“Bila telah tiba Pertolongan Allah dan Keterbukaan, dan engkau melihat manusia masuk dalam agama Allah bergelombang, maka bertabihlagh dengan memuji Tuhanmu, dan mohonlah ampunan kepadaNya, sesungguhnya Dia Maha Mengampuni..”
Surat ini mengajarkan mengenai Pertolongan Ilahi dan Keterbukaan jiwa.
Dalam al-Qur’an ada tiga Futuh (Keterbukaan jiwa):
Fathun Qarib, yaitu awal dari tahap Futuh, yang memancarkan pandangan matahati kita, berkat pertolongan dari Allah. Awal ketersingkapan hati manusia, menyaksikan betapa Allah Maha Dekat padanya, dan itulah yang dikatakan Allah Ta’la, “Pertolongan dari Allah dan ketebukaan/kemenangan yang dekat.”
Yakni titik pandang akan Maha DekatNya pada hambaNya.
- Fathun Mubin, yaitu keterbukaan yang nyata, yang disebut sebagai kenyataan mata hati. Dalam Al-Qur’an difirmankan, “Sesungguhnya Kami telah membukakan padamu dengan Fathan Mubina (keterbukaan yang jelas nyata), agar Kami mengampunimu dosa yang sudah engkau lakukan yang berlalu maupun yang akan datang…” Maka dalam Ketersingkapan nyata (Fathun Mubin) seorang hamba mengalami kefanaan luar biasa, karena yang dipandang adalah ketiadaan dirinya, dan yang ada hanya WujudNya. Kefanaan ini menyebabkan ampunan dahsyat dari Allah Ta’ala atas dosa yang kita lakukan, karena pada saat seperti itu masa lalu dan masa depan sirna, yang ada hanya Allah Ta’ala belaka.
- Fathun Mutlaq, Yaitu yang disebut sebagai Ketebukaan Universal tiada batas, dimana seorang hamba hanya menyaksikan WujudNya, namun dirinya bukan tiada dan bukan ada. Fathun Mutlaq inilah yang disebut dalam surat An-Nashr, “Bila telah tiba Pertolongan Allah dan Keterbukaan”. Karena itu, Ibnu Araby menegaskan, makna “Bila telah tiba Pertolongan Allah” adalah datangnya limpahan anugerah Malakut, pengokohan kesucian melalui Tajallinya Asma-asma Ilahi dan Sifat-sifatNya.
“Dan Keterbukaan” yang mutlak yang tiada lagi keterbukaan, pencerahan, ketersingkapan, setelah itu. Itulah Pintu Kehadiran Al-Ahadiyah, dan Keterbukaan Dzat setelah Ketersbukaan Nyata dalam maqom Ruh melalui Musayahadah (penyaksian pada Ilahi).
“Dan engkau melihat manusia masuk dalam agama Allah bergelombang”, maksudnya adalah masuk dalam Tauhid, dan menempuh Jalan Lurus menuju Allah melalui pengaruh cahayamu (Muhammad) dalam diri mereka ketika engkau menjadi tuntas paripurna.
“Bergelombang,” maksudnya berpadu, seakan-akan mereka satu jiwa yang melimpah dari limpahan esensimu, yang tegak pada posisi dirimu. Mereka inilah yang disebut sebagai orang-orang yang siap dan menyiapkan dirinya untuk emnjadi Lembahnya Kanjeng nabi Muhammad saw, dan jiwa-jiwa mereka bergelayut padanya, berpadu dalam ikatan yang bersambung, karena menerima limpahannya.
“Maka bertasbihlah,” maksudnya sucikan dirimu dari hambatan hijab di maqam hati (qalbu) yang menjadi sumber dari Nubuwwah dengan memutus dari keterkaitan alam badan, dan naik menanjak ke Haqqul yaqin yang merupakan sumber kewalian, melalui:
“Dengan memuji pada Tuhanmu”, karena tamilnya sifat keparipurnaanNya, dan sifat-sifatNya yang sempurna ketika berada dalam alam Tajrid (alam tanpa sebab akibat, dan hanya Allah belaka) melalui pemujian aktif.
“Dan mohonlah ampunan kepadaNya,” dan carilah tirai dzatmu dengan DzatNya, sebagaimana kondisi fana’ sebelum engkau masuk dalam alam makhluk selamanya.
“Sesungguhnya Dia Maha Pengampuni,” menerima siapa pun yang kembali kepadaNya, dengan pemfanaan dirinya melalui CahayaNya.