Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi

 

Harus dibaca juga..

PENULIS YANG SANGAT PRODUKTIF
Al-Buthi adalah seorang penulis yang sangat produktif. Karyanya mencapai lebih dari 60 buah, meliputi bidang syari’ah, sastra, filsafat, sosial, masalah-masalah kebudayaan, dan lain-lain. Beberapa karyanya yang dapat disebutkan di sini, antara lain:

  1. Muhadhorot Fil Fiqhil Muqharin Ma’a Muqaddimati Fi Bayani Asbabi Ikhtilafi al-Fuqaha’ Wa Ahammiyyati Dirasatil Fiqhil Muqarin (Problematika Dalam Fiqh Muqarin, Sebab Terjadinya Perbedaan Fuqaha’, Dan Pentingnya Mempelajari Fiqh Muqarin)
  2. Al-Islam Maladz Kulli Mujtama’at Insaniyyah; Limadza Wa Kaifa? (Islam Tempat Berlindung Seluruh Masyarakat Sosial; Mengapa dan Bagaimana?)
  3. Al Jihad Fil Islam; Kaifa Nafhamuhu ? Wa Kaifa Numarisuhu? (Jihad dalam Islam; Bagaimana Kita Memahami dan Melaksanakannya?
  4. Salafiyyah; Marhalah Zamaniyyah Mubarakah La Madzhab Islami
  5. Al ‘Uqhubat Islamiyyah; Wa ‘Aqduhu al-Tanaqhudhu Bainaha Wa Baina Ma Yusamma Bithobi’ihal ‘Ashri
  6. Hurriyatul Insan Fi Dhilli ‘Ubudiyyahatihi Lillah (Kebebasan Manusia Dalam Beribadah)
  7. Difa’ ‘An Islam Wa Tarikh (Belaan Terhadap Islam dan sejarah)
  8. Al Islam Wa ‘Asru; Tahaddiyat Wa ‘Afaq (Islam dan Modernisme; Sebuah Tantangan dan Harapan)
  9. Al-Mar‘ah Bayn Thughyan an-Nizham al-Gharbiyy wa Latha‘if at-Tasyri’ ar-Rabbaniyy
  10. Al-Islam wa al-‘Ashr
  11. Awrubah min at-Tiqniyyah ila ar-Ruhaniyyah: Musykilah al-Jisr al-Maqthu’
  12. Barnamij Dirasah Qur‘aniyyah
  13. Syakhshiyyat Istawqafatni
  14. Syarh wa Tahlil Al-Hikam Al-‘Atha‘iyah
  15. Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah
  16. Hadzihi Musykilatuhum
  17. Wa Hadzihi Musykilatuna
  18. Kalimat fi Munasabat
  19. Musyawarat Ijtima’iyyah min Hishad al-Internet
  20. Ma’a an-Nas Musyawarat wa Fatawa
  21. Manhaj al-Hadharah al-Insaniyyah fi Al-Qur‘an
  22. Hadza Ma Qultuhu Amama Ba’dh ar-Ru‘asa‘ wa al-Muluk
  23. Yughalithunaka Idz Yaqulun, Min al-Fikr wa al-Qalb
  24. La Ya‘tihi al-Bathil
  25. Fiqh as-Sirah
  26. Al-Hubb fi al-Qur‘an wa Dawr al-Hubb fi Hayah al-Insan
  27. Al-Islam Maladz Kull al-Mujtama’at al-Insaniyyah
  28. Azh-Zhullamiyyun wa an-Nuraniyyun.
  29. Al Aqidah Al Islamiyyah wa Al Fikr al Mu’asirah
  30. Al La Madzhabiyyah Akhtaru Bid’atin Tuhaddidu as Syari’ah Al Islamiyyah
  31. Al Mazdhab al Iqtishady Baina Syuyu’iyyah Wal Islam
  32. Dhawabitu Al Maslahat Fi As Syariah al Islamiyyah
  33. Fi Sabilillahi Wa Al Haq
  34. Hiwar Haula Musykilati Hadhariyyah
  35. Mbahitsul Kitab Wa As Sunnah min ‘Ilmi Ushulil Fiqhi
  36. Mamuzain, Qishatu Hubbub Nabati Fi Al Ardhi wa Aina’u fi As Sama’, Mutarjamah
  37. Manhaj Al Hadharah al Insaniyyah Al Jadaliyyah
  38. Manhaj Al ‘Audah Ilal Islam
  39. Masalatu Tahdidi an Nashli Wiqayatn wa ‘Ilajan
  40. Min Al fikri wa Al Qalbi
  41. Min Rawaiyl Qur’an
  42. Naqdul Auhami Al Maddiyah Al Jadaliyah
  43. Tajribatut Tarbiyah Al Islamiyyah Fi Mizan Al Bahts
  44. Al insan Wa Adatullahi Fi Al Ardli
  45. Al islamu Wa Muskilatus sabab
  46. Bathinul Ismi al Khatar Fi Hayatl Muslimin
  47. Hakadza Fal Nad’u al Islam
  48. Ila Kulli fatatin Tu’minu Billah
  49. Man Huwa Sayyidu al Qadri fi Hayatil Insan
  50. Minal Mas’ul ‘An Takhallufi Al Muslimin
  51. Min Asrari Alk Manhaj Al Islami

