SALAM sayangku padamu, anak-anakku, cucu-cucuku. Mendekatlah, dan aku akan mengatakan padamu sesuatu yang menolong hidupmu. Anak-anak, pernahkah engkau mengkritik orang lain dan mendapatkan kesalahan-kesalahan mereka, seraya mengeluh, “Mengapa mereka melakukan hal itu?” Atau pernahkah engkau melihat penderitaan di dunia dan bertanya, “Mengapa Tuhan berbuat demikian?” Seorang yang bijak tidak akan pernah memiliki pemikiran-pemikiran seperti itu. Dia akan mempelajari setiap situasi dan berusaha untuk memahami sebab dan akibatnya. Pada akhirnya, dia akan mengatakan, “Ah, … jadi itulah mengapa semua ini terjadi.” Dia tidak akan pernah menyalahkan Tuhan atau mempertanyakan keputusan Tuhan.
Jika engkau berdiri di tengah-tengah angin topan dan mencelanya, sembari berkata, “Mengapa angin ini bertiup sangat kencang?” maka engkau juga akan terseret dalam badai. Jangan berusaha mencari kesalahan pada badai. Keinginan itu hanya mengakibatkan kehancuran pada dirimu sendiri. Justru, pahamilah sifat badai dan carilah cara untuk menghindar.
Anak-anakku, Tuhan telah menciptakan semua hal berpasang-pasangan untuk mengajari kita tentang kehidupan. Dia menciptakan kebenaran dan kesalahan, baik dan jahat, bau yang sedap dan busuk. Sekiranya kehidupan tidak memberi kita perbedaan-perbedaan tersebut, bagaimana kita dapat memahami segala sesuatu? Kita hanya dapat memahami kebaikan ketika sudah mengetahui kejahatan. Kita hanya dapat mengetahui terang bila telah merasakan kegelapan. Kita hanya bisa memahami surga bila telah memahami neraka. Kita hanya bisa mengetahui kebenaran bila kita menyaksikan kepalsuan. Hanya bila kita telah mengalami keinginan dasar dan bahaya yang muncul darinya dapatlah kita memahami utusan-utusan Allah. Hanya jika kita mengalami sikap egoistik dan keakuan, kita dapat menemukan cara untuk tidak sombong dan tidak bersikap egoistik.
Jadi, tidak perlu untuk mencari kesalahan dan mengkritik Tuhan atau siapa pun. Bahkan kita seharusnya berusaha untuk memahami setiap situasi dan menemukan kejelasan di dalamnya.
Segala sesuatu dalam diri makhluk mengajarkan sesuatu kepada kita, dan kewajiban kitalah untuk menemukan hikmah di dalamnya. Kita dapat memahami kebenaran melalui contoh-contoh.
Itulah makna kedewasaan. Seorang yang dewasa memahami sebab dan akibat dari setiap hal.
Tanpa pemahaman ini, manusia hanyalah seekor binatang. Dia akan menunjukkan suatu perbuatan jahat dan kemudian berkata bahwa itu adalah kewajibannya. Perbuatannya akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Tetapi seseorang yang telah memahami sebelumnya dia akan berbuat sesuatu yang bermanfaat dan bisa memberi kedamaian kepada orang lain.
Dia akan melengkapi karya Perbendaharaan Yang Mahaluas. Jika keadaan ini ditegakkan di dalam diri seseorang, dia akan disebut sebagai manusia-Tuhan, manu isan, dan insan kamil, seorang makhluk yang menyadari Tuhan dan sempurna. Dia akan memahami.
Kita harus menemukan semuanya itu di dalam kehidupan kita. Kita harus menggunakan kearifan untuk memahami secara jelas setiap sesuatu. Maka kebenaran akan muncul dari dalam diri kita, dan bahwa dalam kebenaran itu kita akan melihat kilauan cahaya Tuhan. Itulah cahaya keindahan dan kemuliaan jiwa.
Duhai cahaya mataku yang berkilauan, engkau harus memikirkannya dalam-dalam. Inilah hidup. Mengkritik dan mencari kesalahan akan membahayakanmu. Engkau harus menyadari di mana letak kesalahan itu dan kemudian membuangnya.
Apakah kekeliruan itu terdapat pada Sang Khaliq? Apakah kesalahan-
kesalahan itu dalam diri orang lain? Atau kesalahan-kesalahan itu ada dalam diri kita? Di mana letak kesalahan-kesalahan itu? Kita harus memahami hal ini dan menghindarinya.
Salam sayangku.
M. RAHIM BAWA MUHAIYADDEEN