Karamah Para Wali

 

Harus dibaca juga..

Karamah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah

Ketahuilah bahwa karamah-karamah paling agung bagi para Wali adalah, kelanggengan taufiq untuk selalu taat kepada Allah saw, terjaga dari maksiat dan segala hal yang menyimpang. Sahl bin Abdullah meriwayatkan, “Siapa yang zuhud di dunia selama empat puluh hari, dengan niat yang benar dari hatinya dan ikhlas, maka dia akan ditampakkan karamahnya. Namun jika tidak muncul karamahnya, semata karena zuhudnya tidak benar.” Maka Sahl ditanya, “Bagaimana karamah tersebut muncul bagi orang tersebut?” Sahl menjawab, “Dia mengambil sekehendaknya, sebagaimana dia berkehendak dan kapan saja ia berkehendak.”

A. Karamah yang disebut dalam Al-Qur’an:

(1) Al-Qur’an banyak menyebutkan contoh soal karamah yang muncul dari para Wali. Kami sebutkan, diantaranya firman Allah swt. tentang Maryam as, dan beliau bukan termasuk Nabi ataupun Rasul:

“Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Hai Maryam, darimana kamu memperoleh (makanan) ini?’Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (Q.s. Ali Imran: 37).

Firman-Nya pula:

“Dan goyanglah pangkal pohon itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Q.s. Maryam: 25).

(2) Kisah Ashhabul Kahfi dan sejumlah keajaiban yang muncul, seperti anjing yang berbicara dengan mereka.

(3) Kisah Dzulqarnain, dan kompetensi yang diberikan oleh Allah swt. yang tidak diberikan kepada orang lain.

(4) Hal-hal yang muncul dari tangan Khidhr as, yakni perkara-perkara yang berbeda dengan adat kebiasaan, dimana hanya Khidhr yang mampu. Beliau bukan Nabi, tetapi Wali.

 

B. Karamah yang disebut dalam As-Sunnah:

(1) Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw yang bersabda, “Tak seorang pun berbicara ketika masih dalam ayunan, kecuali tiga bayi: lsa bin Maryam, bayi di masa Juraij, dan seorang bayi lain.”

Juraij adalah seorang hamba yang taat di masa Bani Israil. Dia punya seorang ibu. Suatu hari dia shalat, tiba-tiba ibunya memanggil, “Juraij!” panggil si ibu. “Tuhan, apakah aku meneruskan shalat atau memenuhi panggilan ibu?” kata Juraij dalam hatinya. Namun Juraij tetap saja shalat, dan panggilan ibunya terulang lagi. Juraij pun tetap saja shalat lagi. Kemudian ibunya merasa jengkel, lantas berdoa, “Ya Allah, jangan kau ambil nyawa Juraij hingga wajah seorang pelacur Engkau tampakkan di hadapannya.”

Di sana ada seorang pelacur di zaman Bani Israil. Pelacur ini berkata pada banyak orang, “Aku akan menggoda Juraij hingga ia mau berzina.” Pelacur itu pun mendatangi tempat Juraij, namun gagal menggodanya.

Di dekat surau Juraij ada seorang penggembala yang biasa tidur di dekat suraunya. Ketika Juraij menolak tawaran sang pelacur, pelacur itu beralih merayu si penggembala. Dan penggembala itu pun mau menyetubuhinya. Akhirnya pelacur itu hamil. Ketika melahirkan, orang-orang menanyakan anak siapa gerangan? Pelacur itu menjawab, “Ini anaknya Juraij.” Lalu kaum Bani Israil mendatangi suraunya, merobohkan dan memaki-maki Juraij.

Ketika itu Juraij sedang shalat, lantas berdoa kepada Tuhannya, dan mendekati si bocah, “Hai bocah, siapa ayahmu?” tanya Juraij. Bocah itu menjawab, “Ayahku adalah penggembala.”

Kaum Bani Israil sangat menyesali tindakannya, dan merninta maaf pada Juraij. Mereka mengatakan pada Juraij, “Kami akan membangun kembali suraumu.” Namun Juraij menolaknya, dan dia bangun sendiri seperti bangunan semula.

(2) Hadits tentang gua: Rasulullah saw bersabda, “Tiga laki-laki dari orang-orang terdahulu sebelum kalian berangkat pergi. Mereka akhirnya harus menginap, dan masuk ke dalam gua. Tiba-tiba ada batu besar dari atas bukit menggelincir, sehingga menutup piritu gua. Mereka berkata, ‘Demi Allah, kita tidak bisa selamat dari batu besar ini, kecuali bila kita berdoa kepada Allah lantaran amal-amal kita yang saleh.’

Salah seorang di antara mereka berkata, Aku mempunyai dua orangtua yang sudah sama-sama tua. Aku tidak pernah minum lebih dahulu, juga keluargaku sebelum keduanya. Suatu hari aku disibukkan pekerjaan, sampai aku tidak datang di waktu sore. Ketika pulang, keduanya tertidur. Lantas aku membuat susu untuk minuman sore bagi keduanya: Ketika kuhidangkan untuk mereka, ternyata keduanya telah tidur pulas. Aku merasa bersalah jika membangunkan mereka, dan aku tidak ingin meminumnya sebelum keduanya minum. Aku hanya bisa berdiri, sementara tempat minuman ada di tanganku, sambil menunggu bangunnya mereka berdua, hingga fajar hari tiba. Keduanya pun bangun, lalu meminum minuman sore itu.

Ya Allah, bila yang kulakukan itu semata hanya untuk Diri-Mu, maka bukakanlah kami, dari kesulitan di dalam gua ini.’ Lalu batu itu pun bergeser sedikit, namun belum memberi peluang mereka untuk keluar.

Orang kedua berkata, ‘Ya Allah, aku punya adik misan/anak perempuan paman yang paling kucintai. Suatu ketika aku merayu dirinya, namun dia menolak, sampai akhirnya aku sangat sedih selama setahun. Suatu ketika dia datang padaku, dan kuberi seratus duapuluh dinar, dengan syarat ia mau untuk berduaan saja antara diriku dengan dirinya. Maka kami pun berduaan. Ketika aku menguasai dirinya (ingin menyetubuhi), dia berkata, ‘Bagimu tidak halal memecah cincin, kecuali yang berhak.’ Maka aku merasa berdosa untuk menyetubuhinya, dan aku pergi meninggalkannya. Padahal dia adalah gadis yang paling kucintai. Sementara kutinggalkan uang yang telah kuberikan padanya. Ya Allah, bila yang kulakukan itu semata demi Diri-Mu, maka bukakanlah kami dari kesulitan dalamgua ini.’Lalu batu itu bergeser lagi, namun mereka masih belum mampu keluar dari pintu gua.

Kemudian orang ketiga berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempekerjakan para pekerja, kemudian aku telah memberikan upah mereka semuanya, kecuali seseorang di antara mereka, yang pergi begitu saja. Namun upah itu aku simpan dan kukembangkan. Suatu saat dia datang padaku, sambil berkata, ‘Hai Abdullah, mana upahku itu.’ Kujawab, ‘Upahmu itu adalah semua yang kau lihat ini, antara lain unta, kambing, sapi dan budak itu.’ Dia berkata, ‘Hai Abdullah kamu jangan menghinaku!’ Aku katakan, Aku tidak menghinamu.’ Lantas kuceritakan kisahnya, dan akhirnya semuanya diambil dan digiringnya, tidak disisakan sama sekali. Ya Allah, apabila yang kulakukan itu semata demi Diri-Mu, maka bukakanlah kami dari kesulitan dalam gua ini.’ Batu itu bergeser lagi. Mereka pun akhirnya bisa keluar dari gua.” Hadis ini termasuk hadis shahih yang muttafaq ‘alaih.

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Top Stories

ADVERTISEMENT

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.