Makna Uluhiyyah dan Rububiyyah

Assalamu’alaikum wr. wb
Apa yang di maksud dengan Rububiyyah dan Uluhiyyah?
Jazzakumullah khairan Kastiro

Harus dibaca juga..

Wassalamu’alaikum wr. wb.
Deffy @com.id

Jawab:
Uluhiyyah adalah Nama, bagi seluruh hakikat Wujud dan penjagaannya dalam setiap martabat masing-masing hakikat tersebut. Allah adalah Nama bagi Tuhan seluruh martabat tersebut, dan hal itu tidak akan ada kecuali bagi Dzat Yang Wajib WujudNya, Maha Luhur dan Maha Suci.
Yang dimaksud dengan hakikat-hakikat  wujud adalah hakikat  yang terekspresi bersama dengan nuansa lahir di dalamnya, yakni makhluk dan Allah swt. Universalitas Martabat Ilahiyah dan seluruh martabat kemakhlukan semesta, dan limpahan setiap haknya dari martabat wujud tersebut, adalah makna Uluhiyyah.

Karena itu Pancaran Uluhiyyah adalah pancaran paling tinggi bagti Dzat, karena ke-Maha meliputanya dan Universalitasnya pada setiap obyek pancaran di setiap Sifat dan Nama.
Uluhiyyah adalah gambaran Ummul Kitab, Ahadiyyah adalah Al-Qur’an, Wahidiyyah al-Qur’aniyyah adalah Al-Furqon,  sedangkan Ar-Rahmaniyyah adalah Al-Kitab al-Majid.

Atau dalam konteks lain menurut istilah kaum Sufi, Ummul Kitab merupakan substansi sejatinya Dzat, dan Al-Qur’an adalah Dzat, dan Al-Furqon adalah Sifat-sifat, sedangkan Al-Kitab adalah Wujud Mutlaq.
Sedangkan Rububiyah, merupakan Nama bagi martabat yang relevan dengan Nama-nama yang berkait dengan segala yang maujud. Karena itu di bawah Rububiyah adalah Nama Al-‘Alim (Yang Maha Mengetahui), As-Sami’ (Yang Maha Mendengar), Al-Bashir (Yang Maha Melihat), Al-Qoyyum (Yang Maha Menegakkan Kehidupan), Al-Murid (Yang Maha Menghendaki), Al-Malik (Yang Maha Diraja) dan semisalnya, karena setiap masing-masing Nama dan Sifat tersebut menuntut apa yang menjadi kediriannya. Maka Al-‘Alim mengharuskan adanya yang dimaklumi, Al-Qodir mengharuskan adanya  yang dikuasai. Al-Murid menuntut adanya yang dikehendaki dan lain sebagainya.
Demikian menurut Syeikh Abdul Karim Al-Jily dalam kitabnya Al-Insanul Kamil fi Ma’rifatil Awakhiri wal-Awail.

Namun pandangan sangat sederhana dan implementatif serta sangat esensial adalah yang diungkapkan oleh Syeikh Abul Hasan asy Stadzily:
Menurut Syeikh Abul Hasan as-Syadzily, sifat-sifat Rububiyah itu terdiri dari Al-Ghoniy (Maha Kaya nan Cukup), Al-‘Aziz (Maha Mulia), Al-Qowiy (Maha Kuat), al-Qodir (Maha Kuasa), yang harus dijadikan gantungan oleh para hambaNya melalui sifat ‘Ubudiyahnya, yang merupakan kebalikan sifat RububiyahNya, yaitu sifat Fakir, Hina, Lemah, dan Tak berdaya. Dengan sifat Ubidiyah itulah sang hamba bisa bersambung dengan RububiyahNya.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.