Assalamu’alaikum Wr. Wb Bapak KH. Luqman Hakim saya mau bertanya bagaimana kita bisa mengetahui bahwa seseorang itu wali & apakah makna wali itu?
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Ahmad Jumadi
[ahmad.jumadxxx@gmail.com]
Jawab:
Jika ada asap, pasti ada api. Mengenal wali hanya bisa mengenal tanda-tandanya. Tanda-tandanya pun ada yang dirahasiakan oleh Allah ada yang ditampakkan. Bahkan ada yang sangat terkenal di mata publik sebagai wali ternyata sama sekali bukan wali di mata Allah swt.
Coba bayangkan sendiri, seorang wali itu hatinya full mahabbatullah (mencintai Allah), apakah anda bisa mengukur seseorang itu sangat mencintai Allah atau mencintai dunia, walau kata-kata dan tampilannya seakan penuh cinta kepada Allah?
Coba renungkan, ruh para wali senantiasa berada di Taman MalakutNya, bagaimana anda tahu, sementara anda belum pernah memasuki Taman Malakut? Sedangkan rahasia jiwa (sirr) para wali itu senantiasa berada di Lautan Jabarut, apakah anda pernah mengarungi Lautan itu?
Karena sang wali bukanlah lulusan akademi tertentu, melainkan hak prerogratif Allah mengangkat dan menurunkan kewalian seseorang. Ia tidak di indikatorkan oleh kehebatan ilmu pengetahuannya, tidak pula keistemewaan-keistemewaan khariqul ‘adahnya, tidak pula karena nasabnya, tidak pula karena mukasyafahnya. Bahkan para wali kadang merasa ada sesuatu kesalahan atau dosa, apabila kehebatannya muncul lalu ia dikenal sebagai wali. “Dosa apa ya Allah, sampai orang-orang tahu kalau aku ini KekasihMu?” demikian jerit seorang wali.
Nah, apalagi kewalian itu senantiasa diliputi oleh Fana’, Mahabbah dan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Siapa pun yang disebut atau mengaku wali, namun salah satu dari tiga hal itu tidak ada padanya, maka gugurlah kewalian itu.
Nah, tugas kita bukan menyelidikai apakah seseorang itu wali atau bukan. Karena memang tidak diperintahkan oleh Allah swt, dan Rasulullah saw, untuk berburu wali.
Apakah seseorang boleh menginginkan menjadi Wali Allah? Boleh. Hal ini tergambar dalam kisah Ibrahim bin Adham ketika bertanya pada seseorang, “Apakah engkau ingin menjadi wali Allah?” Dia menjawab, “Ya…!”
Lalu Ibrahim berkata, “Kalau begitu janganlah engkau menginginkan harta kekayaan duniawi atau ukhrawi. Kosongkan dirimu hanya untuk Allah swt, semata. Palingkan mukamu hanya kepadaNya, agar Dia menatapmu dan menjadikan dirimu sebagai waliNya.”
Wali mempunyai dua makna. Pertama dari kata bentuk fa’il dan pengertian manf’ul (obyek). Artinya adalah orang yang diambil alih totalitas wilayah kuasanya oleh Allah swt, sebagaimana firmanNya “ dan Dia mengambil alih urusan (yatawalla) orang-orang saleh.” Jadi sedikitpun seorang wali itu tidak pernah mengurusi dirinya. Semua diurus oleh Allah Ta’ala.