Assalamu’alaikum Wr Wb.
Pak Kyai, sudah bertahun-tahun saya hidup di Jakarta. Sejak kepindahan dari kampung mengejar nasib di Jakarta, karir saya alhamdulillah lumayan menanjak, dan rizki melimpah juga.
Namun, setelah lama saya renungi, akhir-akhir ini, saya mulai sadar, bahwa hidup saya seperti mesin pemburu uang. Saya harus tega mencederai lawan atau kawan hanya untuk suatu target perusahaan dan “nama” saya bagi atasan. Siapa saya ini? Apa yang sesungguhnya saya cari? Tiba-tiba muncul pertanyaan seperti itu.
Rasanya saya sudah lama kehilangan makna dan ketentraman batin saya. Bahkan ibadah saya pun saya niatkan untuk mengejar dunia saya. Apalagi saya pernah ikut sebuah majlis dzikir karena ada iming-iming dunia, dan peluang harta kalau mengikuti ajakan mereka.
Anehnya saya semakin hari semakin stress, tarik menarik antara karir, uang, dan akhirat saya. Saya pusing Pak Kyai, benar-benar pusing.
Tolong saya dikasih solusi. Terimakasih atas kemurahannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Margiono Santoso FF – Margiokom_….@yahoo.com
Pos Pengumben Jakarta Barat
Jawab:
Saya sarankan anda jangan berhenti bekerja, dan jangan pula berpaling seratus derajat atas kondisi yang menimpa anda selama ini. Tetaplah bekerja, tetapi jangan sampai pekerjaan dan dunia anda masuk dalam hati anda. Cukuplah sebatas pikiran dan fisik serta inderawi anda.
Perburuan harta masih disebabkan kesenangan anda pada harta. Dan biasanya cobaan muncul dari sesuatu yang kita senangi, dan dalam konteks anda adalah harta serta karir anda.
Cobalah anda renungi nasehat Syeikh Abdul Qodir Jilani di bawah ini. Kata beliau, “Celakalah anda. Usia anda telah sirna, tak ada berita dalam perjalanan hidup anda. Sampai kapan anda terus kontra dengan akhirat, terus memburu dunia?
Ingat. Bukan orang lain yang memakan rizkimu. Bukan orang lain yang menempati syurga dan nerakamu. Anda telah dikuasai kealpaan dan disenangkan oleh nafsu. Hasratmu hanya ingin makan enak, minum, kawin, tidur, dan meraih keinginanmu. Hasrat seperti tidak lebih dengan hasrat orang kafir dan orang munafiq, setelah kenyang dengan yang halal dan yang haram, apakah yang ada di hatimu itu merupakan kandungan agama atau bukan. Kasihan anda ini. Coba kasihanilah dirimu. Ketika anakmu meninggal serasa kiamat. Tapi ketika agamamu mati, anda tidak peduli dan tidak pula menangis.
Para Malaikat yang diserahi untuk mengawasimu sangat menangis karena melihat betapa kebangkrutan demi kebangkrutan dirimu dalam memegang amanah agamamu. Kamu sungguh tak berakal. Kalau berakal pasti kalian menangisi agamamu yang hilang dari dirimu. Anda sudah punya modal, tetapi anda tidak pernah beruntung. Akal dan rasa malu adalah modal, dan keduanya tidak anda jadikan modal berdagang untuk akhirat anda. Itulah ilmu yang tidak bermanfaat dan akal yang tak pernah berguna, serta kehidupan yang tak memberi faedah. Seperti rumah tanpa penghuni dan seperti perbendaharaan tanpa dikenal, makanan tanpa bisa dimakan. Karena anda sendiri tidak mengenal semua itu, sedangkan saya mengenalnya.
Bahkan beliau juga mengatakan, “Bangkitlah dari tidur kealpaan, usaplah wajahmu dengan air kesadaran. Lihatlah dirimu, apakah anda masih Muslim atau sudah kafir, masih beriman atau sudah munafiq, masih mengesakan Allah atau sudah musyrik, apakah anda hobi riya’ atau orang yang ikhlas. Anda termasuk orang yang ridlo pada takdirNya atau orang yang ingkar. Allah Azza wa-Jalla tidak peduli apakah anda ridlo atau ingkar, baik dan buruknya tetap kembali pada anda sendiri. Maha Suci Yang Maha Murah nan Maha Tahu yang memberi anugerah. Segalanya dibawah kelembutan dan anugerahNya. Kalau bukan karena anugerahNya niscaya kita telah hancur. Jika kita terus kontra kita akan hancur binasa semuanya.
Mulailah dengan niat dan tekad yang bulat, bahwa seluruh aktivitas anda selama ini harus anda sadari semua, bahwa segalanya dari Allah, dan sekarang juga bersama Allah, menuju Allah, hanya bagi Allah dan menyandar pada Allah swt. Jika itu terjaga anda tidak akan pernah melepaskan Dzikrullah kapan dan di mana saja, lalu segala gerak-gerik anda terjaga, terkontrol bersama Dzikrullah yang terus menerus di hati anda.