiq pada Allah Azza wa-Jalla… Ingatlah bahwa
Dia yang menampakkan pada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, Yang Memanggil mereka, Yang Memadukan semua hati makhlukNya yang dikehendakiNya, Dialah yang menundukkan. Lalu anda menginginkan –dengan kemunafikan anda– agar hati para makhluk bergabung denganmu. Sungguh ini tidak bakal terjadi.
Anak-anak sekalian…. Tinggalkan kesenangan syahwatmu di bawah telapak kakimu, berpalinglah dari bersenang-senang secara total. Bila ada sedikit kesenangan dalam diri anda sesuai dengan ketentuan Allah Azza wa-Jalla yang sudah ada, pasti akan tiba pada waktunya. Sebab ketentuan yang sudah ada tidak dibenarkan untuk ditepiskan. Pengetahuan Allah Azza wa-Jalla tentang hal yang ditetapkan tidak akan pernah berubah dan diganti.
Bagianmu bakal tiba kepadamu dengan sempurna, mencukupi dan penuh kebaikan, yang diberikan dengan Tangan Kemuliaan, bukan dengan Tangan Kehinaan, dengan demikian secara langsung anda malah meraih pahala zuhud di sisi Allah azza wa-Jalla. Dia pun memandangmu dengan Mata Kemuliaan sebab anda tidak meraihnya dengan sifat ambisius dan rakus.
Sebagaimana anda lari dari bagian milikmu, justru milik itu akan terus bergantung dan mengikutimu. Maka zuhud tidak dibenarkan disini, namun anda harus berpaling dari bagian milikmu itu, sebelum waktunya tiba. Anda pun akan tahu dariku makna zuhud dan berupaya yang sebenarnya.
Janganlah anda duduk diam di tempat zawiyah anda dengan kebodohan anda. Pahami dan belajarlah, baru anda ’uzlah. Belajarlah pada hukum-hukum Allah Azza wa-Jalla dan amalkan, baru anda ’uzlah dari semuanya, kecuali anda bergabung dengan para tokoh Ulama billah Azza wa-Jalla, maka bergabungmu dengan mereka, menedgarkan ajaran mereka, lebih utama dibanding ’uzlahmu.
Bila anda bertemu salah satu dari mereka, maka bergabunglah dan belajarlah memahami ilmunya Allah Azza wa-Jalla dan mengenalNya. Belajarlah dan simaklah dari lisan-lisan mereka. Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh Ulama billah Azza wa-Jalla yang mengenal hukum-hukum Allah Azza wa-Jalla dan ilmuNya. Bila sudah benar seperti itu, silakan anda ’uzlah sendiri tanpa nafsu, tanpa syetan, tanpa kecenderungan watak dan kebiasaan buruk dan pandangan makhluk.
Bila benar ’uzlah anda seperti itu, para malaikat dan ruh-ruh sholihin serta hasrat mereka melingkupimu. Jika ’uzlah anda tidak seperti itu, maka ’uzlah anda hanyalah kemunafikan dan menghabiskan waktu dengan sia-sia belaka, malah anda terjebur di neraka dunia dan akhirat. Di dunia terjebur di neraka bencana dan di akhirat masuk nerakanya orang-orang munafik dan kafir.
Ya Allah, maafkan kami, ampuni kami, tutupi dosa kami, hapuslah dosa kami, terimalah taubat kami. Jangan Engkau buka tirai cacat kami, jangan Engkau siksa kami karena dosa-dosa kami, Ya Allah Ya Kariim. ”Dialah yang Menerima taubat hamba-hambaNya, dan memaafkan keburukan-keburukan mereka.” (Asy-Syuura, 25). Terimalah taubat kami, dan maafkanlah kami.
Awas! Anda mengaku berilmu, dan anda bersukaria seperti sukarianya orang-orang bodoh, anda pun marah seperti mereka. Anda gembira bersukaria dengan dunia, dan orang-orang datang kepadamu, membuatmu lupa dengan hikmah dan menjadikan hatimu jadi keras.
Orang beriman itu tidak gembira kecuali hanya gembira kepada Allah azza wa-Jalla bukan pada lainnya. Kalau saja ada kegembiraan dan harus gembira, maka gembiralah dengan cara menyerahkan hartamu untuk kepatuhan kepada Allah Azza wa-Jalla, yang memberi manfaat untuk bakti kepada Allah Azza wa-Jalla, dan menolong ummat untuk taat kepadaNya. Tetaplah takut kepada Allah Azza wa-Jalla di malah hari dan siangmu, hingga anda mendengar suara dalam hatimu dan rahasia hatimu:
”Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian berdua, Aku mendengar dan Melihat.” (Q.S. Thaha: 46).
