Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bapak Luqman Hakim saya membaca tabloid Posmo yang ada kolom sufi yang Bapak sebagai pengulasnya maka dengan itu, saya tertarik untuk menayakan satu hal yang mengganjal dalam benak saya, mengenai
pengertian/perbedaan Asma Allah yang sering saya baca pada tafsir Al-Qur’an.
ALLAH dan TUHAN dua bahasa tersebut yang membuat saya kesulitan dalam memaknainya secara Sufi, maka mohon bantuannya menterjemakan/maksud dari dua bahasa tersebut, atas bantuannya saya ucapkan terma-kasih..
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Gus Yus gusyus90@yahoo.com
Jawab:
Allah itu adalah Nama bagi Dzat Yang Maha Agung, dan disebut pula sebagai Ismul A’dzom, juga disebut dengan Ismul Mufrod. Dalam Al-Qur’an Allah disebut ribuan kali, tapi juga dalam beberapa kali menyebut dengan kata Rabb, yang kelak diartikan dalam bahasa Indonesia dengan sebutan Tuhan.
Sebutan yang berbeda (Allah dan Tuhan) pasti memiliki aksentuasi yang berbeda pula dalam segi dimensi pandangan, segi maqomam ruhani, segi akidah dan tauhid, segi keserasian jiwa antara hamba dengan Allah swt.
Tuhan atau Rabb, biasanya berhubungan dengan Sifat Rububiyah atau Ketuhanan, yang merupakan salah satu Jabatan Allah, sebagai Tuhann alam semesta raya. Makanya dalam surat Al-Fatihah, disebut dengan Rabbil ‘alamin (Tuhannya alam semesta) bukan Allah-nya alam semesta. Eluruh kehidupan semesta memiliki ketergantungan dengan Sifat RububiyahNya (KetuhananNya).
Sifat Ketuhanan itu terdiri dari Maha Mencukupi atau Maha Kaya, Maha Mulia, Maha Kuasa dan Maha Kuat. Agar para hambanya mewujudkan kehambaannya (ubudiyahnya) maka sang hamba harus berhubungan dengan Sifat RububiyahNya. Sifat kehambaan itu berbanding terbalik dengan sifat Ketuhanan. Maka Sifat kehambaan atau Ubudiyah terdiri dari: Sifat fakir, sifat hina, sifat tak berdaya, dan sifat lemah. Maka dengan memunculkan sifat-sifat kehambaan inilah si hamba bias berhubungan dengan RububiyahNya Allah swt.