Banyak kisah tentang ketajaman firasat para sufi. Salah satunya cerita dari Abdullah bin al Murta’isi.
Bagi kaum sufi firasat merupakan bagian dalam derajat keimanan. Seorang sufi bernama Syeikh Muhammad al Kattani mengatakan dalam kitab Risalah Qusyairiyah bahwa firasat adalah ketersingkapan iman, kemampuan melihat yang gaib dan merupakan bagian dari derajat iman. Banyak tentang kisah firasat para sufi ataupun para wali Allah yang bisa menjadi semangat kita untuk terus menjalani kehidupan ruhaniah.
Salah satu kisah tentang firasat ini datang dari seorang fakir pernah ditemui ulama dan juga seorang sufi bernama Abdullah bin al Murta’isi. Ketika berhadapan dengan ulama tersebut si fakir langsung dirham karena ia ingin membeli sebuah bejana dan sepasang sandal.
Peristiwa tersebut terjadi kala itu si fakir sedang menginap di penginapan sebuah kampung dalam suatu perjalanan. Tiba-tiba pintu kamar diketuk dengan keras. Setelah dibuka nampak Abdullah bin Murta’isi telah berada di hadapannya. Kemudian beliau langsung masuk dan berkata,” Ambillah kantong ini.” Si fakir kaget, padahal Abdullah tidak mengenal dirinya.
Setelah itu si fakir berkata dengan agak berpura-pura,” Wahai tuan, saya tidak menginginkannya.”
“ Mengapa engkau menyiksaku ( maksudnya oleh firasatnya yang melihat orang fakir tersebut menginginkan uang itu). Berapa yang engkau inginkan?” kata Abdullah al Murta’isi
“ Lima belas dirham,” jawabnya dengan lugu.
“ Ini pas lima belas dirham, cepat ambillah,” kata Syikh Abdullah.
Mendengar perintah tersebut, si fakir bengong tapi langsung mengambil uangnya. (Nurul Huda)