Seperti dikatakan kepada Nabi Musa as, dan Nabi Harus as. Namun anda bukan seperti mereka, karena anda punya ilmu tanpa amal, dan apalagi anda juga bukan pewaris para Nabi. Sang pewaris baru benar dengan ilmu, amal dan keikhlasan. Kenali kadar kemampuanmu, jangan berambisi pada hal-hal yang bukan bagianmu. Berserasilah pada bagian-bagian yang ditentukan oleh Allah Azza wa-Jalla, apalagi Dia memberi pertolongan dan kasih sayang padamu dan mengambil beban-bebanmu yang berat, mengasihimu dunia dan akhirat.
Orang beriman, apabila telah kuat imannya ia disebut orang yang yakin (muuqin). Apabila yakinnya kuat, ia disebut sebagai orang yang ’arif. Apabila kema’rifatannya kuat ia disebut ’alim. Apabila ilmunya kuat ia disebut pecinta (muhibb). Jika cintanya kuat, ia disebut sebagai sang kekasih (mahbub).
Jika semua itu benar padanya ia disebut sebagai orang yang cukup, orang yang dekat dan orang yang bahagia dengan kedekatannya kepada Allah Azza wa-Jalla. Ia diperlihatkan rahasia hikmah, ilmu, kehendakNya yang dulu maupun yang akan datang, perintah dan takdirNya.
Itu semua menurut kadar kesuksesannya dan menurut apa yang dianugerahkan dalam kekuatan dan keleluasaan hatinya. Lalu ia teguh dengan Tuhannya Allah Azza wa-Jalla, makhluk telah keluar dari hatinya.
Bila datang pengetahuan tentang ketentuan dari Tuhannya Allah Azza wa-Jalla, dan ada anugerah sandang papan dan pangan, keluarga, maka ia tidak menemukan sebab-sebab kedatangannya, kecuali ia hanya melihat pada Allah Azza wa-Jalla sebagai Sang Pemberi karena ia telah fana’ padaNya, agar pengetahuannya padaNya tidak gugur dan hangus, lalu membuatnya berperilaku lain. Juga apa yang telah dibangunnya selama ini tidak runtuh dari bangunan kehendak Ilahi.
Ia tetap menelan makanan seperti seorang bayi yang sedang disuapi, seperti seorang ibu sedang menyusui di mulut bayinya. Bagian-bagian anugerah itu sampai di mulutnya dan tetap memakannya, seperti raihan air minum yang hendak diminum orang yang sakit, menjaga makanan yang diberikan padanya tanpa harus memilih selera. Namun kehendak Ilahi yang sudah ditentukan justru yang melindungi sang mukmin, yang yakin, yang arif yang fana’, meraih dari tarikan kemashlahatan dirinya dan menolak bahaya yang mengancamnya. Karena Tangan Rahmatlah yang membolak balik arah kanan dan kiri, namun kasih sayang itu yang meliputinya.
Hai orang yang tidak beruntung, siapa yang tidak mengenal Allah Azza wa-Jalla dan tidak bergantung dengan asupan rahmatNya…Hai orang yang merugi…andalah orang yang tidak melakukan amaliyah dan hati anda putus denganNya, batinnya tidak bergantung padaNya, tidak berkait dengan kasih sayang dan anugerahNya.
Wahai kaum sufi… Allah Azza wa-Jalla melimpahkan perlindungan dan pendidikan kepada shiddiqin sejak mereka masih kecil hingga tuanya, manakala mereka ditimpa cobaan dan Allah Azza wa-Jalla melihat kesabaran mereka, justru mereka semakin dekat padaNya.
Justru bencana tidak mendekati dan menyentuh mereka. Bagaimana bisa? Ketika bencana tiba, hati mereka justru berada di sayap burung ruhaniyah. Sungguh nista orang yang menyakiti hati mereka, sungguh Allah Azza wa-Jalla marah, sungguh anda tertutup dari Allah Azza wa-Jalla, anda dapatkan amarah Allah Azza wa-Jalla.
Anak-anak sekalian… Jadilah generasi kaum sufi dan ridholah pada mereka, berbaktilah di hadapan mereka. Jika anda bisa begitu, justru anda bisa jadi tuan. Siapa yang tawadhu pada Allah Azza wa-Jalla dan pada hambaNya yang sholeh, Allah Azza wa-Jalla mengangkat derajatnya dunia akhirat. Bila anda menanggung beban suatu bangsa dan menjadi pelayan mereka, Allah Azza wa-Jalla mengangkat anda sebagai pemukanya. Sungguh bagaimana seandainya yang anda layani adalah kaum khowas (kalangan khusus, para sufi) dari bangsa itu?
Ya Allah berikanlah pahala kebajikan di tangan kami dan lisan kami, jadikan kami tergolong orang yang meraih kasih sayang kelembutanMu dan pertolonganMu. Amin.