Mursyid yang Bersemayam di Pariaman

Setelah dirasa cukup, Pono yang kemudian tenar dengan nama Burhanuddin ingin pulang ke kampungnya. Sebelum meninggalkan pesantren, gurunya berpesan, Pulanglah kamu ke negerimu, ajarkanlah ilmu yang ditakdirkan Allah. Kalau kamu tetap kasih, takut , malu kepadaku nanti kamu akan mendapatkan hikmah.

Harus dibaca juga..

Dan apabila orang telah diberi ilmu hikmah, maka terbuka rahasia Allah, dan berbahagialah orang itu dunia akhirat.”
Menurut Hamka, Syeikh Burhanudddin  kembali pada tahun1680 M. Kegiatan dakwah yang dijalankan  tidak bertahan lama.
Banyak tantangan yang dihadapi, terutama oleh masyarakat sekitarnya. Bahkan ada yang berusaha menghentikan dakwahnya. Pada abad ke-17, Burhanuddin, pemuda Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat, nyantri ke Syekh Abdurrauf Al-Singkili, Aceh.

Ia lalu kembali ke kampung mendirikan langgar. Ini, menurut guru besar Universitas Islam Negeri Jakarta, Profesor Azyumardi Azra, merupakan surau pertama di Sumatera Barat yang penuh muatan keilmuan (Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi, Jakarta, 2003)
Syeikh Burhanudin adalah ulama pertama yang melakukan transformasi terhadap institusi surau menjadi lembaga pendidikan Islam, yaitu Surau Tua Tanjung Medan dan kemudian di suraunya yang baru di Ulakan. Muridnya banyak berdatangan dari berbagai pelosok Minangkabau. Bila mereka sudah selesai belajar di Surau Tanjung Medan dan Surau Ulakan mereka kembali ke kampung masing-masing untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakatnya.

Salah satu cabang pertama dari Surau Burhanudin di darek adalah Pemansiangan, Kapeh-kapeh, Padangpanjang. Dari sana kemudian Islam disebarkan ke Kota Tua di Luhak Agam, kemudian ke Batulading di Tanahdatar.
Sampai akhir abad ke-18 surau-surau di darek terutama di sekitar wilayah sekitar Kota Tua.

Metoda Baru
Burhanudddin pulang ke Ulakan mendirikan surau di tanjung Medan.
Berkat ketekunannya, ia berhasil ajaran agama di Sumatra bagian tengah. Pengaruhnya paling besar ada di masyarakat pedalaman.
Syeikh Burhanudddin di kenal sebagai penganut tarekat Syatariyah. Tapi ia juga disegani oleh tokoh dan pengikut rakat lain seperti tarekat Naqsyahbandiyah, Samaniyah dan qadiriyah. Bahkan tidak sedikit yang beranggapan bahwa ilmu-ilmu agama yang mereka miliki merupakan hasil tuntunan syeikh Burhanuddin.

Dalam usaha meresapkan ajaran Islam, terutama ditujukan kepada kanak-kanak yang masih dalam keadaan ‘bersih’ dan mudah dipengaruhi. Jumlah mereka yang belajar agama Islam semakin bertambah banyak. Pondok tempat yseikh Burhanuddin mengajar  penuh sesak.
Pengaruh Syeikh Burhanuddin terus meluas dengan mendapat sambutan  di Gadur Pakandangan, Sicincin, Kepala Hilalang, Guguk Kayu Tanam terus ke Pariangan, Padang Panjang dan akhirnya sampai ke Basa Ampek Balai dan Pagaruyung.

Minangkabau waktu itu menjadi heboh. Perhatian masyarakat Minang tertumpu ke Tanjung Medan Ulakan sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam. Burhanuddin dengan pendidikan suraunya, telah mengembangkan tradisi ke Islamam. Murid-murid yang telah selesai belajar di surau Burhanuddin, juga mendirikan surau ditempat lain atau dikampung halamnnya, transmisi dan diffusi agama ketika ini kuat dilakukan oleh murid-murid Buhanuddin. Oleh sebab itu revivalisme ajaran seorang ulama menyebar dan murid-muridnya sangat fanatik terhadap ajaran gurunya.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.