Syeikh Abul Hasan Asy-Asyadzily ra.
Aku melihat seakan-akan diriku berada di hadapan Allah Azza wa-Jalla, lalu Dia berfirman: “Janganlah engkau merasa aman dari makarku
sedikitpun walaupun Aku menjaminmu. Sebab ilmu-Ku tidak bisa dijangkau oleh orang yang menjangkau. Demikian pula kondisi mereka. Janganlah engkau menoleh pada ilmu, amal dan pertolongan. Jadikan dirimu bersama-Ku dan bagi-Ku dalam seluruh (ilmu, amal, pertolongan) selamanya.”
Janganlah engkau sebarkan ilmumu agar engkau dibenarkan oleh manusia. Namun sebarkanlah ilmumu agar Allah membenarkan dirimu, walaupun ada sebab yang mencercamu. Maka sebab yang ada diantara dirimu dan Allah dimana datangnya dari arah perintah-Nya kepadamu itu lebih baik bagimu daripada sebab yang ada diantara dirimu dan manusia, dari sisi, dimana Allah melarangmu.
Suatu sebab yang engkau bisa kembali kepada Allah lebih baik dari sebab yang memutuskan dirimu dengan Allah. Untuk tujuan itulah Allah mengaitkan dirimu dengan pahala dan siksa. Sebab tak ada yang diharapkan dan ditakuti kecuali dari sisi Allah. Allah cukup sebagai Pendamping dan Pembenar.
Hendaknya engkau selalu bersama Allah sebagai orang yang alim dan pengajar. Cukuplah Allah sebagai Penunjuk, Penolong dan Kekasih. Yakni Penunjuk yang memberi petunjuk padamu, dan menunjukkan bersamamu dan kepadamu; Penolong yang menolongmu, menolong bersamamu dan tidak menolong yang membuatmu sengsara; sebagai Kekasih yang mengasihimu, mengasihi bersamamu dan tidak mengasihi yang mencelakakanmu.
Ilmu-ilmu ini mengandung beberapa firasat dan penjelasan dalam obyek-obyek jiwa, dalam bisikan-bisikan, cobaan dan kehendak jiwa. Hati, harus melakukan analisa, penentraman dan pendasaran menurut jalan tauhid dan syariat, dengan kejernihan mahabbah dan keikhlasan demi agama dan sunnah.
Setelah itu, mereka mendapatkan tambahan-tambahan dalam tahap-tahap yaqin: berupa zuhud, sabar, syukur, harapan, ketakutan, tawakkal, ridha dan sebagainya, dari tahap-tahap yaqin. Inilah jalan para penempuh amal bagi Allah.
Sedangkan Ahlullah dan kalangan khusus-Nya, adalah kaum yang ditarik dari keburukan dan prinsip-prinsipnya. Mereka diperamalkan untuk kebajikan dan cabang-cabangnya. Mereka dicintakan untuk khalwat, dan dibukakan pintu jalan munajat. Allah memperkenalkan diri pada mereka, sehingga merekapun kenal Dia. Allah memberikan kecintaan kepada mereka sehingga mereka mencintai-Nya.
Allah menunjukkan jalan dan mereka menempuh jalan itu. Mereka selalu bersama-Nya dan bagi-Nya. Mereka tidak dibiarkan untuk yang lain-Nya, dan mereka tidak ditutupi dari-Nya. Namun justru mereka tertutup —bersama-Nya— dari selain-Nya. Mereka tidak mengenal selain Dia dan tidak pula mencintai selain Dia. ”Mereka adalah orang-orang yang oleh Allah diberi petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang memiliki hati nurani.”