WAJAH GANDA (2)
Oleh Syekh Ahmad Ar-Rifaiy
Model Para Penempuh
Saya mengetahui dari kabar sejarah, bahwa Nabi Isa bin
Maryam as. suatu hari melewati sekelompok orang yang
badannya kurus-kurus kering dan warna kulitnya berubah.
“Apa yang membuatmu jadi demikian?” tanya Nabi Isa as.
Mereka menjawab, “Karena takut dengan neraka.” Lalu Nabi isa
as, berkata, “Pasti, Allah akan mengamankan orang yang takut.”
Lalu suatu saat bertemu lagi dengan sekelompok manusia
yang lebih kurus kering dan warnanya lebih berubah.
“Apa yang menimpa kalian sampai seperti ini?” tanya Nabi
Isa, as. Mereka menjawab, “Karena rindu pada syurga.” Lalu
Nabi Isa as, mengatakan, “Benar. Allah akan memberikan apa
yang kalian harapkan…”
Dan sekelompok yang dijumpai berikutnya, lebih kurus
lagi dan lebih kering lagi dengan perubahan warna fisik yang
mengenaskan.
“Apa yang menimpa kalian semua?” tanya Nabi Isa as.
“Sangat mencintai Allah dan rindu kepadaNya.” Jawab mereka.
“Kalianlah orang-orang muqorrobun,” kata Nabi Isa as. diulang
tiga kali.
Ahli ma’rifat di dunia ini dalam tiga kategori:
1. Ada satu kelompok yang berjalan dengan jejak rasa butuh
kepada Allah dan dalam kondisi sangat terdesak.
2. Satu kelompok lagi berjalan di atas pijakan pembelajaran
jiwa dan remuk redam hati.
3. Satu kelompok berjalan dengan pijakan kebanggaan dan
ekspresi kegembiraan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Diantara mereka yang merasa dzalim terhadap dirinya
sendiri, dan diantara mereka ada yang tengah-tengah, dan
diantara mereka ada yang bergegas dengan kebajikan, dengan
izin Allah.” (Qs. Fathir: 32).
Dalam titik pandang kema’rifatan, manusia ada di dua
martabat: Kadang dalam kesadaran ma’rifat, dan mereka berada
di pangkuan kewalian lalu mereka pandang segalanya sebagai
kemuliaan Ilahi, kadang dalam tidur kealpaan, dan mereka
dalam didikan musuh jiwa, dan mereka terlihat berada dalam
kematian jiwa, kecuali yang dirahmati oleh Sang Pemberi
Rahmat.
Maka Maha Suci Allah yang memberikan keistimewaan pada
hambaNya dan memberikan anugerah pada mereka, kemudian
Allah memanggil mereka dengan anugerah utamanya, dengan
berfirman, “Dan kembalilah kalian kepada Tuhanmu.” Lantas
mereka jawab, dan mereka pun kembali.
Bagi mereka yang kembali kepada Allah terdiri dari berbagai
level ruhani:
1. Orang yang bertobat berjalan dengan langkah penyesalan,
dengan telapak rasa malu.
2. Orang yang zuhud berjalan dengan langkah tawakal diatas
telapak rasa ridho.
3. Orang yang takut kepada Allah berjalan dengan langkah
Kharisma Ilahiyah di atas telapak keselarasan.
4. Orang yang mencintaiNya berjalan dengan langkah
kerinduan di atas telapak kebeningan jiwa.
5. Orang yang ma’rifat berjalan dengan langkah Musyahadah
di atas telapak kefanaan.
Ma’rifat adalah makanan yang diberikan Allah Ta’ala kepada
hambaNya yang dikehendakinya, Diantaranya:
• Ada yang merasakannya saja,
• Ada yang merasakannya sepuasnya,
• Ada yang merasakannya dengan penuh kecukupan, dan
• Ada yang makan dengan kenyang.
Wilayah kema’rifatan juga macam-macam. Ada yang
posisinya seperti kampung, ada yang seperti desa, ada pula
Menjelang Ma’rifat | 29
seperti kota, ada pula yang sebesar dunia dan akhirat.
Riwayat dari Nabi Saw. beliau bersabda: “Manakala hari
kiamat datang, ada yang suara yang menggema: “Keluarkan
semua dari neraka orang yang mengucapkan “Laa iIlaaha
IllAllah” (Tiada Tuhan Selain Allah) dan di dalam hatinya ada
seberat biji (paling kecil) dari ihsan.”
Dan Rasulullah Saw. telah bersabda:
“Ihsan itu hendaknya engkau menyembah Allah seakanakan engkau melihat Allah, maka bila tidak mampu melihatNya
sesungguhnya Dia melihatmu.”
Dan penglihatan itulah tidak lain kecuali hakikat ma’rifat,
maka Allah berfirman kepada mereka:
“Kalian semua adalah hambaKu yang benar,
karena telah lama rindumu kepadaKu dan rinduKu
kepadamu.
Salam sejahtera wahai hambaKu. Lihatlah sekarang
Aku Kekasihmu.
Maka demi kebesaranKu, Aku tidak menciptakan
syurga kecuali demi kalian, sekarang ini terserah apa
yang kalian mau…”
Beribadah demi MencintaiNya
Dikisahkan bahwa Malik bin Dinar dan Tsabit al-Bannany —
semoga Allah merahmati keduanya— masuk pada ruang Rabi’ah
Al-Bashriyah, lalu Rabi’ah bertanya tiba-tiba kepada Malik:
“Ceritakan kepadaku kenapa kalian menyembah Tuhanmu?”
“Karena hasrat pada syurga…” Jawab Malik.
Lalu bertanya kepada Tsabit: “Kalau kamu hai anak muda?”
“Takut pada neraka!” jawab Tsabit.
Lantas Rabi’ah berkata: “Kamu hai Malik tak lebih seperti
pekerja yang buruk. Tidak mau bekerja kecuali dengan harapanharapan. Dan kamu hai Tsabit seperti hamba sahaya yang buruk,
mau bekerja kalau dipukul.”
Lalu dua orang itu berkata, “Sedangkan kamu hai Rabi’ah.”
“Demi cinta kepada Allah Ta’ala dan rindu kepadaNya…”
Dan dikisahkan, suatu hari Dzunun Nuun al-Mishry ra ketika
menasehati orang-orang, mereka menangis semua, namun ada
seorang pemuda yang tertawa terbahak bahak.
Lalu Dzun Nuun bertanya, “Kenapa anda hai anak muda?”
lantas pemuda itu berdiri sambil mendendangkan syair:
Semua menyembahNya karena takut neraka
Mereka melihat keselamatan sebagai balasan
Atau menghuni syurga, lalu
Berada dalam taman dan air yang mengalir
Sungguh dalam syurga abadi bukan hasratku
Aku tak ingin mengganti kekasihku.
(Menjelang Ma’rifat, diterjemah KHM Luqman Hakim, penerbit Cahaya Sufi)