Gaya bahasa Al-Buthi istimewa dan menarik. Tulisannya proporsional dengan tema-tema yang diusungnya. Tulisannya tidak melenceng dan keluar dari akar permasalahan dan kaya akan sumber-sumber rujukan, terutama dari sumber-sumber rujukan yang juga diambil lawan-lawan debatnya.

Akan tetapi bahasanya terkadang tidak bisa dipahami dengan mudah oleh kalangan bukan pelajar, disebabkan unsur falsafah dan manthiq, yang memang keahliannya. Oleh karena itu, majelis dan halaqah yang diasuhnya di berbagai tempat di keramaian kota Damaskus menjadi sarana untuk memahami karya-karyanya.

Walau demikian, sebagaimana dituturkan pecinta Al-Buthi, di samping mampu membedah logika, kata-kata Al-Buthi juga sangat menyentuh, sehingga mampu membuat pembacanya berurai air mata.

Salah satu muridnya dari Indonesia, H Rojih Ubab Maimoen, mengisahkan, bahwa gaya bahasa dalam tulisan Syaikh Sa’id sangat lugas dan menarik. Syaikh Sa’id tidak akan menulis sesuatu yang sudah ada dan diperlukan sebelumnya. Sehingga semua yang beliau tulis adalah berdasar pada bahasa hati dan kejernihan pemikiran bukan menukil dari karya-karya lain (plagiat). Dari sinilah saya yakin kalau Syaikh Sa’id adalah seorang Mujtahid.

Banyaknya karya Syaikh Sa’id di semua fan ilmu menunjukkan betapa komplitnya keilmuan beliau. Jarang ditemui seorang ulama yang menguasai semua disiplin ilmu secara merata. Sebagai gambaran bila seseorang mahir di bidang Fikih, maka biasanya dalam bidang yang lain tidak begitu menonjol. Ada juga seseorang yang ahli di bidang tasawuf tapi penguasaan ilmu yang lain terkadang kurang, begitu seterusnya.

Syaikh Sa’id termasuk di antara (ulama) yang jarang itu. Keilmuan beliau mengingatkan dunia Islam kepada sang Hujjah al-Islam, Imam Ghazali yang memiliki kemampuan berkarya di setiap cabang ilmu. Imam Ghazali mempunyai kitab Wajiz, Wasith, dll di bidang Fikih, di bidang Ushul Fikih beliau punya kitab bernama Mustasyfa, sedang di bidang tasawuf beliau punya karya fenomenal, Ihya’ Ulumuddin, dan seterusnya. Kemampuan itu pula yang ada dalam diri Syaikh Sa’id Ramadhan al-Buthi dengan karya-karyanya yang mencapai puluhan buku/kitab dari berbagai disiplin ilmu terkecuali bila ilmu tersebut tidak memungkinkan adanya pembaharuan seperti Nahwu. Oleh karena itu, banyak kalangan mengatakan bahwa Syaikh Sa’id adalah titisan Imam Ghazali atau biasa disebut dengan laqab “Al-Ghazali as-Shaghir” (Imam Ghazali kecil)

PEMBELA MADZHAB  EMPAT
Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi mengasuh halaqah pengajian di masjid Damaskus dan beberapa masjid lainnya di seputar kota Damaskus, yang diasuhnya hampir tiap hari. Majelis yang diampunya selalu dihadiri ribuan jama’ah, laki-laki dan perempuan.

