Karena berziarah kubur akan membuat kita ingat mati, apakah rutinitas ziarah dapat melahirkan sikap zuhud? Melepaskan cinta terhadap keberadaan duniawi dan materi dalam hati?
Diantaranya seperti itu karena bahwasanya selama ini mungkin kan banyak orang yang sifatnya tidak puas-puas dengan masalah dunia sedangkan Rasulullah mengajarkan zuhud. Zuhud itu ya tidak rakus dan enggak boleh rakus dengan dunia, engga boleh rakus dengan materi. Minimal tidak ada rasa memiliki sampai masuk kehati. Kalaupun secara lahir dia punya apa saja tetapi dia tidak merasa itu milik dirinya sendiri maka dia pasti akan membantu orang lain.
orang tidak akan merasakan mahalnya nikmat sehat, mungkin kalau dia enggak sering-sering lihat orang sakit. Atau mungkin dengan cara sering pergi ke rumah sakit, lihat orang sakit pasti akan merasakan sangat mahal yang namanya kesehatan. Begitu juga orang dalam keadaan banyak harta, ketika ziarah, ia melihat didepannya ada kematian menunggu. Apa yang harus disiapkan?
Secara keseluruhan moral apa saja yang terkandung dalam ziarah?
Pesan-pesan yang bisa kita ambil mungkin diantaranya dari ziarah itu bahwa ketika kita tau kita hidup didunia ini maka disitu ada yang namanya kematian. Kemudian kita hidup akan mati tapi kebalikannya kita mati untuk hidup. Jadi kita mati itu sebenarnya untuk menuju kehidupan yang abadi. Itu pesan moralnya berarti ketika kita ziarah bekal apa yang akan kita bawa atau kita siapkan? Berarti kehidupan berikutnya harus mempunyai bekal yang cukup.
Kemudian yang kedua, bahwasanya ziarah itu bagian daripada pembelajaran saling menolong sesama orang mukmin karena menolong itu tidak mesti berbentuk materi dan tidak terbatas ketika seseorang itu masih hidup. Nah, bentuk kita berdoa kepada orang-orang yang sudah meninggal itu bagian daripada sedekah.
“Inna bikulli tasbihatin shodaqoh”, kita baca tasbih itu sedekah juga yang diajarkan didalam agama islam. Mendoakan saudara-saudara kita yang sudah meninggal itu adalah bagian dari pertolongan kepada mereka. Apa yang kita lakukan seperti ini kebaikannya juga kita dapat ketika kita mati.
Apakah ini berarti proses transfer pahala?
Memang, kan hukum orang menghadiahi pahala itu, “Jumhur Ulama” (mayoritas Ulama’) mengatakan semua sepakat yang kita niatkan sampai. Adapun ada sekelompok orang yang menyatakan bahwa, Imam syafi’i, menyatakan orang yang baca Al Qur’an itu pahalanya tidak sampai kepada orang yang meninggal, adalah salah pemahaman. Jadi, Syekh Zakaria al-Anshori berpendapat bahwa yang dimaksud Imam Syafi’i adalah, apabila dibacakan bukan di depan si mayit dan tidak diniatkan. Kalau didepan mayit tetapi tidak diniatkan malah tidak sampai.
Kemudian yang kedua maksudnya disitu dia niat baca tetapi setelah dibaca Al Qur’an dia tidak hadiahkan pahalanya tidak membaca doanya itu menurut Syekh Zakaria al-Anshori. Ternyata Imam Syafi’I dalam sejarahnya pernah meriwayatkan bahwa beliau ziarah ke makam Imam Al-Laits bin Sa’ad dan beliau mengkhatamkan Al Qur’an disitu.
Bahkan ada suatu kelompok yang mengatakan pahalanya tidak sampai dengan dalil Ibnu Taimiyah. Tetapi ternyata Ibnu Taimiyah sendiri mengatakan si mayit bisa mengambil manfaat dari ibadah badaniah berupa sholat, puasa, ataupun sedekah. Apalagi berbentuk doa memohonkan ampunan. Fatwanya ada yang seperti itu.
Oleh: Danu Indrasatya