Assalamu’alaikum wr. wb.
Pak Kyai. Mohon penjelasan tentang penerapan berserah diri secara total kepada Allah Swt. Bagaimana perilaku batin/hati yang seharusnya untuk menyikapi terhadap energi negatif yang menempel dihati yang menyebabkan rasa yang tidak nyaman?
Wassalamualaikum wr. wb.
Jaka – xxxsulistianta@xxxx.xxx
JAWAB:
Bereserah diri (tawakkal) itu tempatnya di hati, bukan di pikiran. Alam pikiran tempatnya tafakkur untuk ikhtiar yang lebih baik. Berserah diri sudah harus dilakukan ketika anda masih punya tekad yang baik. Jadi bukan ketika gagal baru berserah diri. Nanti kalau anda sukses, anda bisa mengklaim sebagai hasil jerih payah anda, tetapi ketika gagal itu takdir. Nah, pandangan demikian harus dihapus.
Kalau nafsumu yang tawakkal, itu tandanya orang pemalas. Kalau pikirannya yang tawakkal, itu tandanya pikirannya tidak kreatif. Kalau badannya yang tawakkal itu tandanya orang yang sedang menikmati hawa nafsunya. Kalau anda bilang, “Saya pasrah total saja, toh rizki akan datang dengan sendirinya.” Lalu anda tidur tidak bekerja, sambil berharap-harap datangnya pemberian dari orang atau lainnya. Itu namanya hawa nafsu yang tawakkal. Jadinya tamak.