Sardjono Bojang Ponter, 9 Juli 2011
Didalam artikel Dr. Yunasril Ali berjudul “Ilmu Laduni itu hanya bagi mereka yang suci”, di majalah yang sama-sama kita cintai, Cahaya Sufi edisi 72/2011, halaman 112 – 120, pada bagian akhir artikel itu ada tulisan : “Sedangkan ilham itu bisa benar tapi bisa juga salah, sebagaimana ditegaskan dalam surat Asy-Syam ayat 7: “Kami ilhamkan kepada manusia jalan kefasikan dan ketakwaannya.”
Jadi yang diilhamkan itu bisa dua, yaitu fujuraha sebagai representasi dari ilham yang salah dan wataqwaha yang mengacu pada ilham yang benar. Bahkan dalam ayat selanjutnya dinyatakan bahwa beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, karena mereka berhak mendapatkan ilham yang benar. Sebaliknya, merugilah orang yang mengotori jiwanya, karena itu mereka berhak atas ilham yang salah.
Imam Al-Ghazali: Ilham tidak ada yang salah
Saya sangat terkejut membaca keterangan tentang adanya ilham yang salah dan yang benar, maka saya buka kembali karya Imam Al-Ghazali, Rahasia Hati, terjemahan dari kitab Ihya Ulumuddin, juz III. Menulislah Imam Al-Ghazali (hal. 74):
Ketahuilah, bahwasanya orang yang telah dibukakan sesuatu baginya dengan jalan ilham, sekalipun hanya sedikit, dan sesuatu itu jatuh dalam hati tanpa diketahui, maka ia telah mengetahui jalan yang benar. Dan barangsiapa yang belum pernah mengetahuinya sama sekali, maka seyogyanya ia percaya dengannya. Karena sesungguhnyaderajat makrifat itu didalamnya adalah sangat mulia. Dan yang demikian itu telah dibuktikan oleh berbagai macam kesaksian dan syara’, pengalaman dan hikayat (cerita-cerita).
Adapun kesaksian syara’ itu adalah firman Allah Swt: “Dan orang-orang yang berjuang pada Ku, sungguh Aku akan menunjukkan jalanku kepada mereka.” (Al-Ankabut : 69)
Maka tiap-tiap hikmah (kebijaksanaan) yang lahir dari hati yang diperoleh dengan kerajinan beribadah, bukan dengan belajar, maka itu adalah jalan ilham dan Kasyf.
Firman Allah Swt: “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan jalan keluar baginya.” (Ath-Thalaq : 2), yakni dari kesulitan dan keraguan. “Dan Allah memberinya rizki dari jurusan yang tidak ia sangka-sangka.” (Ath-Thalaq : 3), yakni Allah mengajar dia ilmu tanpa belajar dan membuat dia pintar tanpa berlatih.
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya dari umatku ada orang-orang yang diberi ilham, orang-orang yang diajar dan orang-orang yang diberitahu, dan Umar adalah salah satu dari mereka.” (HR Bukhari)
Siddiqin dan Muhadats, ialah orang-orang yang diberi ilham. Dan orang yang diberi ilham itu ialah orang yang memperoleh Kasyf (penyingkapan) dalam batin hatinya dari arah dalam, bukan dari arah indra yang ada diluar.
Al-Qur’an menjelaskan bahwasanya taqwa adalah kunci hidayah dan kasyf. Dan yang demikian itu adalah ilmu tanpa belajar.
Segi Laduniahnya
Dari keterangan diatas, ternyata tidak ada sedikitpun penjelasan yang mengarah pada adanya ilham yang salah. Mereka yang pernah berkali-kali menerima ilham, pasti memahami, bahwa ilham itu termasuk pengejewantahan ilmu bathin atau ilmu laduni, dengan misi khusus membawa syiar tentang hal-hal menyangkut kehidupan yang sangat mungkin segera akan dialami. Dengan misi khusus inilah maka peristiwa mistis itu disebut sebagai ilham.
Disisi lain, bahwa ilham termasuk ilmu laduni, itu karena keseluruhan proses masuknya ilham itu bersifat Ilahiyah. Dan pengalaman yang mistis adalah suatu pengalaman yang melampaui pengalaman indrawi (super indrawi) maupun rasional (super irasional). Sementara itu, kata-kata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari haruslah dipahami dalam konteks pengalaman indrawi atau rasional.