llll
Kedai sufi 2 judul (artikel)
Saya Ada Dimana?
Berkali-kali Pardi mengeluarkan dan memasukkan nafasnya dalam-dalam, dan mengeluarkan seperti lenguhan kerbau. Pagi yang dingin, sungguh tak mendinginkan gerah Pardi.
Ini semua gara-gara Pardi membaca kitab Al-Hikam, yang diulang kembali oleh Kyai Mursyid.
“Manakala anda ingin melihat posisi anda di sisiNya, maka lihatlah bagaimana Allah memposisikan dirimu (saat ini).”
Allah menjadikan makhluknya menjadi dua kelompok besar. Kelompok celaka dan kelompok bahagia. Saat ini dimana posisi anda diantara dua kelompok tersebut, apakah anda masuk dalam kelompok celaka yang paling celaka, atau kelompok bahagia paling bahagia. Lihatlah dan refleksikan dimana hati anda saat ityu.
Bila anda masuk dalam posisi sedang taat dan penuh ubudiyah, berarti Allah sedang meninggikan derajat anda. Bila anda sedang maksiat dan mengingkari perintahNya, berarti Allah sedang menghinakan anda.
Bila anda bersemangat untuk taubat, berarti Allah sedang mengampuni anda. Bila anda mengulur-ulur taubat anda berarti Allah belum mengampuni diri anda.
Jika hati anda terus menerus membenarkan wujud Tuhanmu dan Dialah Satu-satuNya yang berkuasa dan Diraja, serta diri anda meneladani jejak RasulNya, maka anda berada dalam golngan orang-orang yang mendapatkan limpahan kebajikan. Sebaliknya jika anda mengingkari semua itu, anda tergolong paling celaka ketika itu.
Demikian, Kyai Mursyid menjelaskan pada jama’ah.
“Kalau kamu melengah dan melenguh, apa yang bias berubah dari dirimu Di?” tegus Dulkamdi di kedai itu.
“Daripada saya stress Dul, mending saya keluarkan dan saya masukkan…”
“Kalau belum waktunya jangan dipaksa, kalau sudah waktunya jangan ditolak…”
“Begitu ya Dul.”
“Iya…”
“Kok kamu tahu sih?”
“Tergtantung Yang memberi Tahu…?”
“Jadi semua ini pertanda apa?”
“Yang pertanda kamu mulai DikehendakiNya…”
“Wah hebat juga kamu Dul.”
Tiba-tiba Kang Soleh dating nerocos tak terbendung.
“Apabila anda masuk golongan hamba yang berbahagia, tetapi anda ingin melihat posisi anda, apakah tergolong ahlul Qurbi (kalangan yang dekat dengan Allah) atau ahlul Bu’di (kalangan yang jauh dari Allah) maka coba anda tengok hati anda: Kalau anda mengenal Allah melalui makhluk-makhlukNya di semesta raya ini, maka anda tergolong kelompok yang jauh dari Allah. Tetapi kalau anda mengenal Allah melalui Allah, maka anda tergolong kaum yang dekat dengan Allah.
Anda yang menuju Allah tetapi masih melalui perantara semesta makhluk ini anda belum menemukan Allah, dan anda sulit selamat – kecuali Rahmat Allah –, melainkan anda harus ditolong oleh seorang Muursyid yang Kamil- Mukammil yang bisa mengantar anda di hadapan Allah.
Bila anda tergolong Ahlul Yamin, dan ingin mengetahui posisi anda apakah tergolong orang yang mulia atau tergolong yang terhina: Lihatlah apakah anda tergolong orang yang menjalankan perintahnya atau justru melanggar laranganNya. Kalau anda melanggar perintahNya meremehkan ajaranNya, maka anda tergolong orang ang terhinakan. Termasuk terhinakan pula posisi anda manakala, adalah ketika anda malas-malasan beribadah, anda menerjang larangan dan memusuhi para waliNya.”
Demikian yang diuraikan panjang lebar oleh Ibnu Ajibah al-Hasani dalam Syarah al-Hikam yang dikutip oleh Kang Soleh.
“Saya malah semakin mrinding Dul. Lihat Kang Soleh tadi bicara dengan wajah pucat pasi. Apalagi saya…?”
M. Luqman Hakim
Cahaya Sufi