TIPUDAYA (GHURUR) YANG MENGGELIKAN
Seorang murid Imam Junayd al-Baghdady beranggapan bahwa ia telah mencapai derajat spiritual yang sempurna.
“Lebih baik aku menyendiri,” pikirnya.
Maka ia pun menyendiri di sebuah sudut kamarnya dan duduk di sana selama beberapa hari.
Setiap malam, seekor unta dibawa kehadapannya dan dikatakan padanya, “Kami akan membawamu ke surga.”
Ia pun menunggangi unta itu dan berkendara sampai tiba di sebuah tempat yang menyenangkan dan membahagiakan, tempat yang dipenuhi oleh orang orang tampan. Di sana berlimpah jenis makanan dan air yang mengalir.
Ia tinggal disana hingga fajar; kemudian ia akan tertidur dan telah berada di kamarnya ketika terjaga, ia pun menjadi bangga dan sombong karena hal ini.
“Setiap malam aku di bawa ke surga,” katanya membanggakan diri.
Kata-katanya ini sampai kepada gurunya, Al-Junayd. Junayd pun segera bangkit dan menuju kamar muridnya itu. Disana Junayd menemukannya, dan tetap menjaga adab yang tinggi. Junayd bertanya padanya tentang apa yang tejadi. Si murid pun menceritakan keseluruhan cerita kepada sang syeikh.
Imam Junayd, tahu bahwa muridnya ini terkena ghurur (tipudaya), alam Jin syetan telah memperdayainya, memasuki imajinasi dan ketololannya.
“Malam ini, saat engkau dibawa ke sana, ucapkanlah tiga kali: “ Laa Haula walaa Quwwata Illaa Billaahil ‘Aliyyil ‘Adziim (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah, Yang Maha Tinggi nan Yang Maha Agung.”
Si murid itu mempraktekkan apa yang diperintah gurunya. SApa yang terjadi? Ketika ucapan Hauqalah 3 kali dibaca, seketika, semua yang ada disana berteriak dan pergi melarikan diri. Ia menemukan dirinya berada diatas gundukan kotoran hewan dengan tulang-tulang berserakan disekitarnya.
Menyadari kesalahannya, ia pun bertobat dan kembali ke Jama’ah Imam Junayd. Ia telah belajar bahwa bagi seorang murid, pengasingan diri (‘Uzlah) adalah racun mematikan, jika tanpa bimbingan Mursyidnya.
Pelajaran Berharga
- Murid penempuh Thariqat Sufi harus tetap dalam program guidance Guru Sufinya, karena ia belum meraih keparipurnaan yang sesungguhnya. Betapa banyak para penempuh Jalan Sufi tiba-tiba memisahkan diri, karena sejumlah asumsi dan dugaan bahwa dirinya telah meraih perjalanan spiritual yang tinggi dan final. Padahal ibarat ia belum pernah makan Sate, baru mendengar cerita tentang Sate, ia merasa sudah melahap Sate itu. Atau baru mencium aromanya, serasa ia telah merasakan Sate itu. Akhirnya ia tidak pernah tahu Sate, apalagi merasakannya.
- Banyak fenomena tipudaya dibalik alam ghaib, yang tampaknya bernuansa spiritual, tetapi hanya tipuan-tipuan alam Jin syetan belaka. Ini persis dengan kisah di kampung, ada seseorang tidak pernah mau sholat Jum’at, katanya ia sholat Jumatnya di Mekah. Kyai kampong itu tahu, kalau orang tersebut terseret ke alam Jin. Padahal durasi waktu di Indonesia dengan Makkah sangat jauh berbeda. Akhirnya Kyai Kampung itu ingin ikut orang tersebut, membuktikan apakah ia sholat di Mekah atau di antah berantah. Yang terjadi? Tepat waktu Sholat Jum’at Kyai tersebut menepuk orang itu. Dan yang terjadi, cukup mengejutkan. Orang tersebut tidur di atas pohon kelapa. Bukan Makkah yang selama ini membius alam khayalnya. Ia kaget bukan main, ternyata selama ini tertipu. (M Luqman Hakim)