Selain mengajar di berbagai halaqah, ia juga aktif menulis di berbagai media massa tentang tema-tema keislaman dan hukum yang pelik, di antaranya berbagai pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh para pembaca. Ia juga mengasuh acara-acara dialog keislaman di beberapa stasiun televisi dan radio di Timur Tengah, seperti di Iqra‘ Channel dan Ar-Risalah Channel.

Dalam hal pemikiran, Al-Buthi dianggap sebagai tokoh ulama Ahlussunnah wal jama’ah yang gencar membela konsep-konsep Madzhab yang Empat dan aqidah Asy’ariyah, Maturidiyah, Al-Ghazali, dan lain-lain, dari rongrongan pemikiran dan pengkafiran sebahagian golongan yang menganggap hanya merekalah yang benar dalam hal agama. Berbekal pengetahuannya yang amat mendalam dan diakui berbagai pihak, ia meredam berbagai permasalahan yang timbul dengan fatwa-fatwanya yang bertabur hujjah dari sumber yang sama yang dijadikan dalil para lawan debatnya. Ujaran-ujaran Al-Buthi juga menyejukkan bagi yang benar-benar ingin memahami pemikirannya.

Al-Buthi bukan hanya seorang yang pandai di bidang syari’ah dan bahasa, ia juga dikenal sebagai ulama Sunni yang multidisipliner. Ia dikenal alim dalam ilmu filsafat dan aqidah, hafizh Qur’an, menguasai ulumul Qur’an dan ulumul hadits de¬ngan cermat. Sewaktu-waktu ia melakukan kritik atas pemikiran filsafat materialisme Barat, di sisi lain ia juga melakukan pembelaan atas ajaran dan pemikiran Madzhab fiqih dan aqidah Ahlussunnah, terutama terhadap tudingan kelompok yang menisbahkan dirinya sebagai golongan Salafiyah dan Wahabiyah.

Dalam hal yang disebut terakhir, ia menulis dua karya yang meng-counter berbagai tudingan dan klaim-klaim mereka, yakni kitab berjudul Al-LaMadzhabiyyah Akbar Bid’ah Tuhaddid asy-Syari’ah al-Islamiyyah dan kitab As-Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah Mubarakah wa Laysat Madzhab Islamiyy. Begitu pula hubungannya dengan gerakan-gerakan propaganda keislaman seperti Ikhwanul Muslimin Suriah yang tampak kurang baik, tentunya dengan berbagai perbedaan pandangan, yang menjadikan ketidaksetujuannya itu tampak dalam sebuah karya yang berjudul Al-Jihad fi al-Islam, yang terbit pada tahun 1993.

TAWASSUTH
Di era 1990-an, Al-Buthi telah menampakkan intelektualitasnya dengan menggunakan sarana media informasi, seperti televisi dan radio. Ini demi mengusung pemikiran-pemikirannya yang tawassuth (menengah) di tengah gerakan-gerakan fundamentalisme Islam yang bermunculan.

Sayangnya, kedekatannya dengan penguasa politik Suriah saat itu, Hafizh Al-Asad, menjadi bumbu tak sedap di kalangan pemerhati politik. Namun kedekatannya itu juga menjadi siasat politik Suriah dalam menyokong perjuangan Hamas (Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah) dalam menghadapi aneksasi Israel, sekalipun beberapa pandangannya bertolak belakang dengan gerakan-gerakan semacam itu.

Di usia yang semakin senja, Syaikh Al-Buthi masih tetap menulis, baik lewat website yang diasuhnya maupun beberapa media massa dan elektronik lainnya. Betapa besar harapan umat ini, khususnya kalangan Ahlussunnah wal jama’ah, menanti karya-karyanya yang lain terlahir, untuk memenuhi dahaga ilmu yang tak pernah habis-habisnya. Di mata beberapa ulama dan ustadz-ustadz yang pernah menimba ilmu di Suriah, saat ini Al Buthi lebih dikenal sebagai tokoh ulama sufi dibanding tokoh pergerakan. Buku-buku karya Al Buthi banyak beredar di Indonesia dan karyanya banyak menjadi rujukan. Salah satu bukunya berisi kritik terhadap gerakan kelompok Salafy Wahabi berjudul Salafiyyah; Marhalah Zamaniyyah Mubarakah La Madzhab Islami.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.