Betapa curahan fadhal dan rahmat, ampunan dan cintaNya, telah melimpah kepada kita. Namun apakah kita telah menyiapkan wadah-wadah agung, menyiapkan ladang-ladang sawah jiwa, bagi limpahan itu? Cobalah kita tengok kembali wadah anugerah itu. Wadah itu adalah akhlaq mulia yang tumbuh dari kedalam jiwa kita.
Wadah tobat kita, apakah kita siapkan untuk menampung anugerah ampunanNya? Wadah rasa takut kita kepadaNya (khauf), apakah telah kita siapkan untuk menjadi limpahan yang kelak menjadi harapan kita (raja’)? Apakah sabar kita, benar-benar menjadi anugerah bagi kesertaan Ilahi pada hati kita? Apakah tawakkal kita telah kita siapkan menjadi manifestasi rasa cukup kita bersamaNya? Apakah cinta kita padaNya, benar-benar sebagai rasa CintaNya kepada kita?
Jangan sampai akhlaq mulia hanya basa basi, senyum kepura-puraan, label-label dan simbol-simbol belaka, gaya dan sikap merendah namun penuh kesombongan, bahkan bersapa sana sini, tetapi penuh kedengkian?
Cobalah tengok sungai airmata mengalir dari mata air para Nabi dan Rasul, para KekasihNya, para WaliNya, para Sholihin, tak henti-hentinya mendoakan kita. Namun, betapa pengecutnya kita, memilih untuk membiarkan doa-doa itu sia-sia, cahaya-cahaya itu hanya menatap dinding tebal hijab kita.
Hujjatul Islam Al-Ghazaly, mengurai panjang lebar, dalam simpul-simpulnya, yang tertuang dalam kitabnya, “Kitabul Ar’bain fi Ushuliddin”, yang bisa anda baca di edisi khusus ini, dalam bab khususnya 10 akhlaq mulia. Semoga turut menyiapkan wadah dalam jiwa kita. Amin.