Jika dari konflik umumnya melahirkan kemenangan satu pihak dan kekalahan di pihak lain, dari riset dan uji coba yang tenang menemukan temuan baru, dari perjuangan hidup yang rutin memunculkan keberhasilan yang gemilang. Dan Naqoy telah meraih buah dari perjuangannya menelan “pil pahit” kehidupan yang telah menjadi bagian hidupnya yang tak terpisahkan sebelumnya. Selesai merampungkan S1, ia mendirikan, dan menduduki posisi direktur, PT. Soul Age Education Training Center sebuah lembaga yang mengembangkan training The 7 AWARANESS, yang alumni traningnya sudah mencapai dua ribuan lebih sejak tahun 1994.
Lalu apa yang menarik dari buku The 7 AWARANESS yang ditulis Naqoy ? Dilihat dari proses, buku yang mengupas 7 Kesadaran Hati dan Jiwa Menuju Manusia Di Atas Rata-Rata ini, merupakan bagian dari “rekaman” jejak perjalanan Naqoy. Ya, Naqoy si mahasiswa kere, yang karena ke-kere-an nya sering dipandang sebelah mata oleh teman-teman sesama mahasiswa (terutama mahasiswi), yang karena ke-kere-an nya tak memiliki kesempatan untuk terlibat aktif di organisasi kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus.
Meski demikian, ke-kere-an itu pula yang memberi Naqoy kesempatan untuk banyak belajar, terutama pada Prof. DR. Nazarudin Umar dan (alm.) Prof. DR. Nurcholis Madjid, sampai akhirnya ia dipercaya menjadi asisten dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lalu sering mendapat undangan ceramah, menjadi pembicara pada pertemuan-pertemuan ilmiah, dan The 7 AWARANESS sebagian besarnya bersumber dari makalah-makalah yang ditulis Naqoy yang “di racik” bersama catatan-catatan refleksinya selama dirinya berada pada masa-masa kesunyian dan kesendirian yang menggigilkan. Begitulah The 7 AWARANESS ditinjau dari sisi proses kemunculannya.
Sedang dilihat dari sisi substansi, The 7 AWARANESS meski banyak menyebutkan hal-hal yang bersifat teoritis, namun jika ditelisik lebih dalam lagi, hal-hal yang teoritis itu sungguh sarat dengan spirit sufisme. Bisa juga dikatakan bahwa The 7 AWARANESS banyak mengurai teori tasawuf praktis yang ditransformasikan dalam bentuk teori yang bersifat spiritual dengan penggunaan bahasa enterpreuneurship. Sebut saja misalnya, untuk memudahkan pembacanya mencerna paradigma al-insan al-kamil, The 7 AWARANESS memilih istilah “Manusia Di Atas Rata-Rata”, untuk mengantarkan pembacanya memahami konsep Tasyakkur, The 7 AWARANESS memilih kata-kata apresation of live.
The 7 AWARANESS mengajak para pembacanya untuk meyakini bahwa dari kedalaman lubb, ketinggian ruhani, pancaran qalbu, merias diri dengan kemuliaan akhlak adalah satu kebutuhan yang harus dimiliki masyarakat moderen yang sering tak kuasa menghadapi kompleksitas ironi-ironi yang bermunculan.
Terpenting dari itu semua, Naqoy dengan The 7 AWARANESS nya mencoba mengetuk pintu kesadaran setiap kita bahwa Allah, yang sesungguhnya, kehadiran-Nya amat sangat diperlukan oleh seluruh penghuni bumi ini dan se-isinya. Naqoy ingin membagi peta rahasia “mutiara” bagi para pencari kesadaran dan perindu kesuksesan. Ia juga mempersembahkan sya’ir bagi setiap pecinta sejati dan menawarkan petunjuk bagi mereka yang tengah menuju jalan keagungan. [pagebreak] Jika ada ungkapan yang mengatakan bahwa Sufi ada dimana-mana dan roh sufisme pun dengan sendirinya menyebar pula dimana-mana, sepertinya Naqoy satu di antara sekian banyak trainer yang ditaqdirkan Allah untuk membawa pesan-pesan sufistik. Atau juga kita bisa mengatakan, sepertinya Naqoy satu di antara sekian banyak Sufi yang ditaqdirkan Allah menjadi seorang trainer. Wallaahu a’lam !
Kepada Ramly Izhaque, dari Cahaya Sufi, Naqoy memapar pandangan-pandangan sufisme nya, terutama pandangan sufisme yang ia tuangkan dalam buku, The 7 AWARANESS, yang ditulisnya. Berikut petikannya:
Pesan apa yang sebenarnya ingin Anda sampaikan dalam The 7 AWARANESS yang anda tulis ?
Saya ingin menyampaikan Islam yang indah, yang damai, yang tidak dengan mudah menghakimi orang lain dan itulah misi sufisme !
O, ya ?
Iya !
Ditengah para da’i dan para ulama pop, khususnya, (termasuk beberapa motivator & trainer) mengibarkan bendera “Islam Damai” sambil malu-malu mengatakan bahwa apa yang dikibarkan mereka sebenarnya adalah ajaran-ajaran para Sufi, tapi tanpa sungkan-sungkan Anda mengatakan bahwa pesan yang Anda bawa (melalui The 7 AWARANESS) berasal dari ajaran-ajaran para Sufi Agung, apa Anda tidak khawatir di cap sesat dan bid’ah?
Kita dudukkan masalahnya terlebih dahulu. Atas dasar apa mereka yang beranggapan bahwa tasawuf itu bid’ah dan sesat? Umumnya mereka yang mengatakan tasawuf itu sesat dan bid’ah, mereka hanya sepenggal saja memahami Islam, tidak utuh. Mereka memahami Islam hanya sebatas kulit luarnya semata, syari’at semata. Tidak sedikit memang saudara-saudara kita yang mengerti syari’at tapi awam akan ma’rifat. Tidak sedikit pula saudara-saudara kita yang getol ibadah ritual, tapi kosong kesadaran spiritualnya. Nah untuk menjawab problem ini tasawuf-lah jawabannya. Dan saya mengemasnya dalam The 7 AWARANESS.