sufinews.com. Di India terdapat nama Habba Khatoon, penyair dan sufi perempuan yang hidup pada abad XVI M, dan juga dikenal dengan julukan Si Bulbul dari Kashmir. Ia menikah dengan Yusuf Shah Chak sesorang yang kemudian dikenal sebagai penguasa Kashmir. Habba Khatoon adalah legenda sastra dan sufi perempuan yang memenuhi literatur Kashmir
Ia menjalani kehidupan asketik ketika suaminya ditangkap dan dibuang ke Bengal oleh raja Mughal, Akbar. Syair dan tembangnya sebagian besar berisikan kerinduan mistis dan sangat populer di Kashmir. Habba Khatoon (1554-1609 M) adalah seorang penyair dan putri mistik, yang dikenal dengan gelar kehormatan ‘The Nightingale of Kashmir’ karena suaranya yang menyenangkan dan khas.
Habba Khatoon lahir dari seorang petani miskin Abdi Since dan istrinya Janam, di desa Chandhaur di lembah di tepi Jhelum pada abad ke-16. Nama aslinya adalah Zoon yang berarti kecantikannya yang luar biasa. Konon nama itu diberikan oleh seorang mistikus Sufi sedang mengembara. Saat itu sang sufi memberikan nama tersebut ketika malam yang diterangi cahaya bulan dengan nama Zoon atau bulan dalam bahasa Kashmir. Meskipun anak seorang petani, Habba belajar membaca dan menulis dari di desanya. Dia adalah istri Yusuf Shah Chak, penguasa Kashmir terakhir.
Tidak disebutkan kapan dia menjadi Habba Khatoon. Namun ada yang mengatakan nama itu sejak ia menikah dengan salah satu pangeran kerajaan Mughal.
Zooni tumbuh menjadi gadis cantik dan di bawah bimbingan mentor sufinya untuk membuat syair. Selain itu Zooni juga memiliki suara yang indah di mana dia menyanyikan komposisinya sendiri. Lagu-lagunya sangat populer di desa-desa sekitarnya.
Setelah bercerai suaminya yang pertama, Zooni berkelana untuk mempelajari Al-Qur’an, dan Farsi (bahasa Persia) dengan guru-guru sufi. Dia juga merupakan seorang perempuan yang menjadi tokoh kunci dalam pengembangan bahasa Kashmir.
Zooni atau Habba Khatoon adalah perempyan yang menginspirasi banyak wanita Kashmir untuk mengungkapkan perasaan mereka dalam bentuk syair.
Kerinduan mistis itu, misalnya, tampak dalam sepotong bait ini:
Tetes demi tetes airmataku deras mengalir;
Segenap diriku merindukanmu hadir;
Mengapa kaulupa jalan pulang ke rumahku?
Mengapa kautega mengabaikan diriku?