M. Rahim Bawa Muhaiyaddeen
SALAM sayangku padamu, cucu-cucuku, anak-anakku, saudara-saudaraku. Sudah pernahkah engkau melihat seekor anak rusa? Perkenankan aku bercerita tentang seekor anak rusa dan induknya. Dengarkanlah dengan seksama!
Cerita ini akan memberitahukanmu mengenai perbedaan antara kesadaran manusia dan kesadaran binatang.
Pada zaman dahulu, ada seorang laki-laki yang suka berburu. Dia akan masuk hutan dengan membawa sebuah senapan atau busur dan anak panah, dan dia akan menembak kijang, rusa besar, dan binatang-binatang lainnya. Seperti sebagian besar pemburu, dia suka makan daging binatang yang dibunuhnya, tapi dia mendapati daging rusalah yang paling lezat.
Sekarang, laki-laki itu sedang berburu, membunuh, dan makan seperti ini hampir sepanjang hidupnya. Kemudian, pada suatu hari, dia menemukan seekor rusa yang sedang menyusui anaknya. Ini membuatnya gembira, karena dia lelah dan tahu bahwa rusa tersebut tidak bisa kabur pada saat menyusui bayinya, jadi dia menembaknya. Tapi sebelum mati, rusa betina itu berteriak, “Duhai manusia, engkau telah menembakku, jadi cepat makanlah aku, tapi jangan ganggu anakku. Biarkan ia hidup dan bebas!”
“Aku mengerti apa yang sedang engkau minta,” jawab pemburu tadi, “tapi aku berencana untuk membawa anakmu pulang, membesarkannya, dan membuatnya sehat dan gemuk. Kelak anakmu juga akan menjadi daging untuk aku makan.”
Anak rusa yang masih kecil itu mendengarnya dan berkata, “Duhai manusia, apakah pikiran seperti itu bisa diterima oleh Allah?”
Pemburu itu tertawa, “Allah menciptakan binatang untuk dibunuh dan dimakan manusia.”
“Duhai manusia, engkau benar. Allah memang menciptakan beberapa makhluk sehingga makhluk-makhluk lain bisa memakannya. Tapi bagaimana tentang dirimu. Jika ada hukum seperti itu untuk kami, maka mungkin juga ada hukum seperti itu untukmu. Pikirkanlah! Hanya ada satu orang yang siap untuk memakanku, tetapi ada banyak orang yang menunggu dengan semangat untuk memakanmu. Tidak tahukah engkau akan hal itu? Kelak, di hadapan Allah Yang Maha Esa, tempayak, cacing, serangga kecil di neraka, dan bahkan bumi itu sendiri akan sangat senang untuk melahapmu. Engkau yang adalah umat manusia harus berpikir tentang hal ini. Ketika kami para rusa ini terbunuh, kami dimakan segera, tetapi ketika engkau meninggal, engkau akan dimakan di neraka dengan cara yang begitu pelan, dalam periode waktu yang panjang. Engkau akan takluk pada neraka selama banyak generasi baru.
Duhai manusia, Allah menciptakan aku dan dirimu. Engkau adalah manusia. Allah menciptakanmu dari tanah, api, air, udara dan eter. Aku adalah seekor binatang, tetapi Allah menciptakan aku dari unsur-unsur yang sama ini. Engkau berjalan dengan dua kaki, sedangkan aku berjalan dengan empat kaki. Meskipun warna dan kulit kita berbeda, namun daging kita sama. Berpikirlah tentang banyak cara dimana kita serupa!
Jika seseorang membunuh ibumu pada saat engkau sedang menyusu, bagaimana perasaanmu? Sebagian besar orang akan merasa kasihan jika mereka membunuh seekor rusa dengan anaknya. Mereka akan berteriak, ‘Oh, aku tidak tahu!’ Tapi engkau tampaknya tidak mempunyai belas kasihan sama sekali.
Engkau seorang pembunuh. Engkau telah membunuh begitu banyak nyawa tapi tidak pernah berhenti, untuk berpikir betapa sedih engkau nantinya jika seseorang membunuh ibumu. Malah engkau senang untuk membunuh tidak hanya ibuku, tetapi juga ingin membunuhku dan menyantapku. Karena engkau manusia, maka seharusnya berpikir tentang hal ini! Bahkan binatang yang paling kejam dan buas pun, mau berhenti untuk berpikir tentang apa yang telah aku katakan.
Tidak dapatkah engkau memahami kesedihan seorang anak yang ibunya baru saja dibunuh? Apa yang engkau katakan kepada ibuku dan padaku, sangat menakutkan dan telah membuatku sangat menderita. Duhai manusia, engkau tidak mempunyai belas kasih Allah. Engkau bahkan tidak mempunyai hati nurani manusiawi. Engkau minum darah dan makan daging binatang-binatang sepanjang hidupmu tanpa menyadari apa yang telah engkau perbuat. Engkau menyukai daging dan suka membunuh. Jika engkau mempunyai hati nurani atau rasa keadilan, jika engkau dilahirkan sebagai umat manusia sejati, maka engkau akan berpikir tentang hal ini. Allah sedang melihatku dan kau. Kelak hari nanti, keadilan dan kebenaran-Nya akan menyelidiki hal ini. Engkau harus menyadarinya!
Meskipun engkau seorang manusia, pikiranmu jauh lebih buruk daripada binatang berkaki empat. Jangan anggap dirimu adalah umat manusia. Kami jelas tidak menganggap demikian. Engkau mempunyai wajah manusia tapi bagi kami, kau lebih buruk daripada seekor binatang yang paling berbahaya dan bengis di hutan. Ketika kami melihatmu, kami takut. Tapi ketika kami melihat manusia sejati, kami tidak takut. Kami mungkin bahkan berjalan mendekatinya, karena kami seperti anak-anak kecil yang memeluk siapa saja seperti mereka memeluk ibunya.
Duhai manusia! Aku hanyalah seekor anak binatang. Jika aku berbaring dengan tidak sengaja di atas seekor ular berbisa, maka ular berbisa ini tidak akan melukaiku. Atau jika aku tidak sengaja menginjak seekor ular, ular itu pun tidak akan melukaiku karena ia sadar bahwa aku masih muda. Bahkan serangga pun mengetahui bahwa aku masih kecil dan tidak akan menyengatku.
Jadi bagaimana kau bisa melakukan hal seperti ini, duhai manusia? Engkau yang telah dilahirkan sebagai manusia harus memikirkan perbuatanmu! Sangatlah kejam untuk memeliharaku sebagai binatang piaraan hanya untuk memangsaku di hari kemudian. Setiap hari ketika kau memberiku makan, aku akan berpikir, ‘Aku mungkin dimakan esok hari.’ Hal ini akan menyiksaku terus-menerus. Hari demi hari, badanku, kegembiraanku, dan kehidupanku akan menurun. Pada akhirnya, semua yang akan tersisa dariku adalah kulit dan tulang. Aku akan kurus dan jatuh terkulai. Aku akan tidak berguna sama sekali bagimu. Aku akan terlalu sedih untuk hidup, jadi bunuh saja aku dan makanlah aku sekarang juga!
Sebaiknya makan aku pada saat yang sama kau makan ibuku. Jika kau membunuhku sekarang sebelum mengalami penderitaan itu, setidaknya kau bisa menikmati daging muda tanpa dosa yang telah minum air susu ibunya. Nanti, aku tidak akan punya daging. Jangan membuatku menderita lebih lama lagi. Bunuhlah aku sekarang juga, agar aku menderita satu hari saja! Aku terlalu sedih untuk membicarakan lagi tentang hal ini.”
“Wahai anak rusa, segala yang telah kau katakan adalah benar,” kata pemburu tadi. Kemudian dia dengan pelan-pelan mengangkat tubuh induk rusa dan membiarkan anak rusa tersebut kembali ke tempatnya.
Malam itu, pemburu tadi menceritakan kepada para pemburu lainnya mengenai apa yang telah diajarkan anak rusa tersebut padanya. Semua yang mendengar cerita ini menangis. “Sudah begitu sering kita makan daging rusa, tapi sekarang kau ceritakan hal ini pada kita, jadi kita melihat karma yang menimpa kita melalui makanan yang telah kita makan. Tubuh kita dalam keadaan kacau. Sekarang kita menyadari bahwa kita tidak mempunyai belas kasih atau kearifan.” Dan mereka semua memutuskan untuk berhenti makan makanan seperti itu.
“Biarkan anak rusa tersebut pergi,” seorang laki-laki berkata.
“Tidak, berikan aku rusa itu!” kata laki-laki lainnya. “Aku akan membesarkannya sampai dewasa dan kemudian melepaskannya.”
Tapi pemburu tersebut memutuskan untuk membesarkan sendiri anak rusa tadi. Dan selama bertahun-tahun, rusa itu menunjukkan pada pemburu tersebut kasih sayang lebih daripada yang ditunjukkan anak-anaknya sendiri. “Makhluk yang lemah-lembut ini mampu memberikan kasih sayang dan rasa terima kasih yang lebih banyak daripada umat manusia,” pikir laki-laki tersebut. “Rusa ini mencium dan menjilatiku serta mengeluarkan suara yang menyenangkan ketika aku menyuapinya. Dan bahkan rusa ini tidur di kakiku.”
Sehingga tahun-tahun berlalu sampai rusa ini sepenuhnya dewasa. Kemudian pada suatu hari, laki-laki tersebut membawanya ke dalam hutan dan membebaskannya.
Anak-anakku, kita masing-masing harus sadar tentang segala sesuatu yang kita lakukan. Semua binatang yang masih muda memiliki cinta dan belas kasih. Dan jika kita ingat bahwa setiap ciptaan pernah muda, maka kita tidak pernah membunuh nyawa lain. Kita tidak akan membahayakan atau menyerang makhluk hidup lain.
Anak-anak dan cucu-cucuku, pikirkanlah tentang hal ini. Jika kita berpikir dan bertindak dengan kearifan ini, maka ini akan sangat bagus bagi kehidupan kita. Salam sayangku padamu.