Syeikh Abul Abbas Al-Mursy
Allah swt Swt. berfirman,“Tunjukkan kami ke jalan yang lurus.”
Syekh Abu al-Abbas r.a. mengatakan bahwa maksud ayat itu adalah, “Tunjukanlah kami ke jalan lurus dengan meneguhkan apa yang telah kami raih, dan
memberikan bimbingan terhadap apa yang belum kami raih” Jawaban ini pernah diungkap oleh Ibnu Athiyah dalam tafsirnya, yang diuraikan oleh Syeikh Abul Abbas, yang kemudian menjelaskan:
“Publik mukminin biasanya malah menafsirkan:
“Tunjukkan kami ke jalan yang lurus, yakni dengan meneguhkan yang telah kami raih dan menunjukkan yang belum dicapai. Dengan cara itulah mereka mendapatkan tauhid, namun, mereka belum mencapai derajat orang-orang saleh.
Sedangkan orang saleh mengucapkan “tunjukkan kami ke jalan yang lurus”, bermakna: kami memohon kepada-Mu untuk meneguhkan yang telah kami raih dan menunjukkan yang belum kami raih.
Mereka telah mencapai derajat kesasalehan. Namun, mereka belum mencapai derajat syuhada.
Para syuhada mengucapkan “tunjukkan kami ke jalan yang lurus” dengan meneguhkan apa yang diraihnya dan mohon ditunjukkan yang belum dicapai. Mereka telah mencapai derajat syuhada. Tetapi mereka belum mencapai derajat shiddiqin.
Kaum shiddiqin mengucapkan, “tunjukkan kami ke jalan yang lurus,” yakni dengan meneguhkan yang telah diraihi dan menunjukkan yang belum diraihnya.
Mereka telah mencapai derajat shiddiqin. Namun mereka belum mencapai derajat quthub.
Para wali quthub mengucapkan, “tunjukkan kami ke jalan yang lurus,” yakni dengan meneguhkan yang telah diraih dan menunjukkan yang belum diraihnya. Mereka telah mencapai tingkat an quthub. Tetapi mereka belum mendapat ilmu yang, jika Allah swt berkehendak untuk memperlihatkannya, niscaya Dia memperlihatkan pengetahuan itu kepadanya.
Tafsir Surat Albaqarah Ayat 3
“Yaitu orang-orang yang beriman kepada hal gaib dan mendirikan shalat.”
Syeikh r.a. mengatakan bahwa setiap kali Allah swt menyebutkan orang yang shalat dalam bentuk pujian, kata yang digunakan
selalu tertuju kepada orang yang mendirikan shalat.
Kadang menggunakan kata `mendirikan’ (iqomah) atau kata lain yang mengacu pada pengertian tersebut.
Misalnya, Allah swt berfirman:
“Yaitu orang yang beriman kepada hal gaib dan mendirikan shalat.” (Al-Baqarah 3)
“Wahai Tuhan, jadikan aku orang yang mendirikan shalat.” (Ibrahim: 40).
“Dirikanlah shalat!” (Al-Isra’ 78)
“Dan mendirikan shalat.” (At-Taubah 18)
“Mereka mendirikan shalat. “ (Fathir 29)
“Dan pendiri shalat.” (Al-Hajj 35)
Namun, ketika menyebutkan orang yang shalat dengan ungkapan “kealpaan,” Allah swt berfirman:
“Celaka mereka yang shalat. Yaitu yang alpa dari shalat mereka.” (Al-Ma’un 4-5)
Allah swt tidak mengatakan, “Celaka bagi mereka yang mendirikan shalat”
Iqomah atau `mendirikan’ adalah bahwa jika seorang mukmin shalat, maka Allah swt, mencipta rupa makhluk dari shalatnya itu di alam malakut-Nya dalam keadaan rukuk dan sujud hingga hari kiamat. Sedangkan pahalanya diberikan kepada mukmin itu.”