Sayap Serasi Sang Arif

Sayap Serasi Sang Arif

Harus dibaca juga..

Dulkamdi membalik-balik sebuah buku. Sesekali ia buka, lalu ia tutup kembali, sembari menerawang ke cakrawala, menembus kedai Cak San pagi itu.

Kopi Cak San mengepulkan aroma wangi, hingga ubun-ubun bangkit. Tapi Pardi seperti orang gelisah, berdiri, duduk kembali, berdiri lagi. “Dul, kamu ini kok risau banget pagi-pagi ini. Bukankah oleh Kyai Mursyid sudah dibilang, begitu bangun pagi sudah harus menyerahkan urusan kita kepada Allah…” tegur Pardi.

“Lha, itu yang saya alpa, Di…” Pardi lalu mengambil buku yang ada di tangan Dulkamdi. Buku itu berjudul “Menjelang Ma’rifat”, begitu melihat judul buku itu Pardi menghela nafas dalam-dalam. Sembari kepalanya geleng-geleng.

“Di dalamnya kamu baca, Di… Ada sejumlah petikan wacana dari kaum sufi, yang membangkitkan semangat mereka yang berserasi dengan Allah Swt.” Pardi lalu membuka saja halaman paling tengah, kepalanya menunduk sembari mengucak-ucak matanya. Ia membaca kalimat demi kalimat di halaman tengah itu. Antara lain:

“Sungguh, bagi orang yang kenal Tuhan, tidak layak mengeluh dari cobaan. Karena setiap orang yang tidak mengenal Tuhan, setiap ucapan adalah pengakuan. Sedangkan bagi orang ‘arif tidak ada lagi pengakuan (klaim), dan bagi pecinta tidak ada lagi keluhan. Bila pertolongan Allah mendahuluinya, segala luka nestapa akan roboh karenanya. Bila pertolonganNya tiba, kewalian menjadi keharusan baginya. Karena pertolongan itulah kewalian ada, dan kewalian merobohkan luka duka. Yang urgent bukanlah kewalian, tetapi yang penting adalah pertolongan. Siapa pun tak akan meraih kewalian manakala kehilangan pertolongan.

Orang yang teguh adalah orang yang merahasiakan rahasia. Wujud Allah telah membuang wujud makhluk, maka buanglah pengakuan diri, engkau temukan maknanya. Siapa yang batinnya benar, maka seluruh ucapannya manis. Jangan tertipu oleh indahnya waktu, karena di baliknya ada sejumlah bencana. Jangan tertipu oleh indahnya ibadah, karena di dalamnya ada kealpaan dirimu pada sifat RububiyahNya. Singkirkan dua rumah (dunia dan akhirat) dan berbahagialah dengan Allah Robbul ‘alamin. Mohon petunjuklah kepada Allah, sebab Dia adalah sebaik-baik bukti.

Berserahlah kepadaNya, sebab Dia sebaikbaik tempat berserah diri. Sepanjang qalbu hamba bergantung pada selain Allah, maka pintu kebeningan hati tertutup. Kemesraan bersama Allah adalah cahaya yang memancar, dan mesra dan gembira dengan makhluk adalah kesusahan. Sumber rahasia adalah qalbu orang-orang yang asyik bersama Allah, sedangkan hati orang yang dekat dengan Allah adalah benteng rahasia-rahasiaNya. Qalbu, ketika gagal diberi cobaan Tuhan ia akan lepas dari wilayah Sang Kekasih.

Sebaik-baik rezeki adalah yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaik-baik dzikir adalah yang tersembunyi (dalam hati). Tawakallah, engkau dapatkan kecukupan. Mohonlah, engkau diberi. Bukan orang yang jiwanya cerdas, orang yang membuat pilihan, tetapi tidak menurut pilihan Sang Kekasih. Menurut apa yang yang berarti bagimu, engkau raih cita-citamu.

Sang hamba, jika Allah membencinya, para makhluk akan membencinya. Jika Allah meridloi-nya, selain Allah akan meridloinya. Permintaan maaf pecinta pada Sang Kekasih adalah kebajikan. Sedangkan perbuatan dosa pecinta pada Kekasihnya adalah terampuni. Siapa yang berhasrat menuju Tuhan, berarti menghamparkan diri untuk cobaan.”

Tiba-tiba Pardi menjerit sekencang-kencangnya. Orang-orang kampung pada berdatangan ke kedai Cak San, dikiranya ada peristiwa kriminal yang mengerikan.

Kang Soleh datang ketika Pardi mulai siuman. Wajah Pardi masih pucat pasi. Ia seperti kebingungan, karena entah apa yang dialami ketika ia pingsan.

“Di…Ngopi saja yuk…Udah nggak usah dipikir…” ajak Kang soleh. Pardi bangun gelagepan antara sadar dan tidak.

M LUQMAN HAKIM

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.