Bebaskan Beban Syarat

Kata ”tanpa syarat”, sungguh berat bagi nafsu kita. Dan nafsu kitalah yang membuat syarat ketika kita beribadah, ketika bermuamalah, ketika berbuat baik bahkan ketika hadir di hadapan Allah Rabbul ’Izzah. Semua persyaratan itu datangnya dari nafsu kita.

Harus dibaca juga..

Anda mau sholat, diam-diam dalam jiwamu mengatakan, ”Aku mau sholat biar ini dan itu, atau mau sholat kalau dapat keuntungan ini dan itu.” Dalam perilaku amaliyah yang lain jangan-jangan juga seperti itu, ”Anda ingin berbuat baik, jika ada ini dan itu…dsb. Harus begini dan harus begitu..” Sejunlah persayaratan yang menghadang keikhlasan anda untuk berbuat.

Coba kita renungkan, Allah Azza wa-Jalla, tidak pernah membuat syarat apa pun ketika menciptakan anda, ketika memberi anugerah pada anda, bahkan ketika menyiksa anda. Allah tidak membuat syarat apa pun, ketika memanggil anda untuk hadir di hadapanNya, lalu kenapa kita membuat banyak syarat kepadaNya untuk menerima anugerahNya, Fadhal dan RahmatNya. Kenapa kita meminta syarat untuk memasuki pintu syurgaNya yang sudah terbuka? Kenapa ?

Persyaratan-persyaratan itu bisa membuat anda berat melangkah kepadaNya, bahkan anda merasa bisa mengaturNya, sesuai dengan selera anda. Apakah persayaratan itu menjaminkeberuntungan anda di hadapanNya?

Maka mulai saat ini setiap anda datang kepadaNya, hadir di hadapanNya, karena Dia terus hadir dan Ada disamping Anda tanpa syarat apa pun, sesungguhnya, syarat-syarat anda harus ditanggalkan semua, agar hati anda utuh, tunggal dan tak ada embel-embel  lainnya. Dia Maha Tunggal, tidak menerima kecuali hati yang tunggal. Dia Maha Sendiri, maka datanglah dengan kesendirian hatimu, tanpa proyeksi pemikiran dan sejumlah masalah yang menimbun seperti sampah.

Satu sayarat saja yang anda ajukan pada Allah swt, telah merenggut rasa yaqin anda padaNya, dan anda diam-diam telah ragu padaNya, curiga padaNya berakhir su’udzdzon padaNya.

Datanglah dengan Satu Hati yang utuh, karena Dia menerima anda, sebagaimana terungkap, ”Ingatlah kepadaKu dengan dirimu,  maka Aku mengingatmu dengan DiriKu”.

Kita sering mengingatNya, tetapi mengingat dengan seperempat hati, setengah hati, sepersikan hati. Tidak mengingat dengan sepenuh hati, karena bagian hati yang lain masih dibebani oleh syarat-syarat. Bahkan dengan suatu alibi anda, ”Manusiawi donk, kalau aku membuat syarat-syarat kepada Allah, biar ini dan itu…” Dan tampaknya bukan membebaskan beban anda, malah menambah beban baru anda.

Mari kita renungkan ungkapan Ibnu Athaillah as-Sakandary, ”Bebaskan dirimu dari ikut mencampuri hal-hal yang diurus oleh Allah, karena hal-hal yang diurus oleh Allah Swt, jangan sampai engkau intervensi di sana.”

Wallahu A’lam.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.