Memasuki bulan Suci Ramadlan, walau berlalu beberapa hari, berarti kita memasuki Lembah Ilahi, dari hari ke hari, hingga genap sebulan atau 29 hari. Barangkali kita bias terbantu untuk menghayati puasa kita, baik puasa lahir maupun puasa batin, puasa fisik maupun puasa hati kita.
Hari pertama:
Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Demikian hadits Qudsi. Berarti hari pertama ini, seluruh hasrat, kehendak, citarasa, tekad, tujuan dan niat, yang menggumpal di hati kita hanya untuk Allah Ta’ala semata. “Oh Tuhan, hatiku untukmu…dahaga kerongkongan, dan
perut keroncongan, adalah pestanya hatiku denganMu…Hatiku tak ingin selain DiriMu…”
Hari Kedua:
Dalam kata RAMADLAN, ada huruf Ra’, Mim, Dlad, Alif, Nun. 1) Ra’ = Ridlwanuhu, Ridlanya Allah. 2) Mim, Mahabatuhu = Cintanya Allah, 3) Dlad, Dlomanuhu = Jaminan Allah, 4) Alif, Ulfatuhu = KemahalembutanNya,
5) Nun, Nuruhu = CahayaNya.
Semua diperuntukkan orang-orang yang berpuasa. Bersyukurlah, karena anda telah dicatat dalam CatatanNya sebagai orang yang berpuasa. Jika tidak, hanya lapar dan dahaga belaka.
Hari Ketiga:
Jika ada emosi, jika ada yang menjengkelkan di pagi hari, di terik matahari, atau menjelang senjakala tiba,k kembalikan hatimu kepadaNya, siapa tahu ujian dan cobaan itu sedang menimbang naiknya derajatmu. Ingatlah kegembiraan orang-orang yang sedang berbuka, segala masalah jadi lupa.
Hari Keempat:
Mata, perut, hidung, telinga, kelamin, mulut, sedang menahan diri dari tarikan syahwatnya. Hati harus menahan diri dari segala iming-iming nafsu dan duniawinya. Ruh, adalah arus kuat yang menggerakkan menuju Allah.
Sirr (rahasia jiwa) tak ingin ada selain Allah.
Hari Kelima:
Jika ada penyesalan karena tindakan dosa yang kau lakukan selama empat hari lalu di tengah berpuasa, janganlah penyesalan itu membuatmu semakin jauh dari harapan kepadaNya. Karena hari-hari esok adalah CahayaNya,
dan hari ini bukalah jendela pintu hatimu untuk bias Cahaya paginya yang indah.
Hari Keenam:
Jangan lupa, seluruh amaliyah rutin yang biasa kau baca, kau wiridkan, amaliyah sunnah di bulan ini jangan kau abaikan sedikit pun. Apa pun kesibukanmu, masalah yang membuat dirimu tertekan sekali pun, jangan sampai memutus kabel yang menyambungkan dirimu dengan Allah.
Hari Ketujuh:
Mari melakukan konser ruhani di bulan suci. Seluruh bunyi dan nada kita perdengarkan secara harmoni dalam jiwa kita. Serasa seluruh ragam dzikir berbunyi bersama, dalam naik turunnya nafas jiwa, begitu gemebyar dalam seluruh semesta, tasbih, tahmid, takbir, hauqolah, istighfar, sholawat Nabi, tahlil, dan tersembunyi dalam sunyi, Allah Allah Allah.
Hari Kedelapan:
Penjarakan dan kuburkan, seluruh sifat-sifat burukmu, iri, dengki, takabur, riya’, ‘takjub pada diri sendiri, menuruti nafsu syahwat, menuruti kesenangan dunia, kemunafikan, kezaliman, dan kemusyrikan hati. Jika sesekali hendak muncul sifat-sifat itu, cepat-cepatlah beristighfar dan kau lawan dengan segala caramu
Hari Kesembilan:
Islam, berarti hatimu harus Istislam, yang makna pasrah total kepadaNya, agar selaras dengan kehendak-kehendak aturanNya. Iman, berarti yakin, membenarkan, dan mengamankan hatimu dari segala hal selain Allah, agar iman tumbuh menjadi Syajarah Thoyyibah. Ihsan, adalah buah dari Islam dan Iman kita, yang maujud dalam Muroqobah, Musyahadah dan Ma’rifah.
Hari Kesepuluh:
Sepertiga bulan kita lalui. Masihkah anda terus melawan diri sendiri?
Hasrat-hasrat sampah yang membui dirimu? Aapakah masih kau biarkan dirimu bertumpukan dengan onggokan limbah-limbah di hatimu? Oh, bangunlah dan melompatlah segera ke air bening jiwamu, arungi samudera sucinya, di sana banyak mutiara-mutiara.
Hari Kesebelas:
Jangan biarkan malam-malam suci ini tanpa bersamaNya. Jangan biarkan kegelapan tanpa Lampu CahayaNya. Jangan biarkan lolong anjing malam pekat yang menghadang malaikat mengganggu suara munajatmu. Jangan biarkan malam-malammu bersyahwat berlebihan. Jangan biarkan….malam-malammu bersama TV dan hiburan
Hari Keduabelas:
Hati kita melangkah ke depan, bukan melangkah ke belakang, apalagi diam di tempat. Semangat hati dan rasa syukur harus terus terjaga untuk bangkit kepadaNya. Semakin baik, semakin lembut, semakin sabar, semakin ikhlas, semakin ridlo, semakin tawakkal, semakin dekat, semakin cinta. Itulah langkah hati ke depan, dengan meninggalkan hal-hal yang buruk.
Hari Ketigabelas:
Di dunia ini bukannya tempat kebahagiaan dan kesenangan. Senang dan gembira sehari dalam 24 jam, paling hanya satu jam kita gembira dan bahagia. Selebihnya jiwamu berjuang dengan berbagai masalah bukan? Bahagia dan gembira hanya maujud di akhirat, karena itu, jika muncul kebahagiaan di dunia, itu hanyalah bonus-bonus dari Allah. Tetapi jika engkau ingin bahagia, letakkan hatimu di akhirat, fisik, akal dan fikiranmu di dunia.
Hari Keempatbelas:
Kapankah anda menjadi orang baik? Katanya, orang baik itu adalah orang yang dalam keadaanm sendiri tetap baik. Kapankah anda menjadi hamba Allah? Katanya hamba Allah itu pasrah menjadi Wayangnya Allah. Kapankah anda menjadi penempuh Jalan Ilahi? Kataknya para penempuh itu mulai bersiap diri meninggalkan haru biru duniawi dari dalam hati. Atau kapankah anda menjadi para ‘Arifun? Katanya para ‘Arifun it uterus menerus bersamaNya, disertai olehNya.
Hari Kelimabelas:
Berishkan terus menerus kaca cermin di hatimu, agar cahayaNya yang memantul tidak buram atau abu-abu. Jika kau biarkan, akan tumbuh kotoran yang berkarat, terasa sakit pedih ketika dibersihkan. Sungguh jangan kau biarkan sampai retak-retak cermin jiwamu, karena retak cermin adalah membiarkan kemunafikan di hatimu. Dan Na’udzubillah jangan sampai kau balik cerminmu, karena bercermin dari bali cermin berarti telah terhijab dalam kegelapan. Ini, sungguh, bulan CahayaNYa.
Hari Keenambelas:
Memang, ada saja masalah sehari-hari. Masalah muncul hanya karena Allah ingin menunjukkan betapa sampahnya duniawi itu, agar segera dirimu lari menuju kepadaNya, dalam pelukan Kasih SayangNya.
Hari Ketujuhbelas:
Nafasmu telah ditentukan dan dihitung dalam takdir. Langkah kakimu, kedipan matamu, suara yang keluar masuk dalam telingamu, gerak gerik bibirmu, ciuman hidungmu, rabaan tanganmu, bahkan gerak gerik hatimu, semua dalam catatanNya. Alangkah sia-sianya jika semua itu digerakkan Allah, sementara dirimu tidak menyertaiNya dengan Dzikrullah.
Hari Kedelapanbelas:
Jangan gelisahkan, jangan takutkan, apa yang berlalu dan yang akan datang. Karena bila kita lihat diri kita sendiri, amal perbuatan kita sendiri, ibadah dan taqarrub kita selama ini, hati penuh luka, rasanya tak berarti apa-apa di hadapanNya. Tapi jika kita lihat Rahmat, Fadlal dan AnugerahNya, serasa apa pun semua bermakna indah, agung, luhur dan betapa besarnya.
Hari Kesembilanbelas:
Pintu-pintu syurga telah dibuka sejak awal bulan ini. Pintu-pintu neraka ditutup sejak memasuki bulan ini, syetan dibelenggu. Masukilah pintu-pintuNya dengan seluruh kebajikanmu, ubudiyahmu, taqarrubmu. Jangan ada nafsu yang menghambat jalanmu.
Hari Keduapuluh:
Kedekatan Rasulullah SAW, denganmu, seperti air dalam pohon, yang meliputi seluruh batang, akar, cabang, daun, bunga dan buah. Tak ada yang tidak dialiri oleh air itu. Jika pohon jiwamu terasa kering, karena jejak-jejaknya tak kau ikuti, ucapan-ucapanNya tak kau hiraukan, peringatan-peringatannya kau abaikan. Karena itu jangan abaikan lagi Sholawat Nabi.
Hari Keduapuluhsatu:
Sungguh mengherankan, di hari-hari yang sudah seperti ini, situasi dan kondisi ummat sudah kayak begini, masih ada saja orang-orang yang terus menerus memanipulasi Ilahi untuk kepentingan diri, golongan dan keluarganya serta kekuasaannya. Di hari-hari seperti ini pula, sungguh mengherankan masih banyak orang yang mengeluh, ngresulo, tidak bersyukur dan ridlo kepadaNya.
Hari Keduapuluhdua:
Nyalakan lampu-lampu di seluruh rumahmu, kamar-kamar jiwamu, bilik-bilik hatimu, melalui arus ruhanimu yang digerakkan oleh dzikirmu. Jangan biarkan diancahayamu byar pett seperti Listrik kita….Sembrono!
Hari Keduapuluihtiga :
Bacalah semua kehidupan nyata ini sebagai ayat-ayat Allah. Bulan ini Al-Qur’an turun di malam Lailatul Qadar bukan? Bacalah keseharian yang kau lihat, yang kau dengar, yang kau raba, yang kau rasakan, sebagai huruf-huruf yang menyusun kata, kalimat, ayat dan surat. Agar dimana pun, kemana pun, siatuasi apa pun, pandangan hatimu tak bertoleh kepada selain Allah.
Hari Keduapuluhempat:
Lihat pula seluruh semesta, jangan sampai kau lihat yang tampak nyata, lihatlah yang ada dibalik yang tampak itu. Disana ada Afa’al Allah, Asma Allah dan Sifat Allah. Jika yang tampak nyata masih tampak jelas, maka sesungguhnya yang tampak itu telah menghijab dirimu denganNya.
Hari Keduapuluhlima:
Hidupkan malam-malam tersisa ini dalam terang benderang CahayaNya. Hidupkan siangnya, dalam menahan terus apa pun selain DiriNya. Hidupkan pagi dan sore, sore danhingga pagi, dalam getaran dzikir dan tasbihnya. Hidupkan semuanya, agar hatimu tidak mati!
Hari Keduapuluhenam:
Jawablah Surat-surat CintaNya kepadamu, dengan jawaban hatimu, dari tinta Sirr (rahasia jiwamu) paling dalam. Mungkin tak ada lagi kata atau sebersit yang tersirat karena jawabanmu adalah kefanaanmu, dan Surat-suratNya adalah KebaqaanNya yang menarikmu menuju padaNya.
Hari Keduapuluhtujuh:
Oh pintu Ma’rifatullah terbuka. Allah jua yang mema’rifatkanmu, bukan dirimu. Jangankan kau kenal diriNya, mengenal dirimu saja selalu buntu. Bolehlah kau mengenal dirimu, jika akhir pengenal akan dirimu tak lebih dari debu yang berterbangan, hingga kau mengenal Tuhanmu tanpa batas dan tiada tara. Allahu Akbar!
Hari Keduapuluhdelapan:
Allah Allah Allah…Semuanya tanpa kecuali. Allah Allah Allah….semuanya tanpa henti. Allah Allah Allah….Semuanya cahayaNya. Allah Allah Allah….Semuanya tiada kecuali WajahNya….
Hari Keduapuluh sembilan:
Besok hari raya bukan. Hari kemerdekaan yang hakiki. Hari segalanya penuh Takbir, tasbih dan Tahmid. Hari lahir kembali. Lalu jangan lagi ada noda, luka, aniaya diri sendiri. Jikia masih ada dendam pada diri sendiri, jika masih ada emosi pada sesame, jika masih ada keraguan atas Rahmat dan AnugerahNya, segeralah bersihkan dengan permohonan yang total padaNya……
KHM Luqman Hakim, @KHMLuqman, @sufidamai, #sufinews.com