Sufi: Menguak Hakekat Reformasi

Melalui muktamar internasional yang diselenggarakan pada tanggal 24-26 September 2011 M. / 26-28 Syawwal 1432 H. di al-Azhar Conference Centre (ACC) Nasr City Kairo Mesir, di bawah naungan Grand Syaikh al-Azhar, Mufti Mesir, Menteri Wakaf Mesir, Majlis Sufi Tertinggi Mesir, Ikatan Habaib Mesir, Ikatan Alumni

Harus dibaca juga..

al-Azhar Internasional, Akademi Sufi Asyirah Muhammadiyah, dan Yayasan Thaba For Research and Islamic Studies Dubai, lebih dari 300 ulama dan cendekiawan muslim dari 35 negara sepakat, bahwa “Sufism: An Authentic Way Of Reform / at-Tashawwuf Manhaj Ashil lil Ishlah; Tasawuf Adalah Jalan Reformasi Yang Hakiki”.

 

Begitulah tema konferensi sufi internasional pertama di Mesir, yang pernah digagas oleh Syaikh Muhammad Zaki Ibrahim (Syaikh Tarekat Muhammadiyah Syadzuliyah) pada tahun 1952, namun baru terwujud pada tahun ini, kata Syaikh Isham Zaki Ibrahim sebagai putra dan penggagas momen besar ini, pada pembukaan muktamar. Prof. Dr. M. Muhanna sebagai Pimpinan Asyirah Muhammadiyah dan Akademi Sufi di salah satu stasiun televisi Mesir melengkapi, “bahwa sekitar empat lima tahun yang lalu, ide ini sudah hampir terealisasi, bahkan sudah seharusnya dilaksanakan tahun kemarin, namun akhirnya tahun inilah konferensi besar ini baru bisa terwujud”, tuturnya.

Program spektakuler ini dibuka oleh Prof. Dr. Abdul Fadhil al-Qushi (Menteri Wakaf Mesir), Prof. Dr. Hasan Syafi’i (atas nama Grand Syaikh al-Azhar dan Pimpinan Akademi Sufi al-Asyirah al-Muhammadiyah), Syaih Ali Jum’ah (Mufti Mesir), Syaikh Abdul Hadi al-Qashabi (Ketua Majelis Sufi Tertinggi Mesir), Sayyid Mahmud asy-Syarif (Pimpinan Habaib se-Mesir), dan dihadiri para petinggi politik maupun pimpinan-pimpinan keagamaan, baik Islam maupun Kristen Ortodok Mesir, beserta para calon presiden Republik Arab Mesir. Tak ketinggalan diramaikan oleh kata sambutan dari para artis, seniman, dan dimeriahkan dengan ijazah kubro silsilah sanad (transmitter (mata rantai) keilmuan keislaman) hingga ke Rasulullah oleh Syaikh Moawid Ibrahim. Borhanuddin Rabbani, mantan presiden Afghanistan pun bersedia hadir, ironinya empat hari sebelum acara ini, beliau telah terbunuh di Kabul, semoga Allah merahmatinya.

Agenda-agenda besar yang dibahas dalam konferensi sufi internasional ini adalah :

1. Reformasi masyarakat Arab dan kaum muslimin.

2. Tasawuf adalah jalan reformasi yang hakiki.

3. Problematika tasawuf dan reformasi.

4. Tasawuf dan pembaharuan.

5. Fakta tasawuf sebagai jalan reformasi, baik melalui pendekatan masa lalu (sejarah) dan kekinian.

Syaikh Abdul Hadi al-Qashabi sebagai pimpinan tarekat di Mesir menegaskan, “Dengan tema Attashawwuf Manhaj Ashil lil Ishlah, semoga konferensi ini adalah konferensi cinta dan perdamaian, serta dapat membendung pemikiran-pemikiran imperalisme impor, seperti kapitalisme, sekulerisme, sosialisme, dan lain-lain, yang telah mengalami hibridasi dengan pemahaman keberagamaan sebagian kaum muslimin. Di sisi lain, tasawuf malah sering dipojokkan, disesatkan, dan diperangi sebagian kalangan, padahal tasawuf yang benar adalah agama Islam yang sesungguhnya”.

Syaikh Ali Jum’ah dalam sambutannya menyatakan, “Sudah selayaknya berbagai lapisan masyarakat bisa menjadi sufi; pejabat, pemuda, dan siapa-saja, karena hal ini jelas sesuai yang disebut dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, bahwa ada tujuh golongan yang akan diselamatkan Tuhan esok di hari kiamat. Kriteria mereka ada pada pribadi para sufi”. Sedangkan Syaikh Hasan Syafi’i mengajak kaum muslimin agar tidak hanya mengetahui teori-teori tasawuf, tapi juga mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim selaku mantan Rektor Universitas al-Azhar dan guru besar ahli hadits abad ini menyatakan, “Sepanjang sejarah, tidak ada ulama besar dan cendekiawan muslim yang pendapatnya diakui hingga sekarang, melainkan dia adalah seorang sufi, seperti Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Subki, Imam Ghazali, dan Imam Ibnu Hajar yang diakui ketokohan ilmu hadits dan fikihnya hingga sekarang. Tak terkecuali para pemuka ulama al-Azhar yang sangat diakui jiwa-jiwa sufinya, seperti Syaikh Abdul Halim Mahmud, Syaikh Mutawalli Sya’rowi, dan Syaikh Muhammad Ghazali yang dalam sebuah bukunya menegaskan bahwa ilmu tasawuf adalah cahaya paling terang dari mentari agama Islam yang menyinari semesta alam”.

Beliau menambahkan, “Kesuksesan panglima besar Sholahuddin al-Ayyubi dalam perang salib dan pembebasan Palestina, tidak lain karena dia adalah seorang sufi yang memprioritaskan pembebasan negeri hati dari jajahan nafsu sebelum pembebasan Palestina. Bila sekarang kita ingin memerdekakan Palestina, sudah seharusnya kegemilangan tersebut berkiblat kepada orang-orang sufi”.

Al-Habib Ali al-Jifri sebagai tamu kehormatan dari Yaman dan Pengasuh Yayasan Thaba For Research and Islamic Studies Dubai, juga menyatakan, “Coba kita lihat kegemilangan pergerakan-pergerakan Islam kontemporer yang memiliki pengikut di seluruh dunia, seperti Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, dan lain-lain, para pendirinya adalah murid-murid para sufi agung. Mengapa para pengikut mereka dewasa ini harus mengingkari tasawuf?”. Beliau juga menyindir para kaum fundamentalisme dan para pengagum wahabi, “Tidakkah setiap silsilah sanad yang kita ketahui dewasa ini tak pernah lepas dari tokoh-tokoh Asy’ariyah, Maturidiyah, beserta peran besar kum sufi?”. Tak heran, seorang orientalis asal Jerman saja mengakui, bukan hanya di masa lalu dan masa kini, masa depan Islam pun ada dalam genggaman para sufi, demikian dikutip oleh Dr. Fauziah al-Asymawi selepas menguraikan pengaruh-pengaruh mulia tasawuf di Eropa.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.