Kata-Kata Syathahat

Dikisahkan Abu Yazid, Ditafsirkan Al-Junaid
Syekh Abu Nashr as-Sarraj —rahimahullah— berkata: AlJunaid —rahimahullah— telah menafsirkan sebagian kecil dari syathahat Abu Yazid. Orang yang berakal dan cerdik untuk mengenal dan sebagian besar cukup menggunakan sampel dan petunjuk dan yang sedikit saja. Sementara itu kami sangat kesulitan mendapatkan penafsiran al-Junaid yang lebih banyak, sehingga kami mencoba menafsirkannya sendiri sebagai jawabannya.

Harus dibaca juga..

Al-Junaid —rahimahullah— mengatakan: Kisah-kisah dari Abu Yazid itu sangat beragam, sementara orang-orang yang menukil apa yang mereka dengarkan juga berbeda-beda. Ini mungkin disebabkan perbedaan waktu yang sedang berlangsung pada kondisi spiritual Abu Yazid dan perbedaan tempat pendakian ruhaninya yang sedang berlangsung. Sehingga masing-masing orang yang mendengarkan akan menceritakan sesuai dengan apa yang mereka pahami dari ucapannya.

Selanjutnya al-Junaid mengatakan: Karena kuatnya kondisi spiritual Abu Yazid dan kedalaman maknanya maka di antara ucapan-ucapannya mereguk dari kedalaman samudera yang hanya dimiliki oleh Abu Yazid dan tidak dimiliki oleh yang lain.

Al-Junaid berkata: Kemudian aku pernah melihat suatu puncak kondisi spiritualnya dimana kondisi spiritual ini hanya sedikit orang yang sanggup memahaminya atau mampu mengungkapkan apa yang didengarnya. Sebab ucapan-ucapannya hanya bisa dipahami oleh orang yang memahami maknanya dan tahu dari mana sumbernya. Sehingga orang yang kondisinya ketika mendengarkan tidak berada dalam kondisi seperti itu maka apa yang ia dengarkan akan tertolak.

Al-Junaid melanjutkan kisahnya: Dari kisah-kisah Abu Yazid kita bisa tahu, bahwa ia telah tenggelam dalam samudera hakikat yang ia temukan dan telah hilang dari hakikat al-Haq bila ia tidak mendatanginya. Samudera luas itu adalah berbagai makna yang sempat menenggelamkannya dalam berbagai waktu. Dan setiap kali tenggelam dalam samudera itu, ia dapatkan makna dan pengalaman ruhani yang lain.

Masih juga dari al-Junaid: Adapun yang ia terangkan sifat-sifatnya di awal-awal pendakian kondisi spiritualnya, maka hal itu karena sangat kuat dan kokoh, dimana ia telah sampai pada puncaknya. Ia telah menerangkan sifat-sifat ilmu tauhid yang benar, hanya saja hal itu masih dianggap tingkatan awal dari apa yang dicari oleh kaum Sufi yang memang dikehendaki oleh Allah untuk terus meningkat.

Sebenarnya kalimat-kalimat yang ingin kami tuturkan di sini bukanlah termasuk bagian yang semestinya ditulis dalam kitab-kitab dan tulisan para ulama. Sebab ini bukan bagian ilmu yang biasa dipublikasikan di kalangan ulama. Namun hal ini sengaja kami tulis karena banyak orang yang telah membicarakan tentang makna-makna kalimat tersebut, dimana ada orang yang menjadikannya sebagi argumentasi atas ketidakbenarannya, dan ada pula yang berkeyakinan bahwa orang yang mengucapkannya adalah kafir. Akan tetapi semua yang mereka kemukakan itu tidak benar. Dan semoga Allah menunjukkan pada jalan yang benar.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.