Menyiram Kegersangan Spiritual

Dalam Islam misalnya, prinsip tidak membenarkan sikap yang berlebihan Dibenarkan membunuh hewan, tidak untuk sewenang-wenang membunuh, tetapi untuk kebutuhan hidup manusia belaka. Bagaimana pendapat Anda ?
Jalan tengah, itu konsep Islam yang tak terbantahkan. Itulah pemahaman Islam yang amat menyeluruh menyangkut soal harmoni,. Sebaik-baiknya perkara adalah yang ada di tengah, ini sabda Rasulullah yang menakjubkan saya. Islam adalah jalan tengah. Dan kearifan mengambil sisi tengah ini sungguh akan membuat derajat manusia mulia sekali. Derajat hukum adil sekali, dan derajat ekonomi akan produktif sekali.

Harus dibaca juga..

Bagi seorang Jawa tradisonal, rasa menyatu dan berserasi dengan alam adalah hal yang biasa. Dia menyadari bahwa dia dapat menarik manfaat dan dapat melindungi diri dari alam sejauh dia dapat menyesuaikan diri pada irama dan kodrat alam Bagaimana terjemah filosofi diatas dalam konteks kekinian dan kedisinian menurut anda?
Kesepian tidak harus bertempat di rimba raya. Kesepian ada di mana-mana. Itulah ada keramaian yang sepi dan ada kesepian yang ramai. Menjadi kota atau menjadi desa, seseorang tetap bisa setiap kali mengakses sepi dan keramaian kapan dia mau. Persoalannya ialah, apakah kemampuan mengakses itu telah kita miliki.

Jawaban Anda sangat sufistik sekali?
Hehehe… saya ini memang sufi, sepanjang sufi itu bukan kemewahan. Karena menurut saya, siapa saja yang merindukan kebaikan, dia ini telah menjadi sufistik. Saya jelas perindu kebaikan, meskipun saya belum menjadi orang baik seperti yang saya harapkan. Saya tak malu kalau cuma dianggap sebagai orang yang ingin menjadi baik!

Sejak kapan Anda mengenal kata “tasawuf” atau dunia sufi?
Saya beruntung sering jatuh cinta di usia yang amat dini. Maka saya mengenal patah hati juga sejak amat dini. Sejak SMP saya sudah biasa patah hati. Setiap patah hati, saya sedih sekali. Setiap sedih sekali, hanya Tuhan yang menemani. Maka saya jadi seperti ketagihan bersedih hahaha….!

Jika sudah disepakati bahwa sufi itu bukan kemewahan, tak keberatan saya disebut sebagai sufi. Sama halnya tak keberatan saya disebut sebagai dermawan, orang baik, anak pintar, suami bertanggungjawab, wartawan yang serius, kartunis yang lucu dsb. Bintang saya Aquaris, maka senang sekali ketika seorang astrolog menyebut bintang ini sebagai manusia artistik. Lepas apakah semua itu bohong, saya tidak peduli. Saya harus percaya bahwa saya baik, artitisk, dermawan, sufi, lucu, baik hati, bertanggungjawab dan seterusnya. Apa tujuannya, agar saya malu, jika saya tidak sanggup menjadi semua itu! Hahaha….[pagebreak] Pada “Doa Salah Jurusan” Anda mengatakan: “……Tetapi jika doa murahan semacam itupun dikabulkan Tuhan, berarti ada jenis sifat Tuhan yang harus ditambahkan, yakni Maha Suka-Suka. Mau mengabulkan doa, mau tidak mengabulkan doa, suka-suka Tuhan saja. Bagaimana ini?
Ya, yaa.. dalam berdoa saya suka memakai setidaknya dua cara. Cara ketika saya sedang malu, dan ketika saya sedang menghamba dan mengadu. Ketika saya sedang malu, saya berdoa dengan cara tidak berdoa sama sekali. Malu saya kepada Tuhan. Kurang apa coba pemberian yang saya terima. Tidak usah meminta saja sudah diberi begini banyaknya. Tetapi ketika saya sedang menghamba, saya menyukai cara Syekh Abdul Qadir Jaelani. Beliau masih memelihara doa dan meminta, cuma karena penegasan posisinya sebagai hamba. Dua cara ini, bagi saya sama indahnya. Saya seperti sedang berpoligami, tetapi kedua istri saya rukun dan saling mecintai. Double impact!

Tidak sedikit saudara-saudara kita yang memandang doa tak ubahnya sebagai mantera magis untuk mengendalikan alam semesta. Tuhan dilihat sebagai kekuatan gaib yang harus tunduk kepada kemauan mereka. Nah, dalam antropologi budaya, sejak kapan sesungguhnya “sometsing wrong” itu terjadi ?
Hahaha… ini menyangkut hitung dagang setengah matang saja. Pedagang-pedagang yang belum menjadi sufi, ia sekadar menghitung benda-benda. Saya ingin sekali menjadi pedagang, dengan kemampuan menghitung apa yang tidak bisa kita hitung lagi. Pedagang semacam ini pasti indah sekali, karena tak perlu menghitung-hitung lagi. Dan orang seperti ini biasanya malah kayaaaaaaa sekali!

 

Ini bukti manusia moderen sudah kehilangan kontak de-ngan Tuhan ?
Matematika itu cuma bagian dari ilmu Tuhan untuk kepentingan yang sesungguhnya remeh-temeh, misalnya cuma demi agar manusia mudah menjalankan syariatnya. Tuhan sendiri pasti jauh berada di luar rumus matematik itu. Maka mendekati Tuhan dengan rumus matematika, pasti sebuah kesalahpahaman. Salah paham bahwa karet gelang bisa untuk mengikat alam raya. Bahwa setetes air sanggup mencemarkan samudera.

Dr. Alexis Carrel, pemenang hadiah Nobel untuk bidang biologi, mengatakan bahwa salah satu bencana manusia moderen adalah hilangnya peluang untuk beribadat. Komentar anda?
Terang dan gelap sama bahayanya jika keterlaluan. Kepintaran dan kebodohan sama bahayanya jika telah menjadi ekstrem. Itulah yang diisyaratkan oleh Sayidina Ali sejak mula. Pribadi yang luar biasa ini amat takut kepada dua jenis golongan manusia: yang amat membencinya dan yang amat memujanya. Keduanya biang kehancuran.

Saya jadi teringat pandangan lain dari Ibnu ‘Atha’illah tentang doa yang mengatakan, “engkau meminta dari Allah berarti engkau menuduh-Nya. Engkau meminta kepada-Nya berarti engkau mengumpat-Nya. Engkau meminta kepada selain-Nya berarti engkau tak memiliki rasa malu kepada-Nya. Dan engkau meminta dari selain-Nya berarti engkau jauh dari-Nya,” Menurut anda?
Tuhan memang Maha Suka-Suka. Maka sedang berdosa maupun sedang berpahala kekuatan manusia sebetulnya cuma menyerah belaka. Itulah kenapa penyerahan diri itu, mencerminkan pencapaian manusia yang sesungguhnya. Tuhan amat tidak tega pada orang-orang yang sudah menyerah!

Modernitas itu seharusnya menggairahkan, karena ia adalah jalan tol yang bagus sekali untuk mencapai tujuan. Tetapi kecepatan dan kelancarannya itulah sekaligus bahayanya. Karena betapa banyak orang mati di jalan tol justru karena sebuah kelancaran. Tabrakan di jalan tol selalu lebih mengerikan.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.