Assalamu’alaikum wr. wb.
Sebelumnya saya berterima kasih, menu konsultasi ini masih dibuka Cahaya Sufi. Sebetulnya saya sudah lama ingin berkonsultasi di sini, namun terkendala niatan yg belum penuh untuk belajar tasawuf lebih jauh. Saya ingin sedikit berkonsultasi pada Bapak, Mas sekalian. Saya sudah 4 tahun didiagnosa menderita schizophrenia. Selama itu pula sudah banyak keanehan terjadi yg sudah menjadi kebiasaan bagi saya. Dahulu wujud visual sering mengganggu saya, namun kini tinggal suara-suara saja. Namun tetap saja, hal yang disebut medis sebagai halusinasi ini sangat mengganggu. Saya menjadi sulit berkonsentrasi oleh halusinasi yang bisa membaca pikiran ini. Sebelumnya saya pernah di-ruqyah sekali, tidak dilanjutkan karena keluarga merasa kasihan, dan beberapa sumber menyarankan ruqyah mandiri karena lebih efektif.
Selama masa ruqyah mandiri dengan dzikir membaca, dan mengkaji Al-Qur’an inilah saya mengetahui bahwa gangguan yang saya alami ini termasuk sakit jinnah dan dalam Islam bisa disembuhkan. Saya pun tertarik dengan saran membaca istighfar dan Yaa Hayyu Yaa Qoyyum yg disarankan di situs ini untuk mengobati penyakit jinnah, sudah beberapa kali saya praktekkan. Lebih jauh saya sudah lama memendam ketertarikan akan dunia sufisme.
Dulu seringkali halusinasi yg mengganggu saya menyebutkan kata mursyid, awalnya saya tidak mengetahui apa artinya, namun setelah sharing dengan teman saya yg kebetulan seorang santri, ia menyuruh saya mencari guru spiritual Islam, hal itu sebagai isyarat. Keanehan lain sangat banyak yang sulit dibahas satu per satu. Yang menarik bagi saya setelah lebih dalam mengkaji agama adalah saya tidak merasa terbebani dengan penyakit 1% penduduk dunia yg belum ditemukan obatnya ini. Bahkan saya merasa dipilih Allah untuk merasakan fenomena spiritual yang juga dirasakan Nabi Ayyub dan Nabi Muhammad ini. Jujur sebelum mengkaji Islam Ahlu Sunnah wal Jamaah, saya sudah sering bergelut dengan pemikiran materialisme dialektika Marx, pluralisme ala Barat, bahkan ajaran Baha’i, Konfucian dan Buddha.
Saya cenderung orang yang mengambil kebaikan dari semua pemikiran, yang menjadikan saya jauh dari Islam yang murni. Namun suatu ketika saya menemukan buku yang menyebutkan Al-Quran terlalu istimewa untuk dibuat manusia, dari ulama Najd. Berbeda dengan kitab agama yg lain, yg sangat redaksional. Maka saya meyakini bahwa Al-Quran adalah kalam Tuhan yg paling tinggi kebenarannya. Bahwa Islam adalah agama yg paling saintifik, berbaur dengan keajaiban yang mampu menjadikan jazirah tandus Arab menjadi pusat pengetahuan dunia tanpa meninggalkan agama. Keajaiban yg tak diperoleh Barat, mereka maju justru setelah meninggalkan agama.
Saya sempat beberapa kali membaca buku-buku tasawuf, termasuk pengajian al-Hikam, dan saya sangat tertarik untuk mempelajari lebih lanjut. Saya percaya di balik hubungan antagonistis di dunia tua muda, baik buruk, kaya miskin, dll, dan segala materi dan antimateri terdapat keistimewaan semesta yakni angka tengah, 0, simbol yg tak dapat di-antitesis-kan, bahkan dua bentuk antagonis akan menghasilkan simbol 0. Nabi Muhammad menyukai warna hijau karena hijau ada di tengah spektrum cahaya putih, seperti 0. Dari sumber lain saya tahu bahwa belajar sufisme itu belajar penihilan, 0. Sangat penuh dekonstruksi seperti tradisi berpikir saintifik, yg menyebabkan semua hal berkaitan atas jaring-jaring Ke-Tuhan-an. Bahwa entitas Tuhan sangat ilmiah, kebanyakan materi di semesta tak terdefinisikan dalam bentuk dark matter dan dark energy. Dan mungkin di situlah alam ghaib berada dalam logika keilmuan.
Untuk itu saya mohon saran sebaiknya tareqat mana yang perlu saya ikuti? Dan pada siapa referensi yang bisa saya hubungi. Termasuk untuk pengobatan penyakit schizophrenia. Saya bertempat tinggal di Yogyakarta. Mahasiswa, 23 tahun. Atas perhatiannya saya mengucapkan banyak terima kasih. Mohon maaf apabila terlalu panjang.
Wassalamualaikum wr. wb.
nugroho.ariyanto@xxxx.xxx – 08572929xxxx
JAWAB:
Kontemplasi pemikiran adalah kendaraan hati untuk mengarungi semesta, agar keimanan hati lebih tebal dan lebih kuat, kemudian lebih dekat padaNya. Tetapi tanpa ada titik tujuan pemikiran yang jelas, akan berubah menjadi khayalan dan imajinasi yang berakhir jadi hijab antara hamba dengan Tuhannya.
Schizoprenia adalah akibat dari pembiaran jiwa kita yang mengkhayal, lalu menjadi belah dan serba ganda dalam batin kita. Cobalah jika anda menyadari adanya penyakit itu, justru Tauhidlah yang menyatukan hati anda. Bahwa segalanya dari Allah, bersama Allah, menuju Allah, beserta Allah, fana’ pada Allah, hanya bagi Allah dan bersandar pada Allah.
Perspektif ini harus kuat tertanam dalam dirimu dengan tekad yang maksimal. Selama ini anda tidak pernah berani melawan diri sendiri, dan cenderung menikmati selera pikiran, padahal selera tadi adalah aksentuasi nafsu yang menapaki pikiran. Nanti ibadah anda pun mulai letoi, malas, lalu banyak mengeluh, sensitif dan cenderung melihat keburukan orang dibanding kebaikannya. Anda pasti lebih senang dipuji dibanding dikritik. Lebih senang di”iya”kan pandangan anda dibanding ditolak.
Cobalah merenungkan kembali apa yang anda cari, anda tuju, dan anda jadikan cita-cita sejati dalam hidup ini.