Tazkiyah Nafsu

Tazkiyah Nafsu

Harus dibaca juga..

“Kenapa ya Di, akhir-akhir ini aku mulai males banget bangun malem. Apalagi dzikir. Rasanya males dan berat banget,” Tanya Dullkamdi pada Pardi di suatu pagi sambil menikmati pisang goring di kedai.

“Dul…Dul….Saya juga bernasib sama. Malah keduluan kamu bertanya, padahal aku juga ingin bertanya…”

“Apa kita harus paksakan saja ya Di?”

“Mestinya begitu. Kita tidak boleh memanjakan nafsu kita. Sebab nafsu diberi satu pasti minta dua. Diberi dua minta delapan… dan seterusnya. Kapan kita pernah menang melawannya?”

“Apa memang begini hawanya ya?”

“Jangan beralasan dengan kondisi dan hawa kehidupan ini. Itu sama saja mencari pembenaran.”

Dua sahabat itu merenung dalam-dalam. Pardi coba mengingat-ingat kajian Al-Hikam oleh Kyai Mursyid di Raudhah, tetapi nggak nyanthol-nyanthol.

“Bagaimana hatimu cemerlang sedangkan gambaran dunia seisinya ngecap di hatimu. Bagaimana  engkau berjalan menuju Allah, sedangkan pundakmu penuh dengan beban syahwat dan nafsumu?…Hehehe…”

Kang Soleh nongol sambil nylethuk mengingatkan ungkapan Al-Hikam yang mereka cari berdua.

“Nah, betul Kang…Betul banget…” ungkap Dulkamdi.

“Tapi ini ada fatwa Syeikh Abdul Qadir Jilany yang mesti kalian simak. Ini bukan fatwa MUI yang suka bikin kontroversi. Kata beliau ‘Hijabmu adalah karena anda tidak mengenal makhluk. Sedangkan makhluk itu adalah hijabmu untuk tidak mengenal Khaliq Azza wa-Jalla. Sepanjang dirimu bersama dirimu, anda tak mengenal makhluk. Sepanjang dirimu bersama makhluq anda tidak mengenal Tuhanmu Azza wa-Jalla. Sepanjang dirimu dengan dunia, anda kehilangan akhirat. Sepanjang dirimu bersama akhirat anda tidak mengenal uhannya akhirat. Raja dan yang dirajai (budak) tidak bisa bergabung, sebagaimana dunia dan akhirat tidak pernah berpadu. Begitu pula makhluk dan Khaliq tidak bisa dicampur.

Nafsu selalu memerintahkan pada keburukan, karena memang demikian watak nalurinyahnya. Sampai kapan anda diperintah oleh Qalbu dalam segala hal, dan anda tidak butuh lagi nafsu. Maka perangilah nafsumu.

“Allah mengilhamkan pada nafsu akan pengingkaran dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 8)

Maka bersihkan nafsu itu dengan perjuangan jiwa. Karena jika nafsu sudah bersih dan sirna, ia akan menentramkan diri pada qalbu, lalu ketentraman qalbu menyandar pada rahasia jiwa  (sirr), dan Sirr menuju Al-Haq Allah Azza wa-Jalla, taat padaNya. Jika hal ini tidak berhasil jangan berharap anda akan terbebas dari kotoran dan keburukannya.

Bagaimana bisa  dekat, dengan Sang  Maha Diraja, tanpa adanya kesucian dari berbagai najis. Karena itu pendekkan imajinasi nafsu itu, maka ia bisa patuh kepadamu. Nasehati melalui nasehat Rasulullah saw.

“Bila pagi hari, jangan bicara pada nafsumu tentang sore hari. Jika sore hari jangan bicara pada nafsumu tentang pagi hari. Karena anda tidak tahu bagaimana nasib namamu besok pagi.” (Ditkahrij oleh Az-Zubaydy dalam Ithafus Saadatil Muttaqin)

“Jadi kita harus melawan dengan segala cara begitu, Kang?”

“Harus! Untuk istiqomah jangan menunggu suasana adem ayem, santai, atau nunggu khusyu’. Paksa dirimu!”

“Kan pernah diungkap oleh Kyai Mursyid, bagaimana Syeikh Abdul Qadir Jilany dengan keras mengingatkan, apakah anda merasa kasihan pada nafsumu dibanding yang lain, pada saat yang sama anda telah menelantarkannya. Bagaimana yang lain kasihan padanya dan melindunginya? Kekuatan naluriyah dan ambisi yang membebanimu, membuatmu berat untuk meninggalkan nafsumu. Karena itu berjuanglah memeranginya dengan memperpendek imajinasinya dan meminimalisir ambisinya, mengingat maut, focus pada Allah Azza wa-Jalla, berobat melalui jiwa para Shiddiqun dan kalamnya, disamping dzikir yang benar-benar jernih dari kotoran, siang dan malam.

Katakan pada nafsumu, “Bagimu keuntungan yang kamu kerjakan, dan resiko atas tindakanmu.  Tak satu pun yang  menyertai keuntunganmu, juga tidak memberikan sesuatu padamu, karena itu haruslah beramal dan mujahadah. Kawanmu adalah yang mencegahmu, dan musuhmu adalah yang menyesatkanmu. Karena saya melihat dirimu bersyukur pada selain Allah Azza wa-Jalla atas nikmat-nikmatNya. Engkau memberikan haknya nafsu dan makhluk, tapi engkau menggugurkan Haknya Allah Azza wa-Jalla. Padahal anda tahu bahwa ni’mat-ni’mat itu dari Allah Azza wa-Jalla, lalu mana syukurmu? Bahkan anda pun tahu bahwa Allah Ta’ala menciptamu, lalu mana ibadah, melaksanakan perintyah dan menjauhi laranganNya serta sabar atas cobaanNya.”

Tiga sahabat itu tak bergeming. Mereka hanya mengetuk-ketukkan kakinya ke lantai tanah Kedai Cak San. Siapa tahu ada ketukan pintu hatinya dari HidayahNya…

M. Luqman Hakim

Cahaya Sufi Center Jakarta